Mesin waktu, dari sudut pandang film-film fiksi sains, adalah sebuah kendaraan di mana pengendara (dan penumpangnya) mempunyai kemampuan untuk memanipulasi arus jalannya waktu sehingga dapat memutarbalikkan waktu menuju masa lalu atau mempercepat waktu menuju masa depan. Apakah kemampuan untuk memanipulasi arus jalannya waktu ini benar-benar bisa dilakukan? Mari kita bahas bersama. Tapi sebelumnya mari kita bedakan antara perjalanan ke masa lalu dan ke masa depan.
Apakah perjalanan menuju masa lampau itu mungkin? Apakah kita bisa memutarbalikkan waktu?
Jawaban singkatnya, tidak. Dalam bidang fisika termodinamika, kita mengenal apa yang disebut dengan entropi. Entropi, dalam skala keseharian, adalah nilai perubahan energi untuk mencapai keseimbangan temperatur dalam sebuah sistem tertutup. Contoh sederhana disebutkan dalam hukum kedua termodinamika itu sendiri: energi panas akan selalu mengisi ruangan yang bersuhu lebih rendah sehingga suhu akhir ruangan tersebut mencapai keseimbangan. Sedangkan di skala sub-atomik, entropi adalah dinamika pergerakan partikel untuk mencapai suatu keseimbangan (thermal equilibrium) yang berprinsip pada hukum kedua termodinamika. Jadi, memutarbalikkan waktu berarti juga memutarbalikkan momentum pergerakan seluruh partikel di alam semesta ini agar menempati posisi sebelumnya. Hal ini tentu bertentangan dengan hukum kedua termodinamika.
Meskipun perjalanan menuju masa lalu dibatasi oleh hukum kedua termodinamika, tentu ini tidak membatasi kemungkinan-kemungkinan lain yang ada. Dengan maraknya konsep multi-semesta, mungkin suatu saat kita bisa menciptakan sebuah celah untuk menyeberang ke semesta lain yang memiliki awal mula lebih lambat dari semesta kita.
Bagaimana dengan perjalanan ke masa depan? Apakah perjalanan ke masa depan itu mungkin?
Ya, perjalanan ke masa depan itu bisa dilakukan. Faktanya, kita sekarang ini sedang melakukan perjalanan ke masa depan dengan tingkat perubahan waktu yang konstan dan sama. Durasi satu menit yang baru saja saya lalui, sama dengan durasi satu menit yang baru saja anda lewati (atau kurang lebih sama).
Albert Einstein dengan jurnal ilmiahnya teori relativitas khusus, menyimpulkan bahwa waktu itu relatif dan bergantung kepada standar acuan masing-masing. Jika standar acuan kita sama, maka kita akan setuju dengan nilai durasi satuan waktu: “satu detikku sama dengan satu detikmu”. Konsep perjalanan ke masa depan adalah bagaimana kita bisa mengubah acuan tersebut sehingga durasi satuan waktu keduanya tidak sama: “panjang satu detikku, bagimu adalah satu jam (atau satu hari, atau satu tahun, bahkan satu abad)”. Efek perbedaan durasi waktu ini dikenal dengan sebutan dilasi waktu.
Apa yang harus dilakukan agar efek dilasi waktu terjadi?
Yang perlu dilakukan hanya satu, bergeraklah secepat mungkin. Semakin cepat sebuah obyek bergerak, semakin kentara efek dilasi waktunya. Agar lebih rasional, mari kita lakukan eksperimen dengan menggunakan alat sederhana yaitu jam cahaya. Jam cahaya adalah alat penunjuk waktu yang menghitung pergerakan pantulan cahaya sebagai indikasi durasi waktu. Satuan durasi waktu bisa ditetapkan dengan menghitung berapa kali partikel cahaya (foton) memantul di dalam jam tersebut (contoh: indikasi 1 detik adalah 100 kali pantulan, atau 300 juta kali pantulan, tergantung dari ketinggian (h
) jam tersebut).

(diagram 1)
Mari panggil teman-teman kita untuk memperagakan fenomena ini. Sebut Ani (obyek diam) dan Bambang (obyek bergerak). Baik Ani maupun Bambang, masing-masing membawa jam cahaya yang sama. Ani berdiri di dalam sebuah peron stasiun kereta api dan Bambang berada di dalam kereta api yang sedang bergerak ke arah timur (kanan) dengan kecepatan konstan. Keduanya dalam posisi inersia (Ani – inersia diam dan Bambang – inersia bergerak dengan kecepatan konstan).
Pada saat kita mengamati jam cahaya milik Ani, kita akan melihat jam cahaya berfungsi seperti biasa, partikel cahaya akan memantul vertikal keatas dan kebawah sesuai dengan tinggi jam cahaya (lihat gambar diatas). Sedangkan saat kita mengamati jam milik Bambang yang juga sedang bergerak ke timur dengan kecepatan konstan, pantulan partikel cahaya tidak bergerak vertikal keatas melainkan membentuk sudut diagonal. Dengan fakta ini, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa durasi satuan waktu Bambang tidak sama dengan Ani, karena partikel cahaya pada jam Bambang harus bergerak lebih jauh daripada jam milik Ani.

(diagram 2)
Semakin cepat Bambang bergerak, semakin kecil sudut BAC
(lihat gambar diatas), semakin jauh pula jarak yang harus ditempuh partikel cahaya untuk menyelesaikan satu kali pantulan. Nah, selanjutnya mari kita bahas secara lebih detil matematika di balik perhitungan dilasi waktu.
Seberapa cepatkah kita harus bergerak sehingga efek “pergi ke masa depan” menjadi signifikan?
Mari kita mulai dengan mengamati diagram jam cahaya di atas. Daftar variabel yang akan kita gunakan adalah (pergunakan diagram 2 untuk penjelasan geometri ABC):
c — kecepatan pergerakan partikel cahaya
v — kecepatan pergerakan jam cahaya
h — tinggi jam cahaya (sama dengan jarak B ke C)
d — jarak yang ditempuh cahaya untuk acuan bergerak (sama dengan jarak A ke B)
x — jarak yang ditempuh jam cahaya (sama dengan jarak A ke C)
tA — satu satuan waktu untuk acuan jam diam
tB — satu satuan waktu untuk acuan jam bergerak
Perlu diingat rumus dasar kecepatan.
Standar satu satuan waktu pada jam cahaya dihitung mulai saat partikel cahaya berjalan meninggalkan dasar sensor, mengenai sensor bagian atas, dan memantul kembali ke sensor bagian bawah.
Karena kita mengetahui kecepatan partikel cahaya (c
) dan tinggi jam cahaya (h
), kita bisa menuliskan rumus satu satuan waktu untuk jam diam (tA
).
Jarak A ke C atau x
bisa diartikan sebagai setengah dari jarak total pergerakan cahaya dalam satuan waktu tB
.
Untuk mengetahui nilai satu satuan waktu pada jam bergerak (tB
), kita perlu tahu jarak yang ditempuh cahaya (d
) dengan menggunakan rumus pitagoras.
Dengan nilai d
diketahui, kita bisa menurunkan rumus satu satuan waktu untuk jam bergerak (tB
).
Kuadratkan kedua sisi.
Mari kita susun ulang persamaan diatas sehingga menghasilkan tB
di satu sisi dan tA
di sisi lainnya.
Kita mendapatkan rumus utama kita, yaitu rumus yang dikenal dengan nama transformasi Lorentz. Dari rumus diatas, nilai yang berada di antara tA
dan tB
disebut dengan faktor Lorentz yang biasanya disebut juga dengan faktor gamma.
Faktor Lorentz adalah rumus yang sangat krusial di bidang fisika modern (disebut juga dengan fisika relativitas). Rumus relativitas ini menggeser paradigma manusia tentang ilmu fisika tradisional yang dipionirkan oleh Newton.
Bagaimana menerapkan rumus diatas?
Anggap saja kereta yang dikendarai Bambang bergerak dengan kecepatan super cepat, 3000 kilometer/detik. Dengan nilai kecepatan cahaya c
= 300000 kilometer/detik, maka nilai faktor Lorentznya adalah 1,00005. Apa artinya?
Artinya Ani akan melihat bahwa jam cahaya Bambang akan bergerak 1,00005 kali lebih lambat. Nilai faktor tersebut berasa tidak signifikan. Untuk itu mari kita percepat pergerakan Bambang dan memasukkan nilai masing-masing kecepatan di dalam tabel berikut:
Kecepatan | Faktor Lorentz | Ani | Bambang |
---|---|---|---|
30000 km/det (10% kecepatan cahaya) | 1,005 | 1,005 detik | 1 detik |
150000 km/det (50% kecepatan cahaya) | 1,15 | 1,15 detik | 1 detik |
240000 km/det (80% kecepatan cahaya) | 1,67 | 1,67 detik | 1 detik |
99.00% kecepatan cahaya | 7,1 | 7,1 detik | 1 detik |
99.99% kecepatan cahaya | 70,1 | 70,1 detik | 1 detik |
99.9999% kecepatan cahaya | 707,1 | 12 menit | 1 detik |
99.99999999% kecepatan cahaya | 70710 | 19.6 jam | 1 detik |
Dari tabel di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa semakin cepat Bambang bergerak, semakin lambat jam Bambang dilihat dari acuan Ani. Pada 99.99% kecepatan cahaya, jam Ani sudah berdetak 70 kali, sedangkan jam Bambang hanyak berdetak 1 kali. Jika Bambang bergerak dengan kecepatan ini secara konstan selama 1 tahun (waktu acuan Bambang), waktu pada acuan Ani sudah berjalan 70 tahun. Dari sini kita bisa menggunakan konsep dilasi waktu sebagai sarana untuk melakukan perjalanan ke masa depan.
Apakah efek dilasi waktu ini benar-benar nyata?
Ya. Eksperimen sudah membuktikan bahwa efek dilasi waktu benar-benar terjadi terhadap sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Contohnya adalah satelit GPS. Satelit-satelit GPS yang berada di angkasa bergerak dengan kecepatan tinggi, karena itu terjadi dilasi waktu menyebabkan jam pada satelit tersebut berjalan lebih lambat. Jika tidak ada koreksi yang mengikut-sertakan faktor dilasi waktu, sistem GPS tidak akan berjalan secara akurat. Maka dari itu, para insinyur satelit sudah menciptakan sistem untuk melakukan sinkronisasi waktu antara alat GPS di darat dan satelit di angkasa.
Apa kendala untuk melakukan perjalanan ke masa depan?
Tentu saja meskipun konsep dilasi waktu tampak sederhana, kita masih mempunyai kendala untuk memproduksi kendaraan super cepat, yaitu energi. Perlu energi yang sangat besar untuk mendorong roket dan menghasilkan percepatan untuk meraih kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Bahkan jika kita menerapkan konversi energi dengan rumus terkenal Einsten sekalipun
akan membutuhkan jutaan ton kilogram massa yang bisa dikonversi menjadi energi murni untuk mempercepat sebuah kendaraan mendekati kecepatan cahaya.
merkurius bergerak lebih cepat daripada bumi, demikian juga contoh satelit GPS yang bergerak lebih cepat
ambil konstan ini berlangsung 1 miliar tahun
lalu apakah secara reality, merkurius dan satelit GPS berada di masa depan daripada bumi,
saya pikir tidak,
tapi mohon koreksinya jika saya salah argumentasi
jika diandaikan bumi dan merkurius sama2 menglilingi bumi dalam 1 tahun bumi lebih cepat harusnya, cmiiw. jika sesuatu bergerak lebih cepat maka akan mengalami perlambatan waktu. anggap aj kayak slow motion. mungkin prinsipnya sama kayak nonton film di cepetin ato dilambatin.
Soal dilasi waktu, kalau ga salah saya pernah baca massa gravitasi juga mempengaruhi laju waktu i.e. waktu melaju lebih lambat di sekitar massa gravitasi. Jam di satelit GPS juga bisa tidak sinkron karena lebih jauh dari pusat gravitasi bumi. Apa benar?
Benar. Gravitasi mempengaruhi waktu. Namun perbedaannya sangat kecil sehingga tidak terlalu berpengaruh. Jika anda memiliki jam dengan skala nanosecond, maka nanti akan ditemukan perbedaan antara satu detik di puncak himalaya dan dataran rendah di cilacap, misalnya. Gravitasi memiliki pengaruh terhadap waktu.
sebenarnya ada 2 kmungkinan
-gravitasi berpengaruh terhadap waktu?
-apa gravitasi berpengaruh pada alat ukur waktu?
kalau saya percaya gravitasi dan kecepatan berpengaruh pada alat ukur waktu, yang menyebabkan perbedaan waktu antara alat ukur yang di bumi, dan yang di angkasa
sumber
https://answers.yahoo.com/question/index?qid=20080615204420AAePzCG
best answer’a bagus itu
Benarkah apabila kita melaju lebih cepat dari cahaya akan bisa kembali ke masa lalu? Saya pernah dengar yang namanya partikel ‘tachyon’ katanya lajunya melebihi kecepatan cahaya. Benarkah ini? Richard Feynman dalam konsepnya mengenai ‘sum over histories’ (jumlahan sejarah) juga pernah mempostulatkan bahwa positron adalah elektron yang bergerak mundur dalam waktu. Bisakah sedikit dijelaskan bagaimana ini bisa terjadi? Terima kasih.
Ping balik: Apa Itu Mesin Waktu ? | Ateis Jawa (Javanese Atheist)
Berarti isro’ mi’roj Nabi Muhammad naik buroq bukan bohongan.
Iya benar sekali..Dan ini pukulan terbesar bagi para Atheisme Lokal..Sesederhana itu..
Senang sekali diskusi ini, dimana tanya jawabnya menggunakan dasar-dasar sains modern. Bila tanya atau jawab sudah masuk pada dokma agama berdasarkan ayat-ayat kitab suci masing-masing maka pasti tidak akan sinkron lagi. Penyebabnya agama bersifat dokmatif dan absolut, sedangkan sains berdasarkan pembuktian. Hanya orang bejo yang memahami masalahnya.
saya ga percaya einstein,
jika anda bisa tidak percaya tuhan
kenapa juga harus percaya einstein itu pasti benar
itu waktunya yang mengalami dilatasi apa alat ukurnya yang mengalami gangguan/ada kendala lain dalam pengukuran???
nah anda baca lagi sejarah eisnstein, bagaimana dia bisa menyimpulkan seperti itu, dan anda liat
percobaan sederhananya
kalau ilmuan ga bisa open minded dan selalu berfikir einstein selalu benar saya rasa orang-orang kayak gini seperti katak dalam tempurung ga pernah bisa maju
eisntein bagi gue bukan genius sejati, cuma digede-gedein media aja
“Tuhan menciptakan dunia bukan dengan melempar dadu.”
-Albert Einstein
jika dimerngerti lebih dalam kalimat tersebut berarti Tuhan itu ada. Tetapi dari alam semesta diciptakan sampai akhir atau paling tidak sampai pada saat – saat akhirnnya ( kiamat ) alam semesta diatur oleh suatu hukum yang dibuat oleh Tuhan dan dapat dimengerti oleh manusia serta Tuhan tidak bisa ikut camput pada masa tersebut, atau paling tidak Tuhan tidak mau dan jikalau Tuhan ikut campur maka yang terjadi adalah seperti dalam kitab suci dan mujizat yang terjadi. Itupun hanya semata – mata untuk kepentingan saat – saat sesudah alam semesta sudah dicampur tangan oleh Tuhan dalam sekala yang besar dan berpengaruh secara luas kepada manusia. ( hari penghakiman ) dan mujizat tsb tdk dapat dimengerti oleh manusia.
Saya juga ingin berdiskusi dengan orang yang ateis atau mencintai sains atau ingin belajar lebih lagi tentang keagaaman dan pengaruh Tuhan dalam alam semesta serta sains secara luas. Hub saya di 0888-8414-594 (smartfren)
Hanya bisa membaca dan mencoba memahami walau ilmu masih belum nyampek ke situ,
ternyata ilmu itu juga bisa membodohkan. secepat apapun kendaraan yang anda naiki, anda akan tetap berada di waktu normal. misalnya anda sedang mendidihkan air, waktu akan mendidih adalah 2 jam lagi. lalu anda naiki kendaraan 10000km/detik. anda kembali ketempat anda semula dengan lama perjalanan 1 jam. ketika anda kembali, tetap saja air tadi masih membutuhkan 1 jam lagi untuk mendidih. jika anda tetap dengan logika anda, sama saja anda menganggap pesawat terbang itu adalah mesin waktu. 😀
Big bang dengan bahan bakar sebesar itu pasti mengeluarkan energi yang sangat besar, kemungkinan meluncurkan materi dengan kecepatan tinggi juga, dimana beberapa materi itu menjadi galaksi kita, berarti galaksi kita tercipta dengan materi yang meluncur dengan kecepatan tinggi, dalam kecepatan tinggi waktu akan melambat . Sementara bigbang meledak di tempat yang tetap (di sini saya hubungkan dengan kecepatan lambat) dalam kecepatan lambat waktu akan lebih cepat.
Kesimpulan saya big bang masih berlangsung hingga sekarang dan belum selesai kesimpulan ini dilandasi oleh teori dilasi waktu.
Bisa di koreksi om!
Big bang dengan bahan bakar sebesar itu pasti mengeluarkan energi yang sangat besar, kemungkinan meluncurkan materi dengan kecepatan tinggi juga, dimana beberapa materi itu menjadi galaksi kita, berarti galaksi kita tercipta dengan materi yang meluncur dengan kecepatan tinggi, dalam kecepatan tinggi waktu akan melambat . Sementara bigbang meledak di tempat yang tetap (di sini saya hubungkan dengan kecepatan lambat) dalam kecepatan lambat waktu akan lebih cepat.
Kesimpulan saya big bang masih berlangsung hingga sekarang dan belum selesai kesimpulan ini dilandasi oleh teori dilasi waktu.
Bisa di koreksi om!!
Bang ABAM mau tanaya Kenapa Nabi Musa Bisa membelah lautan dan ad bekas belahannya??? … kenapa tiang listrik di bangung tinggi .. ??????
Alex : Harusnya yg naik kendaraan super cepat itu airnya, bukan kamunya -_-
Tak paham dengan fisika. Tapi oke juga keterangannya. Meski kurang setuju dikit ^_^
Jam terlihat lambat terjadi karena cahaya yang dipantulkan dari jam tersebut kemata kita terlambat akibat jam tersebut bergerak dengan kecepatan cahaya. Tapi ketika jam tersebut berhenti ane jamin jamnya tiba-tiba jadi sama lagi sama jam kita. Kenapa soalnya jam yang terlihat waktu terbang dengan kecepatan tinggi, jam yang terlihat oleh mata kita adalah cahaya/bayangan pantulan jam yang telat ke mata kita. Nah pas jam itu berhenti didepan kita ane jamin itu jam yang tadinya telat jadi sama lagi sama jam kita kenapa, karena cahaya/ bayangan jam yang datang ke mata kita adalah cahaya yang baru lagi.
Contoh nyata, kalo astronom melihat galaxy yang baru lahir/meledak/bing bang pada hakekatnya itu adalah kejadian jutaan tahun cahaya yang lalu, Nah klo kita bisa terbang ke galaxy tersebut dengan kecepatan tinggi hingga butuh cukup satu detik saja sampai di sana ane jamin bahwa kondisinya sebenarnya bukan lagi sebagai galaxy yang baru lahir, tapi galaxy yang sedang mengembang.
Klo kita bisa menagkap cahaya dan menyatukan cahaya yang pernah memntulkan segala aktifitas kita, maka kita bisa melihat bukti-bukti masa lalu dan peristiwa-peristiwa masa lalu. di dalam Islam kami percaya bahwa pada hari pembalasan manusia akan ditampakkan perbuatannya selama hidupnya didunia.. Wallahualam bissawab. Hanya Allah yang lebih tahu segalanya,
Orang yang menciptakan mesin waktu hanya sekedar untuk membuktikan dilatasi waktu dan berharap bahwa mesin itu kembali dan berharap bahwa jam yang ada di dalam mesin tersebut benar-benar telat adalah orang yang akan merasakan rugi kenapa, karena dilatasi waktu terjadi kalo dia bergerak dengan kecepatan mendekati cahaya dan ketika dia kembali ketempat semula maka jam yang ada di dalam mesin tersebut akan kembali sama dengan jam dari orang yang melihat mesin waktu tersebut. Gitu ya, oke nggap dia meletakkan jam di drone yang bisa bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, dan dia sendiri juga memegang jam ditangannya. Kedua jam disamakan jamnya misal jam 01:00. Lalu drone tersebut di terbangkan dengan kecepatan dengan sangat cepat. Orang yang melihat jam di drone akan melihat jamnya telat sekian detik. Dan ketika drone tersebut sampai ke orang tersebut tiba-tiba jam di drone sama lagi sama jam yang dia pegang. Kenapa karena pada saat berhenti, jam yang dilihat adalah berasal dari pantulan cahaya/bayangan jam yang ada disekitar saat itu.
Pada saat drone terbang jam di dalam drone bergerak sesuai dengan jam yang di pegang oleh orang tersebut. Semoga mengerti.
Nah klo saja kita bisa menangkap cahaya yang dulu pernah menjadi bayangan peristiwa di masa lalu kita bisa melihat peristiwa-peristiwa masa lalu. Sebagai orang yang beriman pada hari penghakiman Allah akan memperlihatkan segala perbuatan semua manusia di masa lalunya. Wallahualam, Allah yang lebih tahu segalanya.