Story by: Arimbi
Saya berasal dari keluarga muslim yang taat. Ayah saya aktivis sebuah ormas Islam moderat sedangkan Ibu termasuk Muslim abangan. Mereka mendidik saya dan kedua adik saya untuk taat beragama, seperti kebanyakan muslim lain di kampung saya dulu. Saat duduk di kelas satu SD, orang tua saya memasukkan saya ke TPA (Taman Pendidikan Alquran) untuk belajar baca tulis Al-Qur’an serta Tajwid. Saya bahkan pernah diikutkan lomba Qiro’ sebagai tanda bahwa kemampuan dan kefasihan saya dalam membaca Al Quran diakui tempat saya belajar mengaji. Tamat TPA, saya masuk Madrasah untuk belajar lebih banyak lagi ilmu Islam. Saya belajar di madrasah setiap sore hari. Hari Senin sampai Minggu kecuali hari Jumat. Di sana saya belajar fiqih, ibadah muamalah, ilmu akhlak, Al-khot, syorof, dan lain-lain. Sebagai anak-anak, saat itu saya merasa sedikit kesal dengan aktivitas mengaji dan belajar ilmu Islam. Tentu saja bagi saya lebih enak main dari pada pergi ke madrasah. Namun siapa yang tahu, persis seperti yang banyak disampaikan oleh orang-orang tua, bahwa manfaat dari belajar di TPA dan madrasah akan tampak saat kita dewasa. Dan benar, ilmu yang saya dapat di TPA dan di Madrasah adalah modal utama saya dalam menelaah Islam secara kritis bertahun-tahun kemudian.
Tamat Sekolah Dasar, Ayah saya yang aktivis ormas Islam, ngotot memasukkan saya ke sekolah Islam. Sejujurnya saya tidak mau. Nilai Ebtanas Murni saya sangat sangat cukup untuk masuk sekolah negeri favorit. Ayah saya memang seorang yang idealis, terutama menyangkut agamanya. Akhirnya saya menuruti permintaan beliau bersekolah di SMP swasta Islam. Sejak saat itu saya mulai berjilbab. Di sini saya belajar lebih banyak lagi ilmu Islam karena memang termaktub dalam kurikulum sekolah. Pilihan untuk sekolah di sekolah swasta Islam berlanjut hingga saya SMA dan Kuliah, dalam satu naungan sebuah yayasan Islam yang sangat terkenal di Indonesia.
Duduk di bangku SMA, saya berkenalan dengan sebuah komunitas kajian. Komunitas kajian yang diperkenalkan oleh guru Kimia saya. Seorang akhwat. Saya yang sejak awal simpatik dengan kepintaran dan kepribadian beliau yang kharismatik tidak keberatan diajak bergabung ke grup kajian. Lama kelamaan, saya merasa nyaman megikuti liqo’ (istilah untuk sebuah grup kajian) tersebut. Saya menemukan sudut pandang lain tentang Islam di sini. Berbeda dari sudut pandang di sekolah islam tempat saya belajar. Di liqo’ saya diajarkan pentingnya kewajiban menggunakan jilbab, membatasi pergaulan dengan lawan jenis, dan bagaimana menempatakan Allah sebagai prioritas pertama dalam hidup. Saya aktif mengikuti liqo’ hingga lulus SMA.
Tamat SMA saya masuk ke universitas swasta islam. Lagi lagi sesuai dengan keinginan ayah saya. Di semester tiga, saya kembali berkenalan dengan sebuah sekte A yang gencar mempromosikan khilafah. Saya yang sejak SMA sudah bakat ikut grup kajian, mudah saja masuk ke sekte ini. Saya bahkan menjadi sangat militan dan sepakat dengan ide penerapan syariat islam dan khilafah. Hal ini terus terpupuk dalam diri saya hingga kemudian saya menemukan sebuah ketidakpuasan. Strategi yang digunakan oleh sekte tersebut dalam menegakkan khilafah bagi saya tidak jelas dan tidak masuk akal, yaitu melalui perbaikan individu. Mereka tidak berhasil memberikan penjelasan yang memadai mengenai bagaimana sebuah perubahan individu bisa merubah sebuah bentuk dan sistem Negara. Saya yang masih mendambakan sebuah negara berbasis khilafah merasa apa yang diajarkan di ssekte tersebut hanyalah jalan di tempat. Saya ingin pergerakan yang nyata menuju Indonesia berbasis islam. Saya pun memilih keluar dan masuk sekte B.
Dalam keluarga baru ini, saya yang masih menggebu mendukung khilafah menemukan kejanggalan, betapa doktrin yang diajarkan adalah bahwa pemerintah yang berkuasa adalah prototype ulil amri di mana kita harus selalu patuh. Tentu saja saya menolak karena saat itu saya masih setuju dengan ide khilafah. Selain juga saat itu saya tahu tidak mungkin tidak melawan pemerintahan yang korup. Saya keluar dan masuk sebuah ormas Islam pengusung khilafah. Di sini saya cukup lama, karena mereka menggunakan pendekatan pemikiran untuk mempromosikan khilafah. Sebut saja ormas ini sebagai HT. Namun lama kelamaan saya menemukan persoalaan yang sama, yaitu mereka juga tidak memiliki strategi yang jelas untuk menegakkan khilafah. Saya memutuskan untuk keluar.
Saya tidak menyelesaikan kuliah saya di universitas swasta Islam. Saya pindah ke luar kota dan masuk universitas Islam negeri. Di sini saya menjadi lebih liberal. Pandangan fundamentalis saya berangsur-angsur berubah menjadi liberal. Untuk beberapa waktu saya merasa Islam dengan “model” seperti ini adalah prototype islam masa depan yang toleran dan sesuai untuk Indonesia. Tapi ironisnya, saya justru menemukan sebuah paradoks yang sangat besar. Pengalaman saya di sekte, proses belajar saya menjadi liberal, membuat saya sadar Islam ditopang oleh dua pilar: figure dan tafsir. Tafsirlah yang saya rasa memegang peranan penting dalam membentuk “wajah” islam. Seperti apa keislaman Anda, tergantung bagaimana Anda menafsirkan teks kitab suci Anda. Lebih mendasar lagi, saya menyadari bahwa manusialah yang menjadi tokoh utama dalam tafsir, bukan Tuhan bukan pula teks kitab suci itu sendiri. Manusia yang merumuskan aturan tafsir, manusia yang berijtihad, manusia yang mencoba mengontekstualisasikan ayat dengan fenomena sosial. Maka pada akhirnya saya menyadari, Tuhan dalam agama sekaligus kitab sucinya tidak lagi suci. Agama telah menjadi alat kekuasaan di mana teks-teks dipelintir sesuai kebutuhan politik masing masing kelompok. Mereka yang difasilitasi pemerintah incumbent mendoktrin untuk tunduk pada ulil amri, mereka yang ingin merebut kekuasaan menggunakan agama sebagai alat yang sama. Saya menjadi irreligius sejak itu.
Tapi saya belum juga puas. Saya pikir mungkin masih ada konsep Tuhan yang lain yang belum saya ketahui. Saya pun mulai banyak membaca dan mencari tahu lewat diskusi dengan banyak orang termasuk teman-teman ateis yang saya kenal lewat jejaring sosial. Dari sana saya mulai mempertanyakan darimana asalnya iman, mengapa saya dulu memilih islam bukan Kristen. Seorang ateis pernah mengajukan pertanyaan kurang lebih “kalau orang tua kalian tidak beragama, apa mungkin kalian beragama?” Pertanyaan ini sangat mengusik saya. Saya kemudian sadar bahwa informasi mengenai Tuhan, agama, dan iman adalah hasil didikan orang tua saya. Seandainya orang tua saya Katolik, saya pasti akan jadi Katolik, bukan Islam. Apa agama seseorang seringnya hanya masalah probabilitas. Di keluarga apa saya lahir. Saya merasa betapa tidak layaknya seseorang masuk neraka suatu saat nanti, hanya karena terlahir di keluarga yang salah.
Saya makin yakin dengan keputusan saya untuk tidak memeluk agama apa pun. Saya percaya pada konsep moral yang berlaku umum. Bukan yang didiktekan lewat kitab kitab kuno yang sangat tergantung penafsiran manusia. Karena pada akhirnya, akal yang kita gunakan untuk menentukan mana tafsir yang waras.
Namun ada satu hal yang mengusik saya. Benarkah Tuhan tidak ada? Saat itu saya memilih menjawab “tidak tahu”.
Saya mengidentifikasi diri menjadi seorang deis selama beberapa waktu. Deis adalah kata yang saya pilih karena saya merasa masih ada kekuatan luhur di luar sana yang membuat segala sesuatu di dunia terjadi. Di masa-masa itu saya mulai membaca banyak hal, termasuk berkenalan dengan situs-situs sains. Saya mulai berkenalan dengan penjelasan-penjelasan masuk akal akan segala hal. Dulu saya hanya melihat betapa sempurna dan teraturnya alam semesta. Fakta bahwa galaksi dan bumi tempat tinggal saya tinggal ternyata sangat tidak teratur membuat saya menyadari sosok Tuhan personal yang saya yakini tidak harus ada. Saya bahkan tidak memiliki argumen kuat tentang keberadaan sosok tersebut apalagi bukti. Setiap hari sains menunjukkan fakta-fakta baru dan itu menggeser jawaban peran Tuhan yang saya pakai selama ini ketika menemui sebuah fenomena.
Saya keluar masuk forum diskusi sains dan keagamaan. Saya bertemu banyak orang yang bisa meladeni saya berdiskusi secara waras dan masuk akal. Bukan doktrin dan pemaksaan sudut pandang melalui tafsir, atau ancaman neraka. Saya gunakan segala kemampuan dan ilmu yang saya dapat dari segala pengalaman saya bersekolah dan menimba ilmu di sekte-sekte tersebut.
Pada akhirnya saya sadar, sikap yang paling tepat adalah menjadi skeptis. Sebelum ada bukti bahwa Tuhan (baik personal maupun Tuhan dalam konsep teisme) esksis, dan memang belum ada bukti eksistensinya hingga saat ini, maka posisi saya adalah ateis. Bagi saya menjadi ateis adalah sebuah kesadaran. Sebuah posisi yang membuat saya menjadi termotivasi untuk belajar sebanyak-banyaknya pengetahuan dan mencari sebanyak-banyaknya pengalaman. Karena jawaban Tuhan tidak akan memberikan pengetahuan dan pengalaman apapun, dan karenanya peradaban manusia tidak akan berjalan maju.
testimoni yang luar biasa. selamat mencari makna dari jawaban maupun pertanyaan yang nantinya akan dijumpai
cara membuktikan tuhan tidak ada itu gampang.Caranya :
siapkan koin, ulama paling alim kumpulkan dari seluruh dunia
mintalah doa pada ulama ulama itu agar saat koin dilempar yang keluar adalah gambar garuda
cobalah lempar sampai 10000 kali dan lihat hasilnya
jika peluangnya 0,5 berarti ateis menang
kalau yang keluar garuda saja berarti teis menang
Itu tidak membuktikan tuhan tidak ada. Hanya membuktikan teori probabilitias itu cukup bisa dipercaya. Mungkin saja tuhan ada tapi tidak mau mengabulkan doa ulama tsb.. Btw kayaknya ini bukan soal menang dan kalah bro..
Wah, kalau anda suka belajar untuk mencari bukti kebenaran tentang Tuhan, mungkin anda bisa mencoba belajar tentang excorsisme … pengusiran setan. Walau kita sulit membuktikan Tuhan itu ada atau tidak, tetapi keberadaan roh halus dan setan itu nyata. Mungkin anda bisa belajar dari mereka.
Di Kristen ada sebuah pengajaran bahwa Isa akan mengirimkan bantuan kepada murid2nya sesudah ia meninggalkan dunia berupa Roh Kudus. Roh Kudus yang datang ini akan memberikan kekuatan dan keberanian untuk berkotbah dan mengusir setan. Dan Roh Kudus hanya akan datang di 2 masa, yaitu masa sesudah Yesus pergi, dan masa sebelom akhir zaman. Dan Roh Kudus sudah turun lagi menjelang akhir abad 20.
Turunnya Roh Kudus ini menyebabkan banyak munculnya para Excorsisme awam yang menggunakan metode Roh dilawan dengan Roh, tidak lagi menggunakan peralatan kayak film di The Conjuring. Muncul juga para excorsisme yang bisa melihat alam roh dan melihat peperangan yang nyata di dunia sana. Dan tanpa ada hubungan dengan neraka-surga dan doktrin2 kitab suci.
Mungkin anda bisa mencoba mencari (saya gak ada kenalan yang cukup akrab untuk bisa bantu, cuman kenal aja dan pernah ikut beberapa kali proses excorsisme ini) excorsismist ini, terutama yang berasal dari Protestan yang beraliran Pentakosta atau Katolik yang beraliran Karismatik.
Coba ikut belajar excorsisme atau ikutan liat proses pengusiran atau kisah kesaksian mereka pas mengusir setan. Siapa tahu aja dari situ anda akan lebih mengenal dunia di balik kematian dan kitab suci. Ya sekedar referensi aja kalau anda masih penasaran dengan yang namanya kebenaran itu. Semoga membantu :p
Tuhan sdh menunjukkan kasihx kepada anda berupa nafas kehidupan kpd anda.Tuhan itu ada.
Jangan lupa, bersama nafas itu tuhan juga membuat anda menghadapi dua kemungkinan : surga dan neraka. Persyaratan untuk masuk surga sangat ketat sedangkan ke neraka sangat mudah. Jika anda terjatuh ke neraka maka anda akan disiksa dengan siksaan yang luar biasa tanpa kemungkinan untuk diampuni lagi selama-lamanya. Tetapi jika anda masuk surga maka anda masih mungkin dibuang ke neraka jika anda melanggar peraturan (ingat cerita sang iblis dan teman-temannya?). Tentu saja banyak orang yang ‘berterimakasih’ pada tuhan untuk apa saja yang terjadi padanya meskipun yang terjadi adalah hal yang buruk, karena jika tidak maka akan terjadi hal yang lebih buruk lagi. Bukankah tidak berterimakasih adalah dosa? Dan dosa akan diganjar dengan….?
lalu…kalau tidak ada surga dan neraka…apa beda manusia dan hewan??apakah ketika manusia mati tamat sudah cerita tentang manusia tersebut??
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2384341/Parents-relatives-suffocated-year-old-girl-hour-exorcism-let-fines-Malaysian-court.html
Anda hadir di dunia bukan kebetulan (random), anda punya tujuan..carilah dan temukan tujuan itu..niscaya anda akan bahagia..
Memang tidak ada yg kebetulan, ada sebab-akibat. Ilmu pengetahuan yg menjawabnya, bukan tuhan alias tahayul
lalu dari mana datangnya pengetahuan?? dari mana datangnya alat pengetahuan(otak dan penginderaan)??kita tau ada proses kimia dan elektrik yang berperan, tapi apakah hanya itu saja??kalau sains begitu agung…bisakah sains menciptakan apa yang belum pernah tuhan ciptakan (baik bentuk maupun fungsinya)??
seorang anak dari orang tua yg atheis bisa beragama,jika :
a. dia benar2 mencari agama yang benar2 dari Tuhan yg benar, atau
b. dia dikehendaki oleh Tuhan untuk mendapat agama yg benar
karena Tuhan memberi manusia kebebasan manusia sebebas mungkin untuk bertingkah laku di dunia
jika di dunia Anda tidak percaya adanya Tuhan,nanti di akhirat Anda akan percaya adanya Tuhan
🙂
saya jadi ingin bertanya :
jika teori abiogenesis benar,kenapa manusia tidak bisa menciptakan mahluk hidup yang kompleks dari sebuah benda mati?
jika teori evolusi benar,kenapa manusia tidak berevolusi sampai pada bentuk sempurna? dimana kita bisa menggunakan 100% kemampuan otak kita…
Jika suatu saat manusia mampu ‘menciptakan’ kehidupan, di barisan manakah anda akan berdiri? Di barisan yang merayakan keberhasilan manusia atau barisan yang mengutuk bahwa manusia mencoba menyaingi tuhan? Dan jika teori evolusi benar, maka manusia sedang berevolusi menuju kesempurnaan. Manusia memang belum sempurna. Maka ijinkanlah diri anda untuk berevolusi menuju kesempurnaan.
saat ini manusia memang berhasil membuat cloning hewan hidup (cloning loh ya…). lalu apakah itu berarti bahwa tuhan tidak ada?jangan lupa bahwa teknologi cloning bukan hal yang baru. proses reproduksi merupakan teknologi cloning pertama didunia (kalau anda menyangkal tentang adam dan hawa). sebuah bentuk kehidupan tidak serta merta ada begitu saja. ada asal usulnya…sudahkah sains menjawab asal usul kehidupan?? apakah bisa??…saya jawab bisa…yang dibutuhkan adalah ilmu. lalu dari mana datangnya ilmu? dari pengamatan bertahun2? itu kalau ada yang bisa diamati. dan dibutuhkan otak manusia untuk itu, lalu dari mana asal otak manusia? tuhan menciptakan dunia dari 0. yang artinya tidak ada prototype maupun blue print sebelumnya. bisakah sains menjawab ini?
“jika teori abiogenesis benar,kenapa manusia tidak bisa menciptakan mahluk hidup yang kompleks dari sebuah benda mati?”
yang bener “jika teori abiogenesis benar,kenapa manusia belum bisa menciptakan mahluk hidup yang kompleks dari sebuah benda mati?” dan meskipun ini belum terjadi, bukan berarti ini nggak akan terjadi, sains terus maju setiap hari kok, siapa tau suatu hari nanti bisa.
“jika teori evolusi benar,kenapa manusia tidak berevolusi sampai pada bentuk sempurna? dimana kita bisa menggunakan 100% kemampuan otak kita…”
emang evolusi sudah selesai? nggak ada indikasi kalo evolusi manusia sudah berhenti, cuma manusia susah menyadari ini, karena hidup kebanyakan orang nggak sampe 100 tahun, sementara evolusi mencakup waktu yang sangat lama, bisa ribuan, bahkan jutaan tahun.
satu2 nya jalan spy kita bs yakin akn adanya tuhan mnrut saya cm dgn sholat malam tahajjud dan sholat istiharoh minta petunjuk insyaAllah maka tuhan akn sgera memberi pencerahan pd jiwa2 yg labil krn klo trlalu cenderung memikirkan hal2 keduniaan saja maka kita akn brada dlm kondisi kebingungan yg tiada habis2nya
Coba ente ambil alqur’an baca surat Ar-Rahman klo bisa jawab pertanyaan yang diulang ulang itu ente bisa cari bumi lain selain bumi Alloh, maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
Artinya jika ada planet yang mirip bumi, maka al quran salah?
Tidak kan? Anda akan terus berkelit pada tahap:seberapa mirip?
Ini hanyalah klaim sepihak bahwa “ini bumi Allah”.
bro…dari manusia pertama sampai sekarang udah brp thn??manusia dengan sainsnya selama ini blm menciptakan apa2 kecuali apa yang sudah diciptakan tuhan…contoh: menciptakan robot , bahkan robot dibuat dengan meniru manusia. cloning? itu bukan ciptaan bro…cloning kan berarti ada masternya. misal cloning kambing pasti ada kambingnya. satelit? kan bulan dikenal sebgai satelit bumi. roda mobil atau motor? itu kan bentuknya bundar. dari mana manusia bentuk bundar kalau belum pernah liat?? adanya sains adalah bentuk pengajaran tuhan kepada manusia. lalu apa bisa ada planet mirip bumi? kalau tuhan berkehendak itu bisa terjadi….tuhan adalah sebuah misteri….kalau dalam islam…tidak ada yang ghaib selain Allah….
Menurut saya, kamu hanya kecewa dengan orang-orang di sekitar kamu. Ya Ayah kamu, ibu kamu, teman-teman sekte-sekte kamu… Kamu kecewa dengan semua pemikiran mereka yang tidak menjawab pemikiran kamu akan agama (baik atau buruknya menurut kamu). Kamu hanya jenuh dengan semua yang kamu jalani.
Saran saya, jangan putus asa mencari kebenaran yang kamu butuhkan. Bukan dengan menjadi penganut dan berbicara dengan orang-orang yang sama putus asanya seperti kamu, tapi dengan orang-orang lain yang ilmu agamanya lebih dari kamu. Bukan orang yang ahli agama saja, tapi juga ahli ilmu. Lantas kalau ilmuwan-ilmuwan biologi, fisika (yang notabene lebih banyak ilmu pengetahuannya mengenai penciptaan) saja masih percaya akan Tuhan dan agama serta berusaha menjalankannya sebaik-baiknya sesuai dengan pemahaman mereka? Kenapa kamu jadi melenceng dan meyakini ilmu-ilmu pencitaan yang sebenarnya belum selesai diteliti manusia?
Kamu hanya jenuh. Cobalah kamu pergi ke tempat lain, jalin komunaksi dengan komunitas lain yang bukan hanya ngomongin keberadaan Tuhan dan sebagainya. Toh orang tuamu tak sebidih yang kamu pikirkan, teman. Santai saja. Pencarian itu tidak dosa. Yang dosa adalah tidak mengamini kebenaran yang sudah kamu temukan dan mengajak orang lain untuk ikut tersesat nemenin kamu.
Saya juga tidak akan mengotak-ngotakkan orang dia disebut ateis atau teis atau deis… Semua manusia itu sama, diberikan rahmat di dirinya untuk mencari kebenaran. Itu sudah dari sononya.. dan bukan kebetulan. Semangat!!!
Saya dulunya deis. Sekarang saya yakin bahwa Tuhan memang ada dan karenanya jalankan perintahnya, yaitu setelah saya mengikuti tulisan di http://www.human-earth.blogspot.com
Sdri Arimbi terlalu buru-buru mengambil konklusi tidak mempercayai eksistensi Tuhan. Keyakinan anda tidak mempercayai adanya Tuhan pasti tidak muncul begitu saja, di saat anda sedang mencari jati diri anda dalam beragama (islam), anda terjebak dengan diskusi-diskusi dangkal yang disandarkan pada teori-teori para filsuf atheis yang mereka sendiri tidak meyakini secara mutlak kebenaran teori mereka. Saya ingin anda sedikit merenungkan, bagaimana mungkin para filsuf atheis itu berfikir tentang eksistensi tuhan sementara otak “cerdas” mereka yang beratnya kurang dari 5 kg dengan segala keterbatasannya adalah Tuhan yang menciptakan. Bagaimana mungkin para filsuf atheis itu meniadakan kemuliaanNya sementara mereka sendiri diciptakan dari sperma yang mereka sendiri jijik untuk menyentuhnya. Saudariku Arimbi, ilmu pengetahuan yang diagung-agungkan sebagai “tuhan” oleh para atheis, sifatnya sangat relatif dan begitu banyak pertentangan argumen diantara para ilmuwan itu sendiri (apalagi teman-teman atheis anda yang sekedar “mengimani” teori atheisme). Bagaimana mungkin kita “mentuhankan” sesuatu yang bersifat nisbi??
Baiklah kita ambil 1 contoh: pada abad 14 Copernicus berteori bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. teori itu lumayan lama diyakini oleh “otak lemah” manusia saat itu. Tapi apa yang terjadi kemudian setelah tekhnologi semakin canggih, maka terbantahkanlah teori copernicus. padahal kalau para ilmuwan masa itu, khususnya copernicus mau mempelajari sekelumit saja beberapa ayat alquran, sangat jelas dan gamblang dikatakan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari (saudaraku Arimbi pasti tahu bahwa Alquran Allah SWT turunkan 9 abad sebelum copernicus lahir).
Tulisan ini bukan untuk menghakimi keyakinan anda, namun saya hanya menjalankan kewajiban saya selaku orang yang meyakini Kebesaran dan Kemulian Tuhan untuk dikabarkan kepada manusia.
Salam….
@amir al qodry
kalau otak anda masih sanggup menerima fakta dan masih waras, masihkah anda percaya bahwa manusia terbuat dari Tanah liat sesuai dengan yg tertulis di Al-Quran?
sesungguhnya adalah mudah bagi Allah untuk menciptakan sesuatu…dia hanya berkata jadilah…lalu jadilah apa yang dia kehendaki. apakah ada proses? disinilah posisi sains….bukan mempertentangkan existensi ketuhanan….bukankah ada tanda2 kebesaran tuhan disetiap ciptaanNya??dan yang para ilmuwan lakukan hanyalah memperhatikan tanda2 kebesaranNya lalu mengurai dan mencoba meniru dan mengambil kesimpulan…dan mungkin anda belum banyak tau tentang sains sehingga anda berkata demikian…jadilah atheis sesuka hati anda, tapi anda tidak akan bisa mempertentangkan kehadiran tuhan dalam diri anda….
@sufi ya saya percaya Allah membuat manusia dari tanah sesuai dengan yang tertulis di Alquran.
ada masalah?
Hahaha..
Klo ngaku islam itu hati2, apa lagi ngaku dari HT, dlm proses belajar jd atheis..
BTW saya orang HT, dan kamu cuma ngutip2 istilah khilafah dan ulil amri, tp apa itu artinya kamu jg g paham,
Lagi2 cerita bohong, ngaku2 islam, hanya karena belajar sains dan sains dirasa bisa menjawab celah kehidupan lantas Tuhan dianggap tidak ada..
oo ya?
Sayangnya juga sains belum berhasil mengcover seluruhan celah di hidup manusia.
Manusia belum berhasil lepas dri ketergantungan sumber makanan yg berasal dri hewan dan tumbuhan dgn sains.
Dengan sains sekalipun manusia tidak bisa mengetahui dgn pasti kapan dia mati.
Sains jg tidak bisa memundurkan waktu.
Benar?
Dgn sains para atheis berusaha meyakinkan para theis bahwasanya tuhan itu tidak ada, benar?
Hahaha..jgn jd penipu gt lah..
[[Sayangnya juga sains belum berhasil mengcover seluruhan celah di hidup manusia.]]
God of the gap.
Apakah karena Sains tidak tahu sebuah jawaban, lantas jawaban lain otomatis jadi benar?
Apakah 2000 tahun lalu sains tidak bisa menjawab apa itu petir, lantas Zeus berarti ada?
Apakah 1000 tahun lalu sains tidak bisa menjawab apa penyebab Tsunami, lantas Poseidon jadi ada?
Apakah sekarang Sains tidak bisa menjawab penyebab big Bang, lantas otomatis Penyebab Big Bang adalah Yang Mulia Flying Spaghetti Monster?
saya dulu islam lohh 🙂
justru org2 islam skrng banyak banget yg udah skeptis dan lebih moderat plus liberal
jangan krn anda terdogma kuat di ajaran anda, anda tidak mengakui bahwa banyak orang lain yang meninggalkan ajaran anda tersebut
memang benar ada sebagian dari kami yang meninggalkan agama kami…tapi tentunya ada berbgai alasan. biasanya karena tergoda laki2/perempuan,lapar,intoleransi lingkungan,tersesat dalam pertanyaan, dan tentunya…adalah mereka yang tidak benar2 memahami agama kami secara mendalam. seperti author dan anda ini…dari keluarga muslim, tapi tidak mempelajari islam meskipun katanya sekolah dan berkecimpung di lembaga kajian islam dll….
yg berasal dari keluarga muslim, yg sudah dibekali dg ilmu agama Islam yg memadai (sekloah berbasis islam, diikutkan pesantren, masuk ke komunitas diskusi2, dsb) saja masih mempertanyakan kebenaran agama tsb, lalu bagaimana dg yg terlahir di keluarga non islam, sekolah di sekolah umum, bergaul dg org2 awam yg jauh dari kesan religius ? apakah anda bisa mengharapkan dia bisa mengenal, mempelajari dan memahami Islam? bagaimana anda bisa berharap surga hanya utk pemeluk islam, sedangkan yg tdk memiliki kesempatan mengenal islam tdk dpt surga? spt itukah keadilan Tuhan anda? #diskusisehatnooffense
diciptakan tangan untuk memegang, telinga menghadap kedepan:tidak keatas, mata untuk melihat,bulu hidung unuk mnyaring kotoran dlsb. dlsb. Apakah suatu kebetulan ? kalau jawaban nya ya , maka buatlah suatu program atau sesuatu yang menghasilkan suatu yang sempurna ! tanpa direkayasa /diprogram . Bisakah ?
Saya juga atheis sama pemikiran saya dengan ibu..jika tuhan ada ngapain dia main petakumpet..pake sembunyi lagi
ketika mempertanyakan apakah tuhan itu ada atau tidak ada, cobalah jawab pertanyaan ini….manakah yang lebih dulu ada, telur atau ayam? menurut teori manusia kera…manusia berasal dari kera, tapi mengapa masih ada kera saat ini? lalu saat kita mati…apakah selesai sampai disitu? lalu apa bedanya manusia dengan hewan?..kalau akherat itu tidak ada, mengapa harus berbuat baik??kita bisa membunuh, mencuri, memperkosa seenaknya tanpa takut…jika tuhan itu tidak ada…knp ada rasa bersalah saat kita melakukan kesalahan??…cobalah direnungkan…….
menjawab pertanyaan anda tentang manusia berasal dari kera, apa menurut anda kera atau primata hanya ada satu spesies, satu genus? bagaimana dengan homo sapiens, homo erectus yang sudah punah, atau lebih tepatnya berevolusi menjadi manusia modern? bagi saya pribadi penjelasan teori itu lebih logis dan rasional, karena berdasarkan bukti bukti ilimiah yang empiris. sekarang bagaimana penjelasan dan pemahaman anda tentang manusia diciptakan dari tanah? apakah itu harus dipahami mentah mentah secara harfiah atau itu adalah bahasa figuratif?
tentang mengapa harus berbuat baik kalau kehidupan setelah kematian tidak ada, sekarang coba dibalik logikanya, memang kita berbuat baik dikarenakan ada atau tidak ada akhirat? tentang poin selanjutnya, agama ada sebagai pengatur moral manusia pada jaman itu, yang berarti kita melakukan kebaikan dan tidak melakukan kejahatan sebab ada insentif dan ancaman? bagaimana kalau kita sama sama melakukan itu tapi tidak perlu ada tarikan insentif dan dorongan ancaman namun menggunakan moral? apakah itu lebih buruk atau tidak lebih baik?
mhon ma’f sebelumnya saya ingin bertanya pada penganut paham athisme!
1. pernahkah kalian punya harapan/berharap ketika d hadapkan pd situasi yg ckp sulit, contoh: ketika teman saya dlm keada’n sulit, saya selalu berkata ” aq berHARAP dia baik2 saja”. kata harap tersebut saya sandarkan kepada tuhan agar teman saya d beri perlindungannya.
pertanya, kalian pernah kalian mengucapkan kata “saya berharap (i hope)”, kalo iya otu d sandarkan ke apa, kalo bkan pd tuhan! padahal sang pemberi harapan.!
2. apakah orang atheis percaya tahayul seperti ilmu santet, pelet, pesugihan Dsb!
jaka tdak bagaimana menyikapi hal tersebut, (contoh: paku tiba2 dalam perut, padahal paku tidak seharusnya berada d perut,)
Nb: skali lg mhon m’f bakan bermaksud untuk menghina atau mencaci, n jka kata2 kasar harap d makklumi cz bru belajar nulis!
Huwahahaha……..Apa bedanya anda dengan binatang…saya saranin mati ajalah kamu.daripada ga berguna dan ngabis2in yang ada didunia ini dari ALLOH-“ku…..
kalo gitu siapa yg nyiptain alam semesta??
Pertanyaannya salah dan mengandung asumsi. Harusnya: Bagaimana alam semesta bisa ada?
Saya hanya mau bertanya Kenapa Manusia bisa memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda?
Mikirin tentang penciptaan ..aja sampe bingung..akal anda udah mentok..ko ya mau nanya tentang Allah SWT.mana nyambung otak manusia .
Perdebatan ini akan terus terjadi sampai kiamat. Berarti jika kalian masih berdebat tandanya kiamat masih jauh……terima kasih dan salam. Sampai jumpa di akherat….
Perdebatan ini akan terus terjadi sampai kiamat. Berarti jika kalian masih berdebat tandanya kiamat masih jauh……terima kasih dan salam. Sampai jumpa di akherat….
bila anda ingin melihat pihak mana yg benar anda bisa temukan setelah anda meninggal nanti….dan setelah hari kiamat nanti baru kita akan mengetahui siapa yg benar dan siapa yg akan menyesal ketika seumur hidupnya di dunia fana ini….and fenomena penyesalan pasti ada
wassalam