Baru-baru ini saya menemukan komentar berikut terhadap salah satu tulisan saya di web ABAM: “Manusia tidak bisa damai tanpa agama dan hanya dengan mengandalkan logika.” False dilemma yang tersirat dalam komentar si X, bahwa “tanpa agama” berarti “hanya mengandalkan logika” akan saya bahas lain kali. Jujur, saya sudah lelah membaca dan mendengar komentar serupa. Banyak penganut agama yang berasumsi bahwa manusia hanya bisa “baik” kalau beragama. Yah, wajar saja kalau X (yang sepertinya orang baik-baik) percaya bahwa (seperti kebanyakan umat beragama yang baik-baik juga) semua konflik agama disebabkan oleh “oknum” dan bukan oleh ajaran-ajaran agama, juga bahwa manusia betul-betul butuh agama agar bisa hidup dengan damai atau agar bisa menjadi manusia yang baik. Memang benar, kebanyakan konflik agama tidak murni disebabkan perang ideologi, namun juga disebabkan banyak faktor lain seperti ekonomi, wilayah, rebutan sumber daya, tribalisme, dsb. Sure, sure. Saya juga jujur kurang yakin kalau dogma tok bisa membuat sekelompok orang kalap tanpa dibantu kemisikinan, ketimpangan sosial, dan faktor lainnya. Masa iya FPI mau repot-repot mengancam tempat-tempat hiburan kalau bukan ujung-ujungnya minta amplop? Tidak mungkin kan lapisan bawahnya yang seringkali rela berpanas-panas ria membawa spanduk itu menikmati gaji jauh di atas UMR? Cukup sering juga agama menjadi lem identitas yang menyatukan kelompok yang tertindas, rebutan sumber daya, wilayah dan lain sebagainya yang saya sebut tadi. Bahwa doktrin agama seringkali berpotensi memperburuk keadaan atau memperpanjang konflik mungkin bisa dibahas di kesempatan lain.
Di kesempatan ini, saya tertarik membahas beberapa hal: apa betul manusia (sebagai kelompok) tidak bisa hidup damai tanpa agama? Lalu apa kriteria “manusia baik” yang layak dijadikan pegangan? Dan dengan mempertimbangkan kriteria “baik” ini, mengapa kita sangat perlu akal sehat (atau yang kayaknya disebut “logika” oleh si X) dalam mengambil keputusan?
~
Sebelum membahas apa manusia bisa hidup damai tanpa agama, pertama-tama kita harus terlebih dahulu sepakat dengan kriteria “damai.” Sebagai kelompok, manusia dapat dikatakan damai kalau bebas dari konflik. Mungkin kriteria netral yang dapat saya gunakan di sini adalah yang dipakai oleh Global Peace Index. GPI adalah produk The Institute for Economics and Peace yang berbasis di Australia. Setiap tahun GPI mengeluarkan daftar peringkat negara-negara menurut indeks “kedamaiannya,” sesuai dengan data yang dikumpulkan oleh The Economist Intelligence Unit. Kriteria “damai” GPI antara lain sebagai berikut: jumlah konflik internal maupun eksternal, jumlah kematian yang disebabkan konflik internal maupun eksternal, tingkat kriminalitas, stabilitas politik, aktivitas teroris, jumlah tindakan kejahatan yang violent, jumlah kasus pembunuhan per 100.000 orang, dan lain-lain. You get the picture.
~
Berikut adalah negara-negara paling damai menurut GPI, dengan memperhitungkan faktor-faktor yang saya sebut di atas (urutan sesuai peringkat, dimulai dari peringkat paling tinggi): Islandia, Denmark, Selandia Baru, Austria, Swiss, Jepang, Finlandia, Kanada, Swedia, Belgia, Norwegia, dst. Daftar lengkapnya bisa ditemukan di: http://en.wikipedia.org/wiki/Global_Peace_Index#Global_Peace_Index_rankings
Kalau kita sepakat bahwa kriteria damai yang digunakan GPI cukup baik dan bahwa asumsi si X bahwa “manusia tidak bisa damai tanpa agama” memang betul, seharusnya negara-negara yang menduduki peringkat teratas dalam GPI adalah negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama. Betul kan? Bagaimana mungkin negara-negara tersebut bisa damai (i.e., memiliki tingkat konflik, tingkat kriminalitas, tingkat pembunuhan, tingkat kematian akibat konflik, dst. yang rendah) kalau mayoritas penduduknya tidak beragama?
Yuk kita lihat, seperti apa sih kepercayaan mayoritas penduduk di negara-negara yang saya sebut di atas?
NOTE: sisa persentase menjawab tidak tahu atau tidak bersedia menjawab.
Islandia: 31% percaya Tuhan, 49% tidak percaya Tuhan namun percaya semacam “spirit” atau “life force”, dan 18% tidak percaya Tuhan, spirit, dan life force*
Denmark: 28%, 47%, 24%
Austria: 44%, 38%, 12%
Swiss: 44%, 39%, 11%
Jepang: Kurang dari 15% mengaku memiliki afiliasi agama (2010)**
Finlandia: 33%, 42%, 22%
Kanada: 30% tidak percaya Tuhan***
Swedia: 18%, 45%, 34%
Belgia: 37%, 31%, 27%
Norwegia: 22%, 44%, 29%
(Sumber: Eurobarometer Poll 2010, Canadian Ipsos Reid Poll, dan Craig Lockard)
Bandingkan angka-angka di atas dengan Indonesia yang populasi irrelijiusnya mungkin tidak sampai 1% (maklum kalau susah mendapatkan angka yang akurat berhubung WNI “diharuskan” beragama).
*Pada tahun 2013, 76,18% penduduk Islandia berafiliasi dengan the Church of Iceland. Angka ini sekilas membingungkan, mengingat hasil survey yang saya berikan di atas. Yang perlu dimengerti, “afiliasi” dengan agama tidak berarti seseorang menganut agama tersebut atau beribadah menurut agama tersebut, seperti yang akan saya jelaskan di bawah.
**Menurut Craig A Lockard. Societies, Networks, and Transitions Since 1450 (2nd ed., 2010). Secara budaya, Jepang mengkombinasikan beberapa kepercayaan, termasuk Shinto. Sedangkan menurut makalah yang diterbitkan Harvard University Press tahun 1988, 70%-80% penduduk Jepang menjawab tidak percaya agama saat diikutsertakan dalam survey.
***Survey yang diselenggarakan di Kanada berbeda dengan survey yang dilaksanakan di negara-negara Eropa yang disebut di atas. Survey yang saya sebut diselenggarakan oleh The Canadian Ipsos Reid Poll (2012). Yang menarik, menurut survey yang sama, dari 31% yang mengaku tidak percaya Tuhan (BUKAN dari total penduduk), 33% mengidentifikasi diri sebagai Katolik, dan 28% mengaku Protestan. Bisa dilihat bahwa mereka yang mengaku tidak percaya Tuhan, secara kultural adalah Katolik atau Protestan. Sebagai tambahan, menurut sensus pemerintah Kanada, populasi yang nonrelijius meningkat dari 12,6% pada tahun 1991 hingga 23,9% di tahun 2011.
~
Survey agama memang sedikit problematis, seperti yang dapat kita lihat di atas. Kok bisa orang yang mengaku tidak percaya Tuhan juga mengaku Katolik? Ambil contoh kakak ipar saya (Italia-Amerika) yang “Katolik” secara kultural. Ia tidak pernah ke gereja maupun berdoa, namun merayakan Natal, tidak jauh beda dengan saya yang ateis namun dibesarkan secara protestan dan masih suka menyanyikan lagu-lagu Natal atau bertukar kado saat Natal. Juga teman saya yang orang Turki yang mengaku Muslim, namun tidak percaya Tuhan personal, organized religion, dan bahkan tidak tahu kalau wanita tidak boleh salat di masjid saat menstruasi. Bingung? In short, “agama” bagi mereka yang nonrelijius (bahkan ateis) dapat berperan sebatas sebagai identitas kultural, jadi kita harus ingat bahwa “afiliasi agama” sama sekali berbeda dengan religiositas.
Biar mudah, berikut daftar bangsa yang paling tidak religius* menurut GALLUP WorldView Poll 2006-2011 (diakses 14 September 2011):
- Swedia
- Denmark
- RRC
- Norwegia
- Estonia
- UK
- Hong Kong
- Perancis
- Czech Republic
- Jepang
- Finlandia
- Belgia
- Selandia Baru
*Daftar sesuai peringkat, dari paling tidak religius.
Di Eropa, jumlah penduduk yang tidak beragama semakin meningkat. Menurut studi berdasarkan sembilan survey berbeda yang hasilnya dilaporkan di pertemuan American Physical Society di Dallas, AS, pada tahun 2011, agama akan mulai “punah” di negara-negara berikut: Australia, Austria, Kanada, Czech Republic, Finlandia, Irlandia, Belanda, Selandia Baru, dan Swiss. Model matematika yang digunakan sama dengan yang digunakan oleh Dr. Daniel Abrams di tahun 2003 untuk untuk mengukur “kematian” (kepunahan) bahasa-bahasa dunia (http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-12811197). Cukup lucu bahwa banyak negara yang digunakan dalam survey juga dinilai GPI sebagai negara-negara yang paling “damai” di dunia. Kebetulan?
~
Jadi, menganggapi komentar pengunjung web ABAM tadi: tidak, manusia sebagai kelompok tidak butuh agama untuk damai, untuk tidak berbuat jahat, dst. (by the way, baru-baru ini empat penjara di Swedia yang penduduknya hanya 18% teis ditutup karena jumlah pelaku tindakan kriminal menurun). Mungkin saja si X tadi secara pribadi merasa agama memberikan dia jangkar moral, belum lagi ketenangan, harapan, dsb. Mungkin saja ada manusia-manusia yang akan saling bacok kalau tidak dilarang agama, atau akan mencuri, atau akan korupsi, seperti yang sering terjadi di Indonesia ini. Eh…ah sudahlah.
Kita yang dibesarkan di Indonesia sudah dikondisikan dari kecil untuk percaya bahwa tanpa agama manusia tidak akan berfungsi secara sosial dan akan bertindak anarkis, bahwa agamalah yang berperan sebagai rem moral. Maka mungkin wajar kalau ada ketakutan bahwa tanpa rem moral tersebut, manusia akan bertindak semaunya. Kalau Anda sering main ke FP ABAM, tentu sering kan ketemu pertanyaan kocak seperti, “Kalau tidak percaya Tuhan, berarti kalian bebas dong ngapain aja (dari nyolong, membunuh, sampai ke yang absurd seperti ‘ngeseks dengan adik/ibu sendiri’—true story)?” Namun, dengan logika serupa, seharusnya Indonesia yang mayoritas beragama lebih bersih dari tindakan kejahatan, korupsi, human trafficking, konflik internal, dan sebagainya dibandingkan bangsa-bangsa “kafir” yang saya sebutkan di atas. Kenyataannya? Justru tingkat pendidikan dan kesejahteraanlah yang berkorelasi lebih erat dengan kedamaian, dengan rendahnya tingkat kriminalitas.
Anyway, sekedar menawarkan perspektif. Berikut adalah lima negara yang menduduki peringkat terendah GPI: Sudan, Irak, Syria, Somalia, Afghanistan. Apa ini berarti agama membuat orang saling bunuh? Tidak juga. Kenyataannya memang jauh lebih kompleks dari itu, karena seperti yang saya kemukakan di awal, banyak variabel lain yang memiliki andil. Hanya, kalau agama menjamin manusia akan damai atau kalau manusia butuh agama agar damai, melihat bukti yang ada, ya sudah jelas salah. Saya yakin, tanpa percaya Tuhan atau agama pun Anda tidak akan lantas jadi maling, pemerkosa, dan pembunuh. Atau taruhlah Anda termasuk sebagian kecil manusia yang memang ada bakat psikopat, tidak punya empati, dan cuma takut sama neraka (semoga tidak ya), mbok ya jangan pukul rata dan menganggap bahwa semua orang seperti Anda.
~
Lalu mengapa manusia perlu akal sehat (mungkin ini yang disebut si X tadi sebagai “logika”—terus terang saya juga kurang paham) agar bisa benar-benar “baik”? Ambil contoh teman saya di Amerika Serikat. Katherine ini murid S2, salah satu murid yang paling berprestasi di bidang kami. Suatu saat saya, Katherine, dan teman saya satu lagi sedang bersiap-siap menonton film horor. Entah kenapa, link Amazon Prime yang ingin kami gunakan untuk menonton film online sedang kumat. Karena frustrasi, teman saya yang satu lagi mengusulkan agar kami menonton film tersebut di link lain yang gratis (dan seperti kebanyakan situs film gratis, juga ilegal). Katherine terdiam sebentar. Kata dia pelan-pelan (mungkin karena tidak mau menyinggung perasaan teman saya atau terkesan menggurui), “Hm, sebisa mungkin I want to do it the right way.” The right way artinya, tidak melanggar hukum dengan menonton film bajakan di link online gratis.
Memang perlu sedikit saja akal sehat untuk mengerti bahwa menonton film bajakan, menyogok polisi demi menghindari surat tilang, tidak membayar pajak seperti semestinya, sama saja dengan mencuri, karena merugikan pihak-pihak lain dengan mengambil atau tidak memberikan uang kepada pihak-pihak yang berhak secara hukum. Katherine ini juga tidak membeli pakaian dari beberapa merk Amerika Serikat karena tidak setuju dengan bagaimana mereka memperlakukan pekerja-pekerja pabrik di berbagai negara ketiga (baik dari kondisi kerja sampai tunjangan hidup). Katherine juga tidak membeli berlian karena khawatir berlian tersebut datang dari daerah-daerah konflik.
Dan guess what? Katherine seorang ateis yang datang dari keluarga sekuler. Ia, tidak seperti saya, tidak dibesarkan secara agama. Dan seperti saya, ia menganggap semua agama dan kitab suci hanya dongeng belaka.
Kalau Anda taat beragama dan yakin bahwa agamalah yang membuat Anda tetap baik, tanyakan ke diri Anda sendiri, apakah Anda sudah se”baik” Katherine (yang, btw, juga seorang vegetarian)? Atau sekedar “baik” secukupnya menurut agama Anda saja (tidak nyolong dompet orang, tidak membunuh, menghormati orang tua, rajin ibadah, sedekah, yaddayadda)? Menjadi baik secukupnya itu mudah kalau Anda bukan seorang sociopath. Menjadi benar-benar baiklah yang susah. Saya juga masih berusaha agar bisa sebaik teman saya Katherine.
(Alika)
~~~
P.S.
Omong-omong soal korupsi tadi, sebagai penutup, ini daftar 10 negara paling tidak korup menurut studi yang diselenggarakan Transparency International (dimuat di Reuters):
Paling tidak korup (sesuai peringkat):
- Denmark
- Selandia Baru (skor sama dengan Denmark)
- Finlandia
- Swedia (skor sama dengan Finlandia)
- Norwegia
- Singapura (skor yang sama dengan Norwegia)
- Swiss
- Belanda
- Australia
- Kanada (skor yang sama dengan Australia)
Bosan yah. Negara-negara yang sama terus yang muncul.
Sumber:
Klik untuk mengakses 2013_Global_Peace_Index_Report.pdf
Klik untuk mengakses 2012-Global-Peace-Index-Report.pdf
http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-12811197
Klik untuk mengakses 99-010-x2011001-eng.pdf
http://www.theguardian.com/world/2013/nov/11/sweden-closes-prisons-number-inmates-plummets
Klik untuk mengakses RED-C-press-release-Religion-and-Atheism-25-7-12.pdf
Eurobarometer Poll Report 2010
Lockard, Craig A. Societies, Networks, and Transitions: A Global History. Volume II: Since 1450. 2nd ed. Cengage Learning, 2010.
http://www.reuters.com/article/2013/12/03/idUS95815491020131203
GALLUP WorldView Poll 2006-2011 via http://en.wikipedia.org/wiki/Irreligion_by_country#Countries
Halo alika,
Semua unek2 yg ada dipikiran aku tertulis di tulisan kamu, terimakasih 🙂
Trisia
saya juga, toss dulu ach *telat 1 tahun* hehehe
sayang bgt memang kalau ajaran2 yang baik malah jadi pemecah antar manusia , tapi memang itu kenyataaannya , jangan fanatis pada ajaran yang anda pilih atau dipilihkan untuk anda , masa iya anak fakultas teknik harus berantem terus kalau ketemu fakultas biologi , kan kalau bisa malah berkolaborasi membuat hasil karya yang menyatukan kedua fakultas dengan membuat kebun binatang misalnya , udah deh itu aja kuncinya kalau mau damai , lepas kefanatikanmu , kalau atheis sudah fanatik juga bikin masalah baru lho , iya kan??? iya ga sich?! hehhehe sotoy bgt yah gw
Setuju amir nih, berarti atheis seperti ini juga bahaya ya? itu artinya yang menciptakan ketidak damaian itu adalah ketika setiap orang merasa paling benar sendiri, seperti abang kita yang buat artikel ini juga berbahaya ya? aku kurang ngerti nih . . .
Hebat, saya salut dengan anda dan katherin
Mas emang orang atheis belum pernah merasakan nikmatnya bagaimana merasakan hidup beragama atau pura2 tidak tau itu.hidup memang sebuah ujian sekaligus pilihan.bagi saya yang anda rasakan sebenarnya konsekwensi logis dari hukum alam yg di ciptakan tuhan.menurut saya tanpa tuhan di akui atau di sembahpun dia akan tetap baik kepada siapapun begitulah hukum tarik menarik di alam,tapi ingat itu terjadi di dunia.karna anda sudah tidak percaya tuhan maka alam semesta mengkondisikan anda tidak akan pernah bertemu tuhan.bagi saya walaupun tuhan tidak bisa di buktikan dg sains,tapi bisa di lihat dari hasil ciptaannya.klw ada tuhan yg bisa dilihat dengan mata telanjang itu mah bukan tuhan saya,karna tuhan saya tidak sama dengan makluknya.orang atheis tidak percaya doa tapi saya bisa pastikan anda pernah mengucap “selamat malam”atau “smoga sukses”dll bukankah itu jga doa? Tuhan artinya tempat bergantung jadi anda mempercayai dan bergantung dengan sains maka tuhan anda adalah sains.jadi walaupun anda mengaku tidak bertuhan itu kebohongan besar.
emji: orng2 atheis yg ada disini saya rasa mereka semua awalnya beragama dan merasakan nikmat hidup beragama, hidup dikeluarga dan lingkungan beragama, hidup pula dengan aturan hukum agama dan negara. ^_^
sesuai yang dikatan mas fauzi tuh, kalau dari indonesia yah pasti pernah merasakan kehidupan beragama. 😀
” mengucap “selamat malam”atau “smoga sukses”dll bukankah itu jga doa? ” menurut saya itu lebih seperti etika dan kebiasaan, bukan doa. 🙂
” Tuhan artinya tempat bergantung jadi anda mempercayai dan bergantung dengan sains maka tuhan anda adalah sains.jadi walaupun anda mengaku tidak bertuhan itu kebohongan besar.” disini anda salah menginterpretasikan definisi tuhan dan mengambil kesimpulan yang salah 🙂 kalau begitu bisa berarti bahwa orangtua (karena dulu saya juga bergantung pada mereka) saya adalah tuhan
lagipula sains adalah aktivitas mengamati keadaan sekitar melalui pengamatan dan eksperimen 🙂
Waktu saya kecil tentu saja saya merasakan nikmatnya bagaimana percaya Sinterklas. Masalahnya, sekarang saya sudah besar.
Kedua, agama lebih buruk daripada sekedar kepercayaan terhadap Sinterklas. Anda egosentris dengan mengatakan agama nikmat. Kenyataannya agama hanya nikmat kepada pemeluknya saja, tapi selalu membawa musibah pada orang lain di luar itu. Lihat bagaimana mayoritas memaksaan nilai dan standarnya kepada minoritas, mulai dari bulan Ramadhan sampai film Noah yang barusan dilarang “karena tidak sesuai dengan Quran”.
Anda perlu berhenti memakai kacamata kuda dan perlu banyak belajar tentang kehidupan. Ada banyak hal di luar agama anda, termasuk nilai-nilai yang orang lain pegang. Semoga itu bukan doa, dan percaya terhadap sains itu bukan ketuhanan. Mungkin ini susah dipahami oleh seseorang yang seumur hidup terdoktrin oleh agama, tapi coba pahami pelan-pelan pakai logika, niscaya anda bisa.
[[Kenyataannya agama hanya nikmat kepada pemeluknya saja, tapi selalu membawa musibah pada orang lain di luar itu. Lihat bagaimana mayoritas memaksaan nilai dan standarnya kepada minoritas, mulai dari bulan Ramadhan sampai film Noah yang barusan dilarang “karena tidak sesuai dengan Quran”]]
Tolong anda bedakan antara agama dengan pemeluk agama. Agama tidak pernah mengajak untuk memaksakan apapun kepada selain pemeluknya. Pemeluknyalah yang berlaku demikian. Jadi jika anda tidak setuju pada tingkah laku salah satu pemeluk agama jangan lantas mencap buruk agama yang dianutnya karena belum tentu tingkah lakunya tersebut sejalan dengan agamanya.
Tulisan yang menarik alika.
Apapun agama dan Tuhannya, bahkan tidak beragama dan tidak bertuhan sekalipun, yang penting ATTITUDE
Saya memiliki teman sekerja atheis, yang dulunya waktu remaja beragama, bahkan keturunan Raja dan ahli agama besar menurut pengakuannya. Kemudian, entah sebab apa lalu tidak lagi beragama. Teman atheis saya ini suka download free, makan gratis, pungli, makan hadiah dari agensi atau rekanan dan kalau ada peluang korup pastilah dia pilih.
Dilain pihak, saya melihat kelompok beragama, ada juga yang suka melakukan tindakan amoral itu dan ada juga yang bahkan tidak mau sama sekali. Kalau mbak Alika menunjukkan kenyataan teman Amerikanya yang Atheis yang bermoral, saya menemui kalangan beragama yang bermoral dan konsisten.
Tapi saya tak mau menulis dan mengomentari banyak tentang kenyataan itu. Biarlah kenyataan itu anda sendiri yang menerjemahkan.
Namun, menarik ketika tulisan Alika menjadi provokatif di akhir-akhir artikel yang menampilkan pilihan kalimat bertenaga.
Sementara itu ada kelompok ateis bertindak amoral dan tak sesuai hukum pun juga ada banyak. Ada juga kelompok theis bertindak amoral dan tak sesuai hukum pun juga banyak.
Begitu juga di lain poin, ateis bermoral dan bertindak sesuai hukum pun mbak Alika sudah menemuinya. Kalau saya malah menemui kelompok teis yang bermoral dan bertindak sesuai hukum.
Jadi saya berpendapat tentang situasi itu bahwa sebenarnya bukan harus menjadi atheis agar dapat bermoral dan mematuhi hukum. Namun, menjadikan pengetahuan dan penghayatan terhadap wawasan sosial dan meningkatkan rasa empati yang hal itu kemungkinan besar terjadi.
Seperti misalnya: Agama mengajar bahwa hai Hamba-hamba Tuhan, janganlah kamu pelit. Berdermalah, Berdermalah. Karena derma dapat membuat bahagia (saya asal bunyi aja, ndak tahu dari Kitab Suci mana).
Lha ternyata, hamba-hamba itu tak mau melakukan derma. Tetap saja mereka pelit.
Yang kurang bener itu ayat agamanya, ataukah kelakuan hambanya. Hehehe…
Sudah menjadi sifat, bahwa klaim-klaim generalisasi induktif selalunya immature (kurang matang). ini juga saya pernah posting tempat lain di komen-komen artikel di web sini. Tapi masih tunggu moderasi kata WP. Seperti abad lalu komputer segedhe rumah, Abad sekarang segedhe amplop. Bahwa generalisasi induktif hari ini akan berubah pada hari esok. hehehe.
Memang ada, makanya yang bisa kita bandingkan adalah statistiknya.
Universitas A mengklaim dirinya adalah universitas terbaik dan orang yang tidak masuk universitasnya pasti tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tapi ketika para pengangguran itu ternyata 99% adalah lulusan universitas A, maka kita bisa melihat 3 hal:
1. klaim universitas A itu tidak benar.
2. tidak perlu masuk universitas A untuk mendapatkan pekerjaan.
3. Ada yang salah dengan universitas A.
Saya lihat ada beberapa situasi dalam cara-caranya yang mungkin mengarahkan kepada masalah sebenarnya. Memang betul sangat sederhana sekali Logics mengarahkan kita. Bagaimana sifat dan kharakter induktifitas tentu Alika sudah mengenalnya kan.
Kuantitas atau jumlah menjadi modal utama yang menentukan kebenaran, atau kesimpulan tentatif yang menjadi kepercayaan sementara. Tapi, saya pikir hal ini bukanlah kebenaran yang sesungguhnya sebagaimana dibandingkan luasnya aspek kehidupan yang ada di dunia ini.
Oleh sebab itu, sifat induktif yang hanya “mempengaruhi” ini hanya dapat berhasil dan sukses sesuai timeframe dengan cara meninggalkan situasi-situasi yang dianggap sebagai remeh temeh (tak penting). Padahal, bagi sebagian kalangan hal itu merupakan sesuatu yang penting untuk diperbincangkan. Seperti misalnya :
Bagaimana situasi individu “Mahasiswa” ? Bagaimana individu “Pengajar”? Bagaimana “Manajemen Univ.”? Bagaimana “paradigma yang jadi mainstream ukuran pendidikan” yang dipakai oleh univ. terhadap “Mode Pekerjaan”?
Pertanyaan itu susah dinilai berdasarkan statistik. Sebab sederhananya statistik mengambil satu hal, namun meninggalkan yang lainnya. Dan, mereka anggap hal itu tidak ada.
Bagaimana kita akan membuat kebenaran dengan hanya melihat sesuatu dengan mata kepala (indera), sedangkan mata kepala hanya dapat melihat hal-hal yang ada di depannya saja.
Apakah benar ini merupakan kebenaran yang sesungguhnya (hakiki)? Bagaimana anda dapat begitu yakin, sementara hampir semua pakar logika tahu bahwa cara-cara induktif itu bukanlah cara yang paling kuat dan handal !! Semua kesimpulannya tentatif.
Setahu saya memang sains tidak bertujuan mencari kebenaran hakiki, tapi memahami bagaimana kehidupan dan alam semesta bekerja. Untuk itu alat yang digunakan adalah pikiran dan indera, dibantu oleh alat buatan manusia.
Dari mana kita bisa menemukan kebenaran hakiki? Apakah dari ajaran agama?
Bila ya, ajaran agama yang mana? Tahu dari mana ajaran agama itu yang berisi kebenaran?
Apakah kita akan percaya siapapun yang mengklaim bahwa mereka membawa kebenaran hakiki, tanpa mencari tahu kebenarannya dengan jujur dan objektif, karena kita ingin percaya hal tersebut dapat kita jangkau?
Siapkah kita untuk menerima kalau misalnya kebenaran hakiki tidak dapat kita ketahui, dan kita harus mampu bertahan dan memaknai hidup hanya dengan apa yang bisa dijangkau indera kita?
Waduh sy telat 5 taun. 😀
Emang buanyak atheis yg begajulan (sorry sy ga biasa pake bahasa resmi :)), tp judul artikel ini sudah jelas ngasi “batasan masalah” juga. Ini ngebahas, ada ga sih orang2 yg bisa hidup damai tanpa agama? Apa benar sumber moral itu cuma agama? Ya ngebuktiinnya jelas ngasih contoh kalo ternyata orang2 tanpa agama pun ada yang hidupnya damai, kaga ada urusan sama atheis yg idupnya cariduit dari pungli ato apalah2.
Sebenernya ini gabutuh banyak contoh, cukup 2 ato 3 contoh toh masalahnya udah terjawab. Nah beruntungnya pihak atheis, statistik malah nunjukkin kalo pihak mereka lebih superior ttg kedamaian drpd golongan theis. Semakin ngebantah
Okelah banyak faktor lain, tp masalah sudah dibatasin, sama sprti orang2 yg membatasi kalo sumber moral itu cm dr agama. ^^
Bener nggak sih?
1. Orang ateis adalah mereka yang “telah kecewa” dengan agama/kepercayaan yang sebelumnya mereka anut/ketahui.
2. Ali Sina, “FF Idol” adalah orang Irang yang telah murtad dari Islam (BACA: Syiah)
3. Perang Iran dan Irak adalah perang Syiah dan Sunni.
4. Bali dan Jepang adalah daerah dan negara Mistis.
… …
1. “telah kecewa” mungkin di satu sisi adalah jawaban yang tepat, tetapi kebanyakan orang memilih ateis karena mereka “tidak percaya” lagi kepada agama.
beda dengan orang ex-muslim yang berasal dari indonesia, rata-rata testimoni dari ex-muslim yang berasal dari UAE, Mesir, Irak, Iran, dll, berhenti percaya memiliki beberapa alasan yang lebih berbeda.
Seperti yang berada dari daerah konflik, ada suatu waktu saya mendengar dari testimoni seseorang dari irak di sebuah podcast yang memilih menjadi ateis karena saudaranya dibunuh oleh taliban, dan merasa muak dengan peperangan yang diatasnamakan mendirikan kekhalifahan islam dst.
Ada seorang perempuan yang memilih ateis karena mereka tidak diperlakukan dengan adil sebagai istri dan ingin menjadi independen (seperti yang bisa kita lihat bahwa perempuan tidak diperlakukan dengan adil di bbrp negara-negara timur tengah).
untuk menambahkan, orang-orang yang memilih atheisme adalah karena sudah tidak ada alasan lagi untuk memiliki kepercayaan kepada tuhan personal dikarenakan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka lebih lanjut, memperluas pengetahuan, dll.
2. Ali Sina adalah murtad islam, Syiah atau Sunni kurang tahu juga, tapi mayoritas di iran adalah Syiah jadi mungkin dia syiah
3. perebutan daerah kedaulatan di perbatasan.
4. maksudnya ?
1. Tidak juga. Sebab ada juga Atheism disebabkan keturunan.
Bahwa Atheism merupakan suatu ide setelah menemui contoh buruk yang dilakukan oleh Pelaku Agama (kebanyakan) yang ditemuinya dan keganjilan Isi Agama (Buku-buku utamanya) yang belum dapat memenuhi batas logikanya.
Individu sebelum Atheis menganggap Pelaku Agama awalnya adalah “Superman (SuperHero / Simbol Kebaikan)” yang seterusnya jika melakukan kesalahan kemudian dianggap melakukan contoh buruk, lalu Agama-lah yang menjadi “kambing hitamnya”. Awalnya pikiran ironism, skeptik, dan mungkin bahkan tidak perlu memikirkan matang-matang, Kenapa, Siapa dan Bagaimana perilaku buruk itu terjadi.
Seperti misalnya : Adanya Perang, kenapa banyak dilakukan oleh orang beragama padahal agama mengajarkan kedamaian. Adanya Ketamakan, kenapa pula banyak dilakukan Pemuka Agama padahal agama mengajarkan santunilah kaum miskin.
Yang dalam lagi, Akherat dan meniadakan Tuhan. Atau barangkali mungkin sebab bahwa sains modernisasi lebih dianggap sebagai kebenaran hakiki yang sebenarnya. “Charger” lebih penting untuk ngisi HP dan Laptop ketimbang memikirkan hal-hal yang aneh-aneh. Simple, ya itulah kebenaran ……
Keturunan sebab fanatisme. Anak ngikut kata Bapak. …..
Kenapa juga simbol syllable A harus dibunyikan seperti itu? siapa bikin dan berjanji untuk menyepakati? tak tahu. Pokoknya ngikut sajalah. Bahkan sampai sekarang pun tidak semua orang tahu, tidak tahu
Justru Studi Bahasa dan Matematika ini berkaitan banyak simbol. Matematik juga urusan simbol-simbol. Bahasa pun juga simbol-simbol. Saling berkaitan. Satu simbol yang ditemukan memiliki sejarah yang dapat dirunut dan berkaitan satu sama lain. Jadi Kenapa disebut begitu? darimana asalnya?
Dilain pihak, Studi Antropologi bahkan seperti studi Logika Dugaan-Dugaan melalui fakta, persis sama seperti Darwin, yang menduga-duga suku Aborigin yang “wajah congornya” maju kedepan seperti monyet itu berasal dari monyet, berevolusi berjuta-juta tahun menjadi manusia yang ide-ide itu berasal dari cara analogi setelah menemui satu perubahan bentuk pada suatu binatang yang lain.
Maka kemudian Logika “yang skeptik” menuju kepada bahwa agama dan penciptaan itu suatu kesalahan.
Sori Nglantur sedikit, yang ini akhir katalah, janganlah kalian para atheis khawatir bahwa Atheis itu tidak akan berkembang. Nanti juga berkembang dan menguasai dunia ketika para pelaku agama-agama yang berperang itu telah sampai pada keadaan letih fisik dan ekonomi. Tunggu aja nanti tanggal mainnya. Maka rakyat di dunia pun menjadi skeptik dengan agama, yang pada kesempatan ini lalu ada sekelompok orang yang nanti akan melepaskan “ide-ide nihilis” yang sudah disistematisasi oleh Si Nietzsche . Jangan khawatir bahwa Atheis tidak berada di puncak, nanti juga jadi milikmu. Sementara kami menunggu masa kami di lain tempat, kalian pun juga menunggu masa kalian di dunia ini. Ndak mau percaya, ya udah isi charger laptop dulu aja.
1. Ateis blm tentu sama dg yg murtad. Yang murtad kemudian jd ateis kebanyakan dari kalangan Kristen & Syiah. Perlu diketahui ajaran Syiah tidak sama dg ajaran Islam.
2. Orang Iran mayoritas Syiah & menjadi “biang” konflik di Timteng. Cari tahu ttg Syiah spy tdk tertipu!
3. Setuju. Jadi begitulah, tatkala kuat, Syiah tidak segan untuk menumpahkan darah kaum Muslim. Lihat kasus Suriah! & diperparah dg lahirnya ISIS yg konon buatan CIA & Mossad yg manfaatin kaum Khawarij yg agak “spesial”
4. Yang saya tahu, Bali adalah identik dg masyarakat pemuja & penyembah jin spt di India.
Saya bertanya kepada kalian, ateis, misalnya ada seorang gadis gelandangan yang hidup sendirian di jalan, tanpa keluarga, tanpa teman seorangpun. Dia merasa sangat kesepian dan menderita. Dia telah sering berpikiran untuk bunuh diri agar semua kepedihannya bisa hilang, tapi itu tidak dia lakukan karena dia merasa takut. Suatu malam, saya menemuinya. Saya mengajaknya berbincang dan memberinya makan. Saya membuatnya tertawa dan untuk sesaat saya membuatnya merasa bahagia. Tapi tanpa dia sadari, saya membumbuhi obat bius di makanannya. Tidak lama setelah itu saya berhasil membuatnya pingsan. Lalu saya membawanya ke hutan, dan dalam keadaan pingsan, saya menyetubuhinya. Setelah itu, dalam keadaan dia masih pingsan, saya menyuntik mati dirinya, dan menguburnya di hutan. Dan tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah semua saya lakukan malam itu. Menurut kalian perbuatan saya ini baik atau buruk?
saya bilang tergantung intensi dan motivasi anda melakukannya, regardless the outcome. kalau memang ingin membantu, baik membantu tetap hidup atau membantu mengakhiri hidup,
Kita tidak harus atheis untuk menjadi orang baik.
Tidak butuh agama untuk memiliki empati dan akal sehat. Jika tanpa agama Anda akan membunuh orang lain, mencuri, merampok, selingkuh, dll., sebaiknya Anda ke psikiater. 🙂
ini jelas jawaban telak judul topik! class!!!
Jika melihat latar belakang perang-perang besar sepanjang sejarah. Maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan peperangan yang dilakukan oleh manusia disebabkan oleh 4 hal:
1 – Kekuasaan
2 – Kesejahteraan
3 – Balas Dendam
4 – Pertahanan Diri
Hal ini tercermin dari 5 perang terbesar (dalam jumlah korban jiwa) yang pernah terjadi sepanjang sejarah sbb:
1 – Perang Dunia II – korban : sedikitnya 40 jt org, motif: kekuasaan
2 – Invansi Mongol – korban : sedikitnya 30 jt org, motif: kesejahteraan
3 – Penaklukan Qing – korban : sedikitnya 25 jt org, motif : kekuasaan
4 – Pemberontakan Taiping – korban : sedikitnya 20 jt org, motif : kekuasaan
5 – Perang dunia 1 – korban : sedikitnya 17 jt org, motif : balas dendam
Sebagian besar peperangan yang saya sebut dia atas (dan mungkin sebagian besar perang yang pernah terjadi di dunia) tidak membawa unsur agama sama sekali. Jadi tidak benar jika agama dinyatakan sebagai salah satu penyebab utama konflik. Walaupun demikian, penyebab sebuah perang seringkali bukan hanya satu hal (termasuk perang yang saya sebut di atas). Agama juga terkadang menjadi motif terjadinya sebuah perang. Akan tetapi, walaupun agama juga menjadi motif sebuah perang, jarang sekali ia menjadi motif utamanya. Motif utamanya ya empat hal yang saya sebut di atas. Motif agama (kalaupun ada) seringkali hanya dibawa oleh pencetus perang untuk menjustifikasi/mewujudkan perang yang diusulkannya. Dan hal ini sejalan dengan teori yang diusulkan oleh R.J. Rummel dalam bukunya “Understanding conflict and war” dimana beliau menyebutkan bahwa konflik disebabkan (salah satunya) oleh “benturan kepentingan” dan dapat diperburuk (salah satunya) oleh “perbedaan sosiokultural” (ini dapat berupa perbedaan agama, perbedaan status sosial, perbedaan kekayaan, perbedaan ras, dll). Jadi kalo ada klaim yang menyebutkan bahwa dengan hilangnya agama akan dapat membuat dunia jadi damai. Ya itu tidak benar. Karena penyebab utama yang saya sebut diatas tidak akan hilang seiring dengan hilangnya agama. Perbedaan agama bisa dibilang hanyalah sebuah ‘katalis’ bukan bahan utama sebuah perang. Bahkan menurut saya jika dipraktekkan dengan benar agama justru menekan terjadinya perang.
1 – Kekuasaan -> bukankah agama mengajarkan kita untuk tidak mengejar kekuasaan?
2 – Kesejahteraan -> bukankah agama mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan memberi kelebihan harta kita pada orang yang membutuhkan?
3 – Balas dendam -> bukankah agama mengajarkan untuk saling memaafkan?
Semua perang yang anda sebutkan di atas tidak menandingi sebuah perang yang basisnya untuk memaksakan sebuah agama kepada orang lain.
Muslim conquest of the Indian subcontinent – korban : 80 jt org, motif: agama
Silahkan ditelaah : http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_conquest_of_the_Indian_subcontinent
@Theorist
“korban : 80 jt org”
Perkiraan jumlah ini diragukan kebenarannya. Saya akan kutip kalimat yang ada di situs yang anda kasih linknya di atas: “An estimate of the number of people killed remains unknown. Based on the Muslim chronicles and demographic calculations, an estimate was done by K.S. Lal in his book Growth of Muslim Population in Medieval India, who claimed that between 1000 CE and 1500 CE, the population of Hindus decreased by 80 million. Although this estimate was disputed by Simon Digby in (School of Oriental and African Studies), Digby suggested that estimate lacks accurate data in pre-census times”
“motif: agama”
Perang ini ditulis terjadi sepanjang abad ke-12 sampai abad ke-16 (kalimat pertama di artikel yang anda kirim linknya). Hal ini menunjukkan bahwa perang ini dilakukan oleh pihak yang berbeda-beda.(mustahilkan ada dua pihak yang sama yang melakukan perang sampai 400 thn lamanya?!). Sehingga kecil kemungkinannya jika motif mereka semua untuk berperang itu sama, yaitu murni untuk agama. Pasti ada motif lainnya dan saya lebih cenderung mengatakan bahwa perang ini lebih disebabkan untuk memperlebar daerah kekuasaan dan mendapatkan kekayaan. Dan ini didasarkan pada kalimat berikut (masih mengutip dari situs yang sama).
1- “Not all Muslim invaders were simply raiders. LATER RULERS FOUGHT ON TO WIN KINGDOMS and stayed to create new ruling dynasties. The practices of these new rulers and their subsequent heirs (some of whom were borne of Hindu wives of Muslim rulers) varied considerably”
2- “Islam’s impact was the most notable in the EXPANSION OF TRADE”
Walaupun dua hal di atas menunjukkan betapa kecilnya kemungkinan agama menjadi motif utama dari perang tersebut. Saya tidak menyangkal bahwa isu agama dapat membawa kita pada sebuah konflik. Tapi fantasi bahwa “manusia bisa damai jika tidak ada agama” menurut saya adalah sebuah hal yang absurd. Karena sejarah telah membuktikan bahwa manusia lebih suka membunuh orang lain demi kekuasaan atau kekayaan dibandingkan demi agama.
“Hal ini menunjukkan bahwa perang ini dilakukan oleh pihak yang berbeda-beda.(MUSTAHILKAN ada dua pihak yang sama yang melakukan perang sampai 400 thn lamanya?!)”
“PASTI ada motif lainnya dan saya lebih cenderung mengatakan bahwa perang ini lebih disebabkan untuk memperlebar daerah kekuasaan dan mendapatkan kekayaan”
Bisa minta sumbernya dari mana asumsi di atas ini? (web link, statistik)
Kalau memang diragukan kebenarannya, apakah anda punya bukti tak terbantahkan untuk menepis bukti yang sudah ada?
Lalu apakah sekarang manusia bisa berdamai jika sudah ada agama? Lihat realita di negara sendiri, bukannya malah sebaliknya? Saya harap anda tidak menggunakan argumen ‘no true scotsman’ atau ‘ad hominem’.
@Theorist
“Bisa minta sumbernya dari mana asumsi di atas ini? (web link, statistik)”
Lah piye to mas/mbak?…..saya itu make referensi yang sampeyan kasih….kalo anda meragukan kebenaran referensi saya itu artinya anda melemahkan dasar argumen anda sendiri (wong dasarnya sama kok). BTW, saya akan menjabarkan lagi biar anda paham:
1. “MUSTAHILKAN ada dua pihak yang sama yang melakukan perang sampai 400 thn lamanya?!” -> kalo yang ini saya ngaku emang ga ngasih referensi. KARENA EMANG GAK PERLU. Coba aja anda pikir sendiri. emang ada manusia yang bisa hidup sampai 400 thn lamanya? banyak lagi (ga mungkinkan perang cuma dilakukan oleh dua orang doank?!).
2. “PASTI ada motif lainnya” -> ini saya dasarkan pada kalimat di weblink yang anda kasih. (baca komen saya sebelumnya setelah kalimat yang anda kutip)
Jadi menurut saya, sebelum anda menyuruh orang lain untuk menelaah artikel yang anda kirim. Baca dulu sendiri, kata per kata. Dari awal sampe abis.
“Lalu apakah sekarang manusia bisa berdamai jika sudah ada agama?”
Tidak, manusia sudah bisa damai jika sudah mempraktekkan ajaran agama secara benar.
“Lihat realita di negara sendiri, bukannya malah sebaliknya?”
Memang. Karena tidak setiap penduduk negara kita mempraktekkan ajaran agama secara benar.
Mas/mbak…sekali lagi saya tekankan. saya tidak menyangkal isu agama dapat membawa kita pada konflik. Tapi jika anda berpikir bahwa jika tidak ada agama maka dunia akan damai itu sama saja dengan mimpi di siang bolong. Coba baca buku sejarah, baca latar belakang perang yang pernah terjadi. coba dihitung berapa perang yang mengandung isu agama berapa yang tidak. jumlahnya sama-sama saja (kalo tidak mau dibilang lebih kecil) (hitung sendiri ya di http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_wars_by_death_toll). Coba anda lihat realita berapa orang yang masuk penjara akibat membunuh yang motifnya adalah agama? (baca http://www.anneahira.com/pembunuhan-di-indonesia.htm) sedikit sekali. Bahkan saya berani bertaruh, bahwa sebagian besar narapidana di negara2 ateis yang di sebut oleh Alika Murai di atas melakukan tindak kejahatannya bukan atas motif agama. Jadi bagaimana anda bisa berpikir bahwa agamalah penyebab utama tidak adanya perdamaian di dunia?!
Anda sama sekali tidak menjawab pertanyaan saya bukti yang mana, malah membalikkan menyuruh saya membaca lagi? Bro, saya tidak tau darimana anda bisa dapat kesimpulan seperti itu. Kalau saya tau ya saya gak akan bertanya. Anda suka sekali berbelit-belit ya? To the point saja!
Tunjukkan kutipan mana yang menyebutkan “MUSTAHILKAN” dan “PASTI” dari paragraf ke berapa dari artikel?
Coba saya pikir saja? Anda membayangkan skenario ini di kepala anda, berharap saya juga mengikuti skenario anda. Cacat logika The Strawman.
Sudah saya bilang, anda periksa cacat logika No True Scotsman dan Ad Hominem sebelum berargumen tentang ini dan berpiye-piye dengan saya.
Kalau anda mau tau kenapa saya berpikir agama adalah akar peperangan, saya jawab perang salib, jihad, dan apapun perang suci yang diajarkan dalam agama.
Agama juga menciptakan segregasi individu yang sebenarnya tidak perlu. Anda mencap seseorang agama A atau B lalu hukum agama anda menentukan bagaimana anda memperlakukan umat B.
@Theorist
ini link yg anda jadikan referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_conquest_of_the_Indian_subcontinent
“Kalau saya tau ya saya gak akan bertanya”
Jelas saja anda ga tau wong anda ga baca semua. Jangan2 yg anda baca dari artikel di atas cuma judulnya saja!?
“Tunjukkan kutipan mana yang menyebutkan “MUSTAHILKAN” dan “PASTI” dari paragraf ke berapa dari artikel?”
Untuk kalimat “MUSTAHILKAN ada dua pihak yang sama yang melakukan perang sampai 400 thn lamanya?!” anda baca artikel referensi anda di atas subjudul 6 dengan judul “Later Muslim invasions” disitu disebutkan dengan jelas setidaknya ada 6 penguasa yang menginvansi india selama abad ke -12 hingga abad ke -16 M. keenam penguasa itu adalah Mahmud of Ghazni, Mu’izz al-Din, Kesultanan Delhi, Tīmūr bin Taraghay Barlas, dan Kerajaan Mughal.
Untuk kata “PASTI ada motif lainnya” baca paragraf terakhir pada subjudul 1.1 “Conversion theories” kalimat ke-4 disitu dikatakan dengan jelas bahwa penguasa2 berikutnya berperang untuk memenangkan kerajaan (bukan agama) dan tinggal untuk membentuk dinasti baru.
Nah, apa masih kurang to the point-kah? apa saya harus mengkopi dan menerjemahkan (takutnya anda ga fasih bahasa inggris) semua isi artikel yg anda kirim di situs ini? Tapi ya…percuma juga saya lakukan itu kalo anda tetap ga mau baca.
“Sudah saya bilang, anda periksa cacat logika No True Scotsman”
Hmm…jgn2 anda juga ga terlalu paham dengan No True Scotsman fallacy. Berdasarkan definisi, (baca http://rationalwiki.org/wiki/No_True_Scotsman) No True Scotsman fallacy adalah upaya seseorang untuk mengeluarkan sekelompok orang dengan karakter tertentu dengan MENDEFINISIKAN KEMBALI kriteria anggota yang termasuk dalam grupnya. Nah itu artinya anda menuduh saya telah mengubah-ubah kriteria seorang muslim yang baik. Kalo begitu saya kembalikan hal ini kepada anda sajalah. Silahkan anda baca quran sama hadis trus jadikan itu sbg kriteria untuk mengukur “seberapa muslim”-nya seseorang/penduduk negeri kita. Karena kriteria itu yang kami pakai dari dulu, sekarang, sampai seterusnya hingga dunia kiamat. Saya tidak pernah merubah atau mendefinisikan kembali kriteria tersebut.
“dan Ad Hominem sebelum berargumen tentang ini dan berpiye-piye dengan saya”
Berdasarkan definisi (baca http://id.wikipedia.org/wiki/Ad_hominem) Ad hominem adalah upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif orang yang mendukung klaim tersebut. Hmm….kalo dipikir-pikir justru yang melakukan ini adalah anda. Anda menyerang kebenaran ajaran agama dengan menunjuk sifat negatif yang dilakukan oleh pemeluknya. betul ga?
“Kalau anda mau tau kenapa saya berpikir agama adalah akar peperangan, saya jawab perang salib”
Perang salib dilakukan untuk merebut kembali tanah suci yang ketika itu dikuasai oleh muslim. (baca http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib) Nah sekarang anda baca saja kitab suci mereka, ada gak kalimat yang mengharuskan umat kristen untuk menguasai suatu tempat. Jika tidak, maka perang ini bukan dicetuskan oleh agama tapi oleh pemimpin umat beragama. Dan dengan begitu motifnya bukan untuk agama tapi untuk menguasai suatu wilayah.
Bahkan pada artikel di atas di subjudul 2 dengan judul “Penyebab Langsung” jelas-jelas disebutkan bahwa perang salib pertama terjadi karena Kaisar Alexius I memohon kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dalam menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. (motif perang untuk pertahanan diri bukan agama). Dan hal ini semakin membuktikan bahwa perbedaan agama seringkali cuma dipakai untuk MENJUSTIFIKASI suatu perang.
“jihad, dan apapun perang suci yang diajarkan dalam agama”
Anda sudah salah memahami jihad. Jihad bukanlah perang yang dilakukan untuk memaksa orang untuk masuk agama tsb atau untuk membela agama. Nabi sendiri melakukan jihad untuk melindungi/membela diri dan para pengikutnya (perang dengan motif pertahanan diri bukan agama). Seandainya jihad memang perang yang ditujukan untuk memaksakan agama kepada seseorang niscaya nabi akan memerangi seluruh non-muslim yang ada di sekitar lingkungan beliau hingga tak tersisa satu orang pun non-muslim. Tapi kan kenyataannya tidak begitu. Banyak orang non-muslim yang hidup di sekitar nabi, malah nabi juga ikut melindungi mereka, begitu pula para khalifah yang mengantikan beliau sesudah wafatnya.
Nah sekarang saya yang ingin meminta bukti pada anda. Bisakah anda menunjukkan bukti dari kitab suci agama yang menyuruh seseorang untuk berperang agar orang lain masuk agama tsb!
“Agama juga menciptakan segregasi individu yang sebenarnya tidak perlu”
Agama tidak pernah menyuruh, apalagi memaksa, seseorang untuk menjauhkan diri dari orang yang tidak seagama dengannya. Bisakah anda menunjukkan bukti dari kitab suci yang menyebutkan seseorang harus menyingkirkan diri dari orang yang tidak seagama dengannya?
“Anda mencap seseorang agama A atau B lalu hukum agama anda menentukan bagaimana anda memperlakukan umat B”
Hukum agama itu hanya jatuh pada pemeluknya saja. Bisakah anda menunjukkan bukti dari kitab suci agama yang menyebutkan bahwa hukum suatu agama juga harus berlaku bagi orang lain di luar agama tsb.
Saya setuju, Kalau dipraktekkan dengan benar…
Kapan itu?
Sudah Lebih dari 30 tahun saya hidup di Indonesia, sebagai orang yang beragama bukannya semakin nyaman hidup di negara ini, malah semakin resah..
orang bilang bukan agama yg salah, tapi oknum beragama yangkadang berbuat salah, ya ya ya.. selalu seperti itu.. Bagaimana kalo oknum itu seorang pemimpin? Pemimpin yang dianggap benar oleh anggotanya? Berapa banyak orang yg berani bilang ke pemimpinnya anda salah, Berapa banyak umat yg berani bicara ke pendeta, romo, biksu, ustad, pedande, anda salah..??
Kemudian kapan oknum itu bisa mempratekkan agama dgn benar? karena kenyataannya oknum yg lain ga mau membuat menjadi benar, hanya sekedar pemakluman: OOOHHH itu kan oknum..
Korupsi di kepolisian.. Ohhh itu cuma oknum..
KKN di DPR.. Ohhh oknum..
Atheist yng bejat… OOhhh itu oknum…
semakin meningkatnya atheis jgn dipandang sebagai ancaman, anggap saja suatu pengingat bahwa ada sesuatu yang salah di dalam kehidupan beragama kita masing-masing..
Instropeksi ke dalam lebih baik dari pada menghujat orang yang tidak lagi tidak percaya agama..
Gampangnya kalau seorang nasabah bank Century merasa ditipu oleh bank Century apakah salah jika orang itu tidak percaya lagi dengan Bank Century..
Terima kasih
@Adi Damaskara
“Saya setuju, Kalau dipraktekkan dengan benar…”
Lah…itu anda tahu kalo ajaran agama itu benar. sehingga kalo dipraktekkan dengan benar menghasilkan sesuatu yang benar. 😀
“Kapan itu?”
Walaupun demikian, ajaran hanyalah ajaran. Semuanya kembali ke manusianya sendiri. Bahkan paham ateis dan prinsip-prinsip yang anda pegang hanyalah omong kosong kalo ga dipraktekkan dengan benar. “Jadi kapan bisa terlaksana?” Ya….saya juga ga tahu. Yang saya tahu kalo semua orang mempraktekkan ajaran agama saya dengan benar maka barulah damai bisa terwujud. Sama seperti anda, anda pun hanya tahu bahwa jika setiap manusia menerapkan prinsip yang anda pegang dengan benar maka barulah damai bisa terwujud.
“semakin meningkatnya atheis jgn dipandang sebagai ancaman, anggap saja suatu pengingat bahwa ada sesuatu yang salah di dalam kehidupan beragama kita masing-masing..”
Yang saya serang adalah ideologi anda bukan anda secara personal. Karena ada beberapa hal/ide yang muncul dari ideologi anda yang menurut saya tidak benar dan dapat merusak manusia seperti “there is no God”, “freesex” dan “free alcohol”. Tapi walaupun kita masih berbeda pendapat, saya sih tidak terlalu peduli asalkan kita saling berjanji untuk hidup damai dan saya juga ga peduli dengan meningkatnya jumlah ateis. “bagimu agamamu, bagiku agamaku”
“Gampangnya kalau seorang nasabah bank Century merasa ditipu oleh bank Century apakah salah jika orang itu tidak percaya lagi dengan Bank Century..”
Tentu saja salah. Yang harusnya anda tidak percayai itu ya…pegawai Bank Century-nya bukan Bank Century-nya. Bank Century ga bisa nipu, yang bisa nipu itu manusia. Apakah jika pemerintah indonesia menipu anda trus anda keluar dari indonesia? ya tidak begitu. Ganti pemimpin itu dengan orang yang jujur. jangan anda ikuti dan beri kepercayaan lagi. Dan agama tidak sama seperti bank atau negara. Agama tidak bisa dimiliki seseorang. Jadi jika anda merasa seseorang (meskipun dia pemimpin agama tsb) melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan agama maka jangan ikuti, sederhana. Bukan keluar dari agama.
Mungkin anda itu sama seperti seseorang yang menemukan emas yang terbungkus rapat oleh kotoran sapi. Karena jijik, maka ia buang lagi emas itu. Padahal kalo ia mau membersihkannya ia akan beruntung. What a waste….
Menarik artikel yg cukup ilmiah ini. Namun saya ingin sedikit berargumen bahwa memang logika agama tidak bisa disandingkan dengan logika akal. Satu contoh, sesuatu yg dikatakan “damai” oleh akal, blm tentu dikatkan “damai” oleh agama.
Kita lihat Islam. Al Quran banyak bicara tentang perang. Rasul juga mengatakan bila anaknya mencuri, maka beliau lah yang akan memotongnya. Bahkan kalau mau lebih ekstrim, dalam sepanjang sejarah hidup Muhammad SAW hidup di Madinah (10 tahun), beliau & pengikutnya melakukan hingga 72 kali peperangan (sesuatu yg jauh dari kata damai bukan?).
Saya kira banyak sekali ajaran agama yang memang tidak bisa “di-akal”. Tetapi esensi hidup manusia bukan mencari agama, namun mencari ketenangan. Manusia punya naluri untuk menyandarkan diri pada sesuatu yang lebih hebat darinya. Terlepas “sesuatu” itu adalah Tuhan, (atau yang dianggap sebagai Tuhan), tokoh masyarakat, seleb, artis, ustad, dsb. Yang jelas “sesuatu” tersebut lah yang kemudian akan dijadikan manusia sebagai “agama”. Jadi, ateis pun menurut saya juga “beragama”, meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Disini anda secara tidak langsung memang sudah mengakui bahwa agama tidak masuk akal. Anda tau bahwa Muhammad melakukan peperangan agar sebanyak mungkin orang tunduk pada dia dan “Tuhannya”. Anda menutup mata bahwa ini adalah hal yang keji.
@valbiant
“. Anda tau bahwa Muhammad melakukan peperangan agar sebanyak mungkin orang tunduk pada dia dan “Tuhannya””
Coba anda sebutkan bukti yang menyebutkan bahwa Muhammad melakukan peperangan agar orang tunduk pada di dan “Tuhannya”!
Yang harus digaris bawahi adalah, tidak semua sesuatu di dunia dapat dipikir oleh akal. Akal kita sangat terbatas, Banyak benda2 yg tidak terindra oleh manusia. Contoh simpelnya sinar UV, ada tapi manusia tidak dapat melihat, pun juga planet di luar sana, kuman, vitamin, dsb. Banyak sekali keterbatasan manusia, sehingga akal manusia juga terbatas.Sehingga banyak sekali yang tidak terindera oleh kita, namun di benar-benar ada.
Untuk memahami apa yang harus menjadi aturan di dunia ini kita harus memakai aturan dari Sang Maha Benar. Nah dari mana? Dari menganalisis kebenaran Al Quran.
Al Quran tidak lain tidak bukan memang berasal dari Sang Pencipta. Dalam surat Al Baqarah ayat 23:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Nah selamat mencoba, apakah bisa membuat ayat yang semisal Al Quran?
Selama sejarah tidak pernah ada.
Manusia membuat Hardware dulu lalu Sotfware
Tapi Allah menciptakan Software (arwah) dulu baru hardware
Ciptaan manusia, software di format, namun hardware utuh
Ciptaan Allah, Hardwarenya yg di format alias kiamat, dan softwarenya utuh
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Dia pun tidak menampakkan keberadaan-Nya karena kehendak-Nya
manusia tidak punya daya apa apa
Nah loh
Halo semua,,,
Akhirnya ketemu juga web yg ngebahas mengenai atheis.
jujur aja, sy suka banget baca artikel2 disini, menarik, logis, sopan, dan berbobot.
saya mau curhat sedikit, gapapa kan ya, mudah2an direspon oleh atheis atau teis.
saya bukan penulis atau pencerita yg baik, jd kalo tulisan/bahasa sy kurang dimengerti, mohon dimaklumi ya 🙂 , sy memberanikan diri buat ngeluarin unek2 aja.
sy seorang pria, 28 th, Muslim dan sekarang kerja di salah satu perusahaan swasta di jakarta.
kedua orang tua saya Muslim yg cukup taat. Sejak kecil (didaerah) sy sudah diajarkan sholat, mengaji, dibelikan buku2 cerita para nabi2, dan buku2 agama Islam lainnya. Alhasil dari SD sampai SMA, ilmu agama islam sy cukup kuat. Saat kuliah di jakarta , keimanan saya mulai goyah, jarang sholat apalagi ngaji, mungkin karena jauh dari orang tua (tdk ada yg ngengetin) dan sy tinggal sendiri n kos di jakarta “pikir saya, saya ini bukan anak yg berbakti dan mengecewakan orang tua karena iman sedikit demi sedikit telah pudar.
Di Jkt, sy sering ke toko buku, baca berbagai jenis buku, sperti psikologi, sains, sejarah, tokoh, biografi dll,, termasuk alkitab injil atau buku agama2 lainnya (dan semua agama yg ada di dunia mengajarkan kebaikan, jalan yang lurus, pedoman untuk keselamatan manusia didunia)
Pikiran saya mulai terbuka, sy mulai mencoba mengkritisi agama saya sendiri, ;
Kenapa orang yang selain muslim walaupun berbuat kebaikan di dunia tidak akan diterima di akhirat atau amal perbuatannya sia2 dan masuk neraka??? ??? Trus kenapa Allah/Tuhan tidak memberi hidayah atau petunjuk bagi orang2 baik (yg diluar islam) tsbt dan dituntun untuk memeluk islam??? Kalo begitu Kenapa Tuhan tidak melahirkan semua manusia dr ortu Islam??? Apakah Ini yg namanya MAHA ADIL???? Trus bagaimana dengan Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Orang2 kristen,khatolik ,hindu, budha atau atheis yg sering menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu orang2 yg susah?? atau bagaimana nasib Nelson Mandela yg membela hak2 kaum kulit hitam untuk disejajarkan dengan hak2 kulit putih, atau para penemu dan ilmuan yg sudah berjasa bagi umat manusia apakah mereka semua masuk Neraka hanya karena bukan Islam/kafir?????
Dan ternyata bukan hanya Agama Islam, tetapi semua agama Samawi juga demikian, tidak akan diterima amal perbuatannya apabila tidak percaya Yesus DLL, orang2 diluar itu diibaratkan domba2 tersesat???WHAT?? Atau Yahudi yg menganggap dirinya paling istimewa dan bangsa yg dipilih Tuhan, WHAT??? Hal2 seperti ini yg membuat manusia didunia bertikai satu sama lain dan sbg biang KEHANCURAN
Itu hanya pertanyaan dasar yg membuat saya sekarang ini menjadi Ragu akan keberadaan Tuhan.
Terlalu jauh untuk membandingkan sains modern dengan agama, agama sudah ketinggalan jauh.
Mungkin pihak Teis atau Atheis ada yg menanggapi, silahkan.
Mohon maaf apabila kata2 sy menyinggung pihak tertentu.
Terimah Kasih
Kei
Baguslah kalau pikiran anda sudah mulai skeptis.
Kalau anda merasa ada pernyataan yang aneh, teruslah dikritisi.
Baik pernyataan yang datang dari agama anda, dari agama lain, maupun dari pihak ateis sendiri.
Karena sikap kritis ini penting agar anda tidak mudah dibohongi atau menerima informasi yang salah
Halo Lady..
Iya benar sekali, semakin kritis, semakin susah dibohongi 🙂 .
Thanks
Lady, mungkin anda lebih tau banyak.
Mungkin bisa di share disini, alhamdulilah sy muslim yang taat. Teis
Apakah sy ini boleh tau alasan kenapa anda jadi ateis, maaf sebelumnya mgkin agak kasar.. makasih
@dayat
Saya sendiri jadi ateis justru karena sering mengkritik agama teman saya.
lama-kelamaan saya ikut mengkritik agama saya.
Sampai akhirnya saya jadi ateis.
Jika anda ada pertanyaan lebih lanjut silakan gabung dan bertanya di https://www.facebook.com/groups/tanyaABAM
“Kenapa orang yang selain muslim walaupun berbuat kebaikan di dunia tidak akan diterima di akhirat atau amal perbuatannya sia2 dan masuk neraka?”
Karena bukan kepada Tuhanlah amal perbuatannya ia persembahkan. Analoginya spt orang yang melakukan jual-beli baju dan anda adalah pembelinya. Untuk mendapat baju anda tidak cukup hanya punya uang bukan? tapi anda juga harus memberikan uang itu kepada penjualnya. Nah bagaimana mungkin orang yang memberikan uangnya pada penjual A bisa mendapatkan baju dari penjual B? jelas ga masuk akal. Kl memang mau menuntut tuntutlah penjual B. Artinya jika pemeluk kristen ingin surga mintalah pada yesus, kl muslim mintalah pd allah. jgn nyalahin allah kl ga ngasih surga pada orang kristen.
“Trus kenapa Allah/Tuhan tidak memberi hidayah atau petunjuk bagi orang2 baik (yg diluar islam) tsbt dan dituntun untuk memeluk islam?”
Pada dasarnya petunjuk itu diberikan kepada setiap insan. Buktinya alquran dan hadis bisa dibeli oleh setiap orang bukan? sekarang tinggal orangnya mau baca atau ga? Mau mencari atau tidak?
“Kalo begitu Kenapa Tuhan tidak melahirkan semua manusia dr ortu Islam?”
Pada dasarnya sama saja. Agama kita itu tidak ditentukan oleh agama ortu kita. Benar bahwa orang tua kita dapat memberikan pengaruh pada kita. Tapi keputusan akhir tetap di tangan kita. Para sahabat nabi pun kebanyakan dilahirkan oleh penyembah berhala. Nah kl mereka bisa masuk islam di tengah keluarga dan masyarakat musyrik. Kenapa non-muslim saat ini ga bisa?
“Trus bagaimana dengan Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Orang2 kristen,khatolik ,hindu, budha atau atheis yg sering menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu orang2 yg susah?”
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa kebaikan orang2 kafir akan dibalaskan di dunia tapi tidak di akhirat.
[[Analoginya spt orang yang melakukan jual-beli baju dan anda adalah pembelinya}}
Jadi tuhan menjual surga, belinya pake amal?
Baru tahu gue.
Pantesan salesnya semangat banget promosi.
—-
[[Pada dasarnya petunjuk itu diberikan kepada setiap insan. Buktinya alquran dan hadis bisa dibeli oleh setiap orang bukan?]}
Pake bahasa padang pasir begitu?
Masih mending kalau pake bahasa Inggris yang go International
Atau bahasa Cina yang dipakai oleh 20% penduduk dunia.
Apanya yang adil
Kalau dalam ujian tertulis
Kalau yang satu bisa baca, yang satu kagak bisa baca.
—-
@ladylusifer
“Jadi tuhan menjual surga, belinya pake amal?
Baru tahu gue.
Pantesan salesnya semangat banget promosi.”
Hahaha….ya kasarnya begitulah…
Dan bukan cuma surga saja yang “dijual” oleh tuhan tapi juga Ridho-Nya. Dan Ridho-Nyalah yang sebenarnya merupakan “jualan” Dia yang paling “mahal”. Oh tentu saja “sales”-Nya harus semangat karena tuhan menjanjikan “komisi” (pahala) atas setiap amal yang dilakukan oleh pengikutnya.
Nah buat anda yang ga mau ngasih “uang”-nya pada “penjual” manapun silahkan anda simpan saja “uang” anda tsb. Tapi janganlah anda protes kl tuhan tidak mau memberikan surga-Nya pada anda. Janganlah anda bilang bahwa Tuhan tidak adil. Karena tuhan sebenarnya sudah baik pada anda dengan memberikan rizki pada anda di dunia. Padahal sebenarnya Ia tidak wajib melakukan itu.
“Pake bahasa padang pasir begitu?
Masih mending kalau pake bahasa Inggris yang go International
Atau bahasa Cina yang dipakai oleh 20% penduduk dunia.
Apanya yang adil
Kalau dalam ujian tertulis
Kalau yang satu bisa baca, yang satu kagak bisa baca.”
Emangnya anda ga bisa beli yang ada terjemahannya ya? Emang anda ga bisa belajar bhs arab?
Ayolah masak cuma gara2 bahasa lantas anda mengatakan Tuhan ga adil? masak hanya karena bahasa trus anda bilang dia ga ada?
Tuhan memberikan anda pahala kok kl anda mau belajar alquran dengan bahasa arab lebih besar daripada orang arab itu sendiri. Apakah ini tidak cukup adil bagi anda?
Untuk ffr, apakah Tuhan menurutmu sebegitu rendahnya hanya menciptakan satu agama, satu bahasa satu jenis makhluk hidup?
Agama adalah salah satu jalan, tuntunan moral, dan di alam semesta ini tidak hanya ada satu jalan, ada ribuan jalan. Setiap agama mengajarkan untuk berperilaku yang baik.
Tapi inget bro, engkau tidak dapat memaksakan agamamu kepada org lain, kalian di jalan berbeda jangan saling memaksakan. Manusia itu memerlukan moral, dan moral itu universal, mampu dterima oleh setiap insan, tidak peduli apakah dia bergama atau tidak. Itu yang terpenting bro.
Hiduplah dengan damai, dan jangan memaksakan kepercayaanmu kepada org lain.
@h3x nemesis
“Untuk ffr, apakah Tuhan menurutmu sebegitu rendahnya hanya menciptakan satu agama, satu bahasa satu jenis makhluk hidup?”
Bro, siapa yang ngasih pernyataan bahwa tuhan hanya menciptakan satu agama, satu bahasa, satu jenis makhluk hidup ??? Tuhan bisa saja menciptakan bermacam-macam agama, bermacam-macam bahasa, bermacam-macam makhluk hidup. Bukan itu yang jadi masalah. Yang jadi masalah itu bener ga agama A diciptakan tuhan? atau jangan-jangan itu hasil ciptaan atau modifikasinya manusia? Nah itu yang jadi masalah. Mana agama yang benar-benar diciptakan tuhan. Bener ga tuhan menciptakan agama? Jangan-jangan “tuhan” sendiri adalah ciptaan manusia. Kan itu kita debatkan bolak-balik disini.
“Agama adalah salah satu jalan, tuntunan moral, dan di alam semesta ini tidak hanya ada satu jalan, ada ribuan jalan. Setiap agama mengajarkan untuk berperilaku yang baik.”
Menurut anda kalo seseorang punya standar/prinsip yang banyak dan beda-beda…jadinya malah bener atau malah jadi klenger?
“Tapi inget bro, engkau tidak dapat memaksakan agamamu kepada org lain, kalian di jalan berbeda jangan saling memaksakan”
Saya ga maksa. Cuma dalam hati saya, saya bilang anda salah. Kl anda ga ngikutin saya ya ora popo. saya pikir anda pun begitu pada saya. Jadi di bagian mana saya maksanya?
“Manusia itu memerlukan moral, dan moral itu universal, mampu dterima oleh setiap insan, tidak peduli apakah dia bergama atau tidak. Itu yang terpenting bro”
Nah ini juga salah prinsip. Moral itu perlu acuan bro. Kl semua orang membenarkan incest apakah pelaku incest tetap bisa disebut orang bermoral? Jadi bermoral tidaknya seseorang itu tergantung acuannya. Nah, pertanyaannya adalah acuan anda apa? apakah pendapat mayoritas yang anda jadikan acuan? kalau anda sebut akal sehat sebagai acuan nah akal sehatnya siapa?
“Dan (alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka). dan (di waktu itu) mereka berkata: ‘ Kami beriman kepada Allah ‘, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu. Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu; dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh. Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam.”
(QS saba’ : 51-54)
tafsir :
Pada ayat ini ALLAH menerangkan bahwa andaikata Rasulullah menyaksikan orang-orang kafir, yang selalu mendustakan beliau terperanjat dan ketakutan saat melihat azab yang keras akan ditimpakan kepada mereka. Pada waktu itulah mereka menyatakan bahwa mereka beriman kepada ALLAH, kepada malaikat-malaikat-NYA, kitab kitab-NYA dan Rasul-rasul-NYA. Tapi iman mereka itu tidak mungkin lagi diterima dan ditampung karena telah jauh ketinggalan dari tempat di mana pengakuan beriman itu dapat diterima, yaitu di dunia. Dan sesungguhnya mereka sewaktu di dunia telah mengingkari ALLAH. Mereka menduga-duga, meramal-ramal tentang yang ghaib, yaitu hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan mereka. Dan mereka sewaktu di dunia mengatakan terhadap Nabi, bahwa Dia adalah penyihir, tukang syair dan tukang ramal. Mereka mengatakan tentang Al Qur’an, bahwa itu adalah sihir, syair, dan ramalan. Kemudian mereka dihalangi dengan apa yang mereka inginkan seperti dihalanginya orang-orang seperti mereka dahulu (saat mereka melihat adzab ALLAH kemudian mereka beriman). Mereka sewaktu berada di dunia sangat ragu atas apa yang disampaikan pada mereka, seperti hari berbangkit dan hari pembalasan dan kerena keraguan itulah yang menyebabkan mereka mengingkari segala apa yang dibawa oleh Rasulullah.
nah kalo udah baca surah saba’ dan tafsirnya.. dengan adanya mereka (atheist) yg selalu mempertanyakan, mengira2, menduga2 hal2 yg ghaib (hal2 yg berada d luar nalar manusia) dan saat mereka tidak dapat menemukan jawaban, kemudian mereka mengingkari adanya ALLAH otomatis semakin mendukung kebenaran ayat2 Qur’an.. emang bener ternyata ada orng2 seperti ini.. dulu saya cuma mengimani ayat2 ini eh sekarang dapat buktinya 😀
Ada kesalahan kecil dalam ceramah anda. Bahwa orang orang, terutama atheis, tidak lagi menduga duga periham ghaib. Kita tau. Semua fenomena ghoib bisa dijelaskan lewat imlu pengetahuan. Semua. Ada banyak penjelasan yang jauh lebih masuk akal dan bisa dibuktikan secara langsung. Sebagai permulaan, anda bisa memulai dari situs skepdic.com
Maaf, kalo boleh tahu, ayat tsb yang tafsir siapa ya? yg pasti manusia kan.
Bagaimana dengan orang yg tidak percaya penyihir,peramal, atau hal2 ghaib lainnya?
Ya bagaimana tdk ragu, ayat ayat ga sesuai dengan jaman sekarang.
Pak alaydrouz, Saya mau tanya lg, Kenapa Allah mengutus Nabi dan Rasulnya ga di jaman sekarang aja? apa alasan Tuhan membiarkan umatnya ragu2 dan ingkar padaNya. Bukankah Dia yang menetapkan takdir kepada setiap Manusia?
Misalnya seseorang ditakdirkan ragu2, tdk beriman, ditakdirkan jadi kafir dll. Trus Tuhan marah dan orang ini dijeblosin ke neraka..Aneh bin ajaib. Bukankah Tuhan yg menetapkan takdir manusia, ini artinya Tuhan sengaja menciptakan manusia dan ditakdirkan jd kafir, tdk beriman dan akhirnya masuk Neraka. ini kerjaan siapa?? Tuhan kan. ya iya Tuhan, karena Dialah yg menetapkan takdir manusia.
Trus kalo gitu ngapain tuhan masih berseru kepada umatnya untuk disembah, sampai2 mengutus nabi dan rasul, toh dialah yg menetapkan takdir manusia. Aneh.
Tuhan ini ternyata menciptakan manusia untuk dipermainkan ‘”ditakdirkan” sesuka hati-Nya.
Note : You are the creator of your own destiny.
“Ya bagaimana tdk ragu, ayat ayat ga sesuai dengan jaman sekarang.”
Ayat mana yang anda pikir tidak sesuai dengan jaman sekarang?
“Kenapa Allah mengutus Nabi dan Rasulnya ga di jaman sekarang aja? ”
Karena ajarannya sudah lengkap. Tidak perlu lagi nabi dan rasul untuk membawa perintah baru. Sekarang anda tinggal memilih saja, mau ikut ajaran-Nya atau tidak?
“apa alasan Tuhan membiarkan umatnya ragu2 dan ingkar padaNya”
Allah tidak membiarkan umatnya ragu dan ingkar. Buktinya ada alquran dan hadis dan buku2 agama lain. Skrg kembali kepada anda, mau mencari atau tidak? mau baca atau tidak?
“Bukankah Dia yang menetapkan takdir kepada setiap Manusia? ”
Memang, tapi atas dasar pilihan anda. Saya akan sedikit bercerita; di jaman khalifah umar Syam pernah dijangkiti penyakit menular. Umar yang tadinya berencana untuk mengujungi syam membatalkan rencananya, seorang sahabat yang mendengar hal itu berkata pada umar: “apakah kamu akan lari dari takdir allah?” umar pun menjawab:“Aku lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain yang lebih baik.” Nah, kenapa anda tidak berpikir seperti umar?
Pernahkah anda membaca bahwa umar pernah berdoa:”Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia.” Nah kenapa anda tidak berdoa seperti umar?
“ini artinya Tuhan sengaja menciptakan manusia dan ditakdirkan jd kafir, tdk beriman dan akhirnya masuk Neraka. ini kerjaan siapa?”
Memang kerjaan Tuhan tapi berlandasan pilihan anda.
“Trus kalo gitu ngapain tuhan masih berseru kepada umatnya untuk disembah, sampai2 mengutus nabi dan rasul, toh dialah yg menetapkan takdir manusia. Aneh.”
Saya akan memberikan anda analogi. Saya yakin anda pernah sekolah SD kan? Nah di sekolah anda pernah dikasih soal pilihan ganda bukan. Pernah ga anda protes pada guru anda kenapa guru anda menaruh pilihan yang salah pada tiap soal? lebih banyak lagi daripada pilihan yang benernya. Kl memang guru anda pengen semua muridnya dapet nilai bagus kenapa dia ga sisakan pilihan yang benar saja di tiap soalnya? Nah pernah ga anda protes seperti ini? Jelas ga kan. Karena protes semacam itu adalah protes yang konyol.
Begitu pula dengan Tuhan, ia menurunkan nabi dan rasul untuk memberikan “arahan” ketika anda dalam “ujian”. Pada dasarnya Ia ingin anda semua dapat “nilai bagus”. Tuhan bisa saja menakdirkan semua manusia jadi baik dengan menghilangkan “pilihan2 buruk” yang ada. Tapi kl Tuhan melakukan itu pantaskah anda dapat “nilai bagus”? Sama seperti guru SD anda, pantaskah dia memberikan nilai 100 pada tiap muridnya jika soal pilihan ganda yang ia berikan cuma berisi pilihan yang benar?
untuk saudara ffr,
“Karena ajarannya sudah lengkap. Tidak perlu lagi nabi dan rasul untuk membawa perintah baru. Sekarang anda tinggal memilih saja, mau ikut ajaran-Nya atau tidak?”
Baik, kata anda lengkap (ini masih dalam konteks agama Islam kan ya)
Ok, tapi justru di jaman kita sekarang yg manusianya berfikir rasional dan berfikir kritis, Tuhan seharusnya mengukuhkan predikat MAHA TAHU, contoh kecil ;Adakah ayat didalam Al-Quran yang menerangkan secara rinci dan lengkap mengenai spesies (flora & fauna) seluruh makhluk hidup dimuka Bumi? ga perlu semua, tapi 25% dr spesienya saja atau anda masih percaya bahwa anda, saya dan semua manusia terbuat dari Tanah?. Adakan ayat didalam Al-Quran yg menerangkan berapa jenis Planet atau bintang atau galaxy didalam sistem Tata Surya kita, apakah masih berlaku 7 lapis langit? Adakah kata2 Tuhan yg menerangkan bahwa pada masa depan manusia bisa menciptakan benda yg bisa terbang (pesawat) atau adakah kata2 Tuhan yg menjelaskan kehidupan Manusia dimasa depan secara akurat?
Sebaiknya anda baca artikel di web ini untuk menambah ilmu pengetahuan anda supaya tidak ketinggalan dengan manusia2 dibelahan Dunia lain.
“Allah tidak membiarkan umatnya ragu dan ingkar. Buktinya ada alquran dan hadis dan buku2 agama lain. Skrg kembali kepada anda, mau mencari atau tidak? mau baca atau tidak?”
Katanya Tuhan yg menetapkan Takdir manusia, kita menjadi seperti sekarang ini, berfikir dan berkehendak itu semua bukankah tuhan yg telah mengatur (menurut Ajaran Islam).
Kemudian kalau saya Ragu2 atau ingkar itu kehendak siapa? ya kehendak Tuhan.
Berarti kalau begitu kehendak saya adalah kehendak Tuhan dong?.
Buku agama, hadist dan lain2 itu buatan manusia. :). Al-Quran yg katanya dari Tuhan sendiri pun masih banyak ayat2 yg ga sejalan dengan jaman modern seperti sekarang ini.
Terimah kasih atas sarannya , tapi saya sudah membaca nya :).
Satu lagi, Tuhan itu katanya yg menciptakan alam semesta beserta isinya, tentu beda dengan Guru SD. jadi ga perlu saya bahas.
Makasih udah mau sharing.
Salam hangat
@kei
“Adakah ayat didalam Al-Quran yang menerangkan secara rinci dan lengkap mengenai spesies (flora & fauna) seluruh makhluk hidup dimuka Bumi? ga perlu semua, tapi 25% dr spesienya saja”
Tentu saja tidak ada. Yang perlu anda pahami adalah alquran itu bukanlah buku science. Alquran itu tidak diturunkan untuk menjelaskan spesies2 di bumi. Alquran justru menjelaskan hal yang lebih penting dari itu. Alquran itu berisikan prinsip2 cara berhubungan dengan manusia dan prinsip2 cara berhubungan dengan tuhan. Alquran menjelaskan kepada kita nilai2, mana yang buruk dan mana yang baik. Supaya manusia itu bisa selamat di dunia dan di akhirat. Nah supaya anda mengerti betapa pentingnya hal ini, marilah kita berandai-andai. Seandainya anda termasuk golongan manusia pertama lalu tuhan menawarkan anda pilihan untuk menurunkan pengetahuan tentang alam atau pengetahuan tentang moral, manakah yang akan anda pilih?
“atau anda masih percaya bahwa anda, saya dan semua manusia terbuat dari Tanah?”
Tentu saja saya percaya. Ketika kita percaya bahwa tuhan itu ada, seketika itu pula segala mukjizat akan menjadi masuk akal. Pertanyaannya adalah apakah anda percaya pada adanya zat yang berkuasa atas hukum alam? Ketika anda menjawab pertanyaan ini maka anda pun akan mendapat jawaban atas pertanyaan anda di atas.
“Adakan ayat didalam Al-Quran yg menerangkan berapa jenis Planet atau bintang atau galaxy didalam sistem Tata Surya kita, apakah masih berlaku 7 lapis langit? Adakah kata2 Tuhan yg menerangkan bahwa pada masa depan manusia bisa menciptakan benda yg bisa terbang (pesawat) atau adakah kata2 Tuhan yg menjelaskan kehidupan Manusia dimasa depan secara akurat?”
Idem
“Sebaiknya anda baca artikel di web ini untuk menambah ilmu pengetahuan anda supaya tidak ketinggalan dengan manusia2 dibelahan Dunia lain.”
Oh saya sudah baca. Saya malah juga ikut komen di artikel lainnya. Tidak hanya artikel ini.
“Katanya Tuhan yg menetapkan Takdir manusia, kita menjadi seperti sekarang ini, berfikir dan berkehendak itu semua bukankah tuhan yg telah mengatur (menurut Ajaran Islam).
Kemudian kalau saya Ragu2 atau ingkar itu kehendak siapa? ya kehendak Tuhan.
Berarti kalau begitu kehendak saya adalah kehendak Tuhan dong?”
Hmm….coba anda kutip ayat yang menjelaskan hal tersebut?!
@kei
Oh satu lagi sebelum saya lupa.
“Satu lagi, Tuhan itu katanya yg menciptakan alam semesta beserta isinya, tentu beda dengan Guru SD. jadi ga perlu saya bahas.”
Emang beda. Disini saya ingin menggelitik daya pikir kritis anda. Seandainya anda berpikir bahwa wajar saja anda protes pada tuhan yang telah menciptakan alam dengan banyak “pilihan salah” di dalamnya. Maka seharusnya anda pun berpikiran sama, bahwa wajar saja jika anda dulu protes pada guru anda yang telah membuat soal dengan banyak pilihan yang salah di dalamnya. Malah menurut saya anda lebih berhak protes kepada guru SD anda dibandingkan kepada tuhan. Karena guru SD anda kan ga menciptakan anda.
“Adakan ayat didalam Al-Quran yg menerangkan berapa jenis Planet atau bintang atau galaxy didalam sistem Tata Surya kita, apakah masih berlaku 7 lapis langit? Adakah kata2 Tuhan yg menerangkan bahwa pada masa depan manusia bisa menciptakan benda yg bisa terbang (pesawat) atau adakah kata2 Tuhan yg menjelaskan kehidupan Manusia dimasa depan secara akurat”
Sobat Kei yg terhormat:
Perlu anda ketahui:
1. al-Qur’an bukanlah buku science, matematika, biologi dll. anda bisa bayangkan kalo segala sesuatunya dijelaskan secara detail maka saya pikir al-Qur’an bisa berjilid-jilid dan bahkan bisa perpustakaan itu hanya berisi al-Qur’an saja.
2. oleh karena anda adalah makhluq yang diberi akal dan pikiran maka gunakanlah itu untuk menemukan rahasia-rahasia alam
3. al-Qur’an disebut sempurna bukan karena mengandung hal-hal yang disebut di no 1 itu secara detail. Akan tetapi, sempurna dalam arti cukup bagi manusia untuk mengambil petunjuk darinya sebagai pembimbing untuk salvation (keselamatan manusia) dalam dimensi dunia menuju akhirat.
4. secara global al-qur’an menyebut: “wahai Jin dan Manusia, jika kalian mampu mengitari semesta maka lakukanlah, tetapi sama sekali kalian tidak akan dapat mewujudkan hal itu kecuali dengan sultan (ilmu).”
“Kenapa Allah mengutus Nabi dan Rasulnya ga di jaman sekarang aja?”
Perlu anda ketahui:
1. Karena kalau sekarang maka anda bisa bayangkan juga bagaimana dengan 14 abad terjadi kekosongan risalah. artinya selama 1400 tahun tidak ada yang membangkitkan semangat spiritual dan pengabdian kepada Allah. itu juga berarti Allah dengan tega membiarkan banyak sekali manusia tersesat.
2. Karena kalau sekarang pengutusan itu terjadi “then, what is the purpose of prophethood where there is nothing more to teach, except just to confirm & conform what is previousely brought by other prophet, that there is no God but Allah.”
“Trus Tuhan marah dan orang ini dijeblosin ke neraka..Aneh bin ajaib. Bukankah Tuhan yg menetapkan takdir manusia, ini artinya Tuhan sengaja menciptakan manusia dan ditakdirkan jd kafir, tdk beriman dan akhirnya masuk Neraka. ini kerjaan siapa?? Tuhan kan. ya iya Tuhan, karena Dialah yg menetapkan takdir manusia.
Trus kalo gitu ngapain tuhan masih berseru kepada umatnya untuk disembah, sampai2 mengutus nabi dan rasul, toh dialah yg menetapkan takdir manusia. Aneh.”
Argumen anda penuh dengan argument retorika!!!
Rupanya anda belum memahami arti dari takdir itu sendiri:
1. Taqdir itu key concept dalam Islam yang mengambil pengakarannya dari bahasa Arab. Ia bermakna “ukuran, takaran atau kadar.” Anda bisa melihat bagaimana pesawat boeing yang oleh para ahli diberi ukuran, takaran dan kadar ketinggian terbangnya berbeda dengan pesawat airbus. Artinya manusia saja bisa memprediksi kadar-kadar itu bagaimana dengan Sang Pencipta otak para ahli itu.
2. Allah menciptakan makhluq dengan memberi kadarnya (taqdirnya) masing-masing. Taqdir manusia bisa berubah, misalnya dari yang buruk menjadi tidak buruk, jika ia memohon dan berdoa agar tidak ditimpa dengan keburukan.
3. Kalaupun taqdir buruk tersebut tetap menimpanya, Allah tetap memberi pilihan manusia tersebut untuk “bersabar terhadap sesuatu yang buruk menimpanya,” sehingga ia memperoleh rahmat berkat atau buah dari kesabarannya.
4. Mungkin anda ingin mengatakan “bagaimana kalau takdirnya masuk neraka.” nah disinilah kehebatan Islam yang memiliki konsep “rida”, karena dengan rida atau kepasrahan yang sesungguhnya terhada segala taqdir (baik-buruk, masuk Syurga-Neraka) dapat memadamkan atau bahkan membuat api Neraka ogah dan enggan membakar sosok yang penuh keridahan menerima segala ketentuan dari Allah Tersebut, misalnya, masuk neraka. (kaum sufi).
tq. kalau masih kabur ikut kuliah saya aja!!!
To ; Ustadz Baharudin
salam kenal ustadz, gapapa kan saya panggil ustadz :), karena dari kata2 anda , saya yakin anda sangat paham islam, ahli agama islam.
ustadz = guru,pengajar (ahli dalam suatu bidang “islam”)
Begini ustadz,
-Al-quran memang bukan kitab/buku mengenai sains, akan tetapi kalo memang bener2 dari Tuhan, setidaknya menjelaskan sedikit saja secara akurat mengenai sains, bukan kata2 perumpamaan, bermakna ambigu, atau gambaran, atau kata2 yg tdk akurat dan tdk sejalan dengan sains dewasa ini.
-iya bener bgt, saya setuju bahwa Manusia adalah makhluk yg memiliki akal pikiran, makanya manusia bisa menciptakan benda/alat2 yang memudahkan manusia didalam kelangsungan hidupnya di bumi agar tidak punah, dan jangan lupa bahwa manusia juga memiliki akal pikiran yg dasyat untuk menentukan dan membedakan mana yg baik dan yg benar, yg fakta atau tidak, yg rasional atau bukan, dan yg nyata atau imajiner/khayalan.
-Sejarah Islam, wahyu diturunkan kepada Muhammad pada jaman dimana suku2 Arab tidak lagi mementingkan suku, hanya mementingkan diri sendiri, hidup hanya mengutamakan materi, makanya banyak saling membunuh satu sama lain, atau disebut juga jaman jahiliyah. Makanya Tuhan mengutus Nabinya yaitu Muhammad untuk memperbaiki keadaan tersebut. Nah, Bagaimana dengan suku2 dibelahan bumi lain yg hidup satu jaman dengan Muhammad, contoh suku Indian, Aztek, suku Maya, di Cina, di Afrika, suku di pedalaman papua dll ribuan suku2 lain yg sama kasusnya seperti suku di Arab? ApakahTuhan menutup mata dan cuek dengan suku2 ini? Atau kita lihat jaman sekarang yg lebih-lebih parah situasinya bahkan melebihi jaman nya Muhammad dulu, sekarang banyak pembunuhan, perang dimana-mana, di Afganistan, Irak, Suriah, Palestina dll, kenapa Tuhan tidak menurunkan nabinya? Apakah masih mampu hanya berpegang pada sebuah buku yg dibuat ribuan tahun yg lalu, sedangkan manusia semakin pintar semakin paham tentang bumi dan alam semesta ini. Mana eksistensi Tuhan di Jaman sekarang, Tuhan kan Maha semuanya, seharusnya mudah bagi Tuhan menampakkan eksistensinya untuk tidak membiarkan umatnya saling berperang, membunuh, dan menuhankan materi.
-“Takdir manusia bisa brubah? jika memohon dan berdoa?”
,Apa bener jika memohon dan berdoa??
Saya ingin contoh yg Real saja bukan Surga atau neraka atau cerita2 jaman dulu,
Manusia sendirilah yg berperan penting dalam hidupnya, karena yg mengambil keputusan sepenuhnya 100 persen adalah pribadi manusia, misalkan : seorang manusia menjadi pengusaha, dokter, pengacara, pemain bola dll itu adalah keputusan dia yg sudah rencanakan sebelumnya dengan berbagai cara, tahapan dan jalur hidup yg dipilih untuk merealisasi keinginannya tsb , bukan karena telah ditakdirkan, memohon atau berdoa itu hanya sebuah sugesti positif untuk memotivasi diri kita sendiri didalam mencapai keinginan dan cita2 kita. Simple.
Justru takdir Tuhan yg sangat membingungkan.
Terima Kasih udah mau ditanggapi
To : Bro ffr
“Yang perlu anda pahami adalah alquran itu bukanlah buku science”
-Mengenai Alquran bukan buku sains, idem dengan jawaban saya kepada ustd Baharudin.
“Seandainya anda termasuk golongan manusia pertama lalu tuhan menawarkan anda pilihan untuk menurunkan pengetahuan tentang alam atau pengetahuan tentang moral, manakah yang akan anda pilih?”
-Maaf kenapa selalu berandai2 ya, yg pasti seandainya saya termasuk golongan manusia pertama dan bertemu atau mendengar tuhan secara langsung, pasti saya percaya akan keberadaannya, titik.
“Tentu saja saya percaya. Ketika kita percaya bahwa tuhan itu ada, seketika itu pula segala mukjizat akan menjadi masuk akal. Pertanyaannya adalah apakah anda percaya pada adanya zat yang berkuasa atas hukum alam? Ketika anda menjawab pertanyaan ini maka anda pun akan mendapat jawaban atas pertanyaan anda di atas.”
-Nah itu dia agama membingungkan, Agama itu intinya (Iman), mau itu masuk akal atau tidak masuk akal yg penting iman.
mau manusia terbuat dari tanah keq, anda percaya aja, anda kan mengutamakan iman dan yakin, padahal secara fakta, manusia bukan terbentuk dari unsur tanah.
Begini bro ffr, sy meragukan agama yg saya anut, agama2 samawi lain, maupun agama2 yg ada didunia. saya tidak mempermasalahkan ada zat yg berkuasa atas hukum alam. yang pasti zat itu menurut saya bukan Tuhan yg diyakini oleh agama2 yg eksis sekarang didunia.
“Hmm….coba anda kutip ayat yang menjelaskan hal tersebut?!”
-Sebenarnya saya ga mau mengutip n menjelaskan Ayat Al-Quran disini, karena anda selalu meminta, baik ini saya berikan contoh ayatnya; mudah2an admin disini memperbolehkannya:
Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)
Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96)
Di ayat itu jelas kalimatnya, bahwa Tuhan yang menetapkan Takdir segala sesuatu yg diciptakannya termasuk manusia. Tuhan juga yg menciptakan kita dan apa yg kita perbuat.
Berarti segala sesuatu yg kita perbuat itu adalah ketetapan dan kehendak Tuhan? bukankah demikan? Kehendak saya berarti kehendak Tuhan dong ya. Berarti Saya bisa mengkritik Tuhan itu karena kehendak Tuhan itu sendiri.
-hehe Guru SD dibandingkan ama Tuhan, lagi2
Coba mari kita jangan beranalogi, berandai andai, karena perumpamaan2 seperti itu ga revelan dengan pembandingnya, okey bro :). Peace
Makasih
Salam hangat
@kei
“Nah itu dia agama membingungkan, Agama itu intinya (Iman), mau itu masuk akal atau tidak masuk akal yg penting iman”
Memang benar bahwa ada beberapa hal di dalam agama yang hanya bisa dipercayai saja tanpa bisa dibuktikan secara empiris seperti adanya surga, neraka, malaikat, dll. Tapi justru karena itulah kami diberi balasan yang baik yaitu surga. Justru karena itulah derajat kami bisa lebih tinggi daripada malaikat.
“mau manusia terbuat dari tanah keq, anda percaya aja, anda kan mengutamakan iman dan yakin, padahal secara fakta, manusia bukan terbentuk dari unsur tanah”
Perlu saya luruskan dulu bahwa yang dimaksud alquran dengan manusia terbentuk dari tanah itu bukanlah terbentuk secara langsung. Yang dibentuk dari tanah secara langsung adalah nabi adam. Nah karena kita adalah keturunannya nabi adam maka secara tidak langsung kita disebut oleh alquran berasal dari tanah. Mengenai fakta bahwa manusia (secara umum) bukan terbentuk dari unsur tanah ya memang betul. Faktanya alquran juga mengatakan bahwa manusia (secara umum) tidak diciptakan dari tanah. baca (QS 23:12-14).
Jika anda bertanya apakah masuk akal jika ada manusia berasal dari tanah? Tentu saja jawabannya tidak. Tapi justru itulah poinnya. Sebuah mukjizat bukanlah mukjizat jika masuk akal. Tuhan memberikan mukjizat kepada tiap nabi dan rasulnya sebagai bukti kepada umatnya bahwa memang benar rasul tsb diutus oleh yang menguasai hukum alam. Bagaimana mungkin saya bisa percaya pada seseorang yang mengaku nabi karena dia bisa memprediksi cuaca minggu depan, padahal ada teknik2 yang masuk akal untuk melakukan itu? Bagaimana mungkin saya bisa percaya pada seseorang yang mengaku nabi karena dia bisa terbang, padahal dia naik pesawat? Kl berhadapan dengan org tsb saya akan bilang dia super jenius tapi bukan nabi. Justru karena dia bisa melakukan hal yang tidak masuk akal, saya jadi bisa percaya kl dia nabi.
“saya tidak mempermasalahkan ada zat yg berkuasa atas hukum alam. yang pasti zat itu menurut saya bukan Tuhan yg diyakini oleh agama2 yg eksis sekarang didunia.”
Hmm…saya jadi bingung dengan kepercayaan anda. Coba anda klarifikasi, apakah anda:
a. percaya ada zat yang berkuasa atas hukum alam tapi tidak percaya bahwa dia tuhan.
b. percaya ada zat yang berkuasa atas hukum alam dan percaya bahwa zat itu adalah tuhan tapi bukan tuhannya agama2 yg ada skrg.
c. tidak percaya ada zat yang berkuasa atas hukum alam dan tentu saja tidak percaya bahwa tuhan itu ada.
“Sebenarnya saya ga mau mengutip n menjelaskan Ayat Al-Quran disini”
Kenapa tidak? Kl anda ga mau mengutip alquran ya bagaimana kita bisa melanjutkan diskusi? Bagaimana saya bisa tahu letak kesalahpahaman anda? Nantinya malah jadi ga nyambung.
“Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)”
Hmm…saya ga tau dari mana anda dapat terjemahan di atas. Tapi dari tafsir yang saya dapat (baca http://quran.bblm.go.id/ dan http://www.qtafsir.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2406&Itemid=80) kata تَقْدِيرًا dalam ayat tersebut tidak berarti takdir tapi ukuran. Dan ini memang benar segala sesuatu itu sudah terukur dengan baik bukan? (fine tuning).
“Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96)”
Jika anda membaca ayat2 sebelumnya (QS 37:83-95) anda akan menemukan bahwa sebenarnya ayat diatas adalah perkataan nabi ibrahim yang dikutip oleh Tuhan. Nabi ibrahim mengatakan hal tsb kpd kaumnya setelah ia menghancurkan berhala sesembahan kaumnya. Jadi sebenarnya yang dimaksud dengan وَمَا تَعْمَلُونَ adalah apa-apa yang kamu buat yaitu patung. (baca http://www.qtafsir.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1932&Itemid=93#1)
Sebenarnya inilah maksud saya menyarankan anda baca2 buku agama (oh jika anda sudah pernah baca tafsir ibnu katsir ya sekedar mengingatkan kembali aja). Benar bahwa buku-buku tersebut adalah karangan manusia. Tapi mereka adalah manusia yang lebih pandai dalam ilmu agama dibandingkan kita. Merekalah manusia yang lebih dekat pemahamannya terhadap arti ayat-ayat tuhan yang sebenarnya dibandingkan kita.
Walaupun demikian, saya tidak menyangkal bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan kita. Ketika saya mencuri saya percaya bahwa perbuatan saya itu diciptakan oleh tuhan. Hanya saja perbedaan pandangan saya dengan anda adalah saya tidak menganggap bahwa kehendak saya untuk mencuri itu datang dari tuhan. Kehendak itu datang dari diri saya sendiri. Karena itulah saya heran kenapa anda bisa bilang bahwa kehendak saya adalah kehendak tuhan? Dari ayat yang mana anda bisa dapat pemahaman seperti itu? Bahkan kalau anda merenungkan sejenak, sebenarnya hal itu tidak logis. Katakanlah saya berkehendak A, itu berarti Tuhan berkehendak A juga. Lalu saya ubah kehendak saya jadi B, itu berarti kehendak tuhan juga berubah jadi B. Lalu saya ubah lagi kehendak saya jadi C, itu berarti kehendak tuhan juga berubah jadi C donk. Nah kl begini siapa yang tuhan sebenarnya? tuhan atau saya? kok dia ikut berubah2 kehendaknya sesuai kehendak saya.
“Coba mari kita jangan beranalogi, berandai andai, karena perumpamaan2 seperti itu ga revelan dengan pembandingnya”
Analogi dan perumpamaan itu penting supaya poin-poin yang ingin saya sampaikan dapat dengan mudah anda tangkap dan anda mengerti. Kl memang ga relevan dengan pembandingnya ya silahkan anda jelaskan dimana letak “ga relevan”-nya.
Makasih udah mau sharing.
Salam hangat
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya orang luar (bukan salah satu anggota web ini).
Maaf juga kalo kata2 saya menyinggung pihak manapun.
thanks.
maaf sodara kei karena kesibukan kerja saya baru bisa posting2 lagi dan terimakasih juga kpda sodara ffr yg sudah menjawab argumen kei..
takqir itu ada qodho’ n qadar.. qodrho itu takdir yg ditetapkan sebelum ruh di tiupkan kedalam sebuah janin.. sedangkan qadar itu takdir yg di tetapkan sewaktu seseorang menjalani kehidupan dunia.. ada sebuah cerita dari kalangan bani israil.. zaman dulu ada seseorang yg ahli ibadah hingga masa tuanya selalu ibadah, pada suatu hari turunlah malaikat mengabarkan kepada si ahli ibadah ini klo qodho’nya dia adalah penghuni neraka, si ahli ibadah tetap tidak terpengaruh.. hingga ke 3 kalinya malaikat itu mengabarkan dia sebagai penguni neraka, dia berkata kepada malaikat itu, “sampaikan kepada ALLAH klo saya terima di tetapkan sebagai penghuni neraka asal besarkan tubuh saya hingga neraka tidak mampu lg menampung manusia yg lain karena aku yg ibadah selama ini saja masih jadi penghuni neraka, bagaimana dengan orng lain..” kemudian permintaannya di sampaikan kepada ALLAH, dan ALLAH menetapkan qadarnya si ahli ibadah ini sebagai penghuni surga..
@valbiant.. hal2 yg ghaib d situ yg di maksud adalah wujud ALLAH, surga, neraka, hari pembalasan, kiamat.. bukan hal2 ghaib fenomena alam yg bisa di jelaskan dgn sains.. sains aja ga bisa jelaskan asal mula adanya debu cosmic sebelum bigbang, asal mula benda mati bisa berubah jd benda hidup.. kl mau pake teori abiogenesis (dr yg tidak ada tiba2 menjadi ada) yg konsisten, lucu ceritanya klo berteori n ceramah panjang lebar ttng proses kejadian alam semesta tp di hal2 mendasar malah pake teori abiogenesis (kun fayakun ala sains) 😀
Iya gapapa, nyantai aja,
Makasih udah mau nanggapin.
Maaf, itu hanya cerita, dan itu jaman dulu. Seharusnya kalau memang Tuhan mengukuhkan eksistensinya sampai sekarang, Tuhan perlu menurunkan Malaikat2 nya dan berbicara langsung kepada manusia2 jaman sekarang 🙂 dan saya belum pernah mendengar cerita di jaman kita hidup sekarang ini, malaikat menyampaikan kepada manusia yg ahli ibadah (ustadz, kiai, atau orang taat) bahwa dia akan masuk Neraka atau Surga.
Makasih
Salam hangat
@kei
“Seharusnya kalau memang Tuhan mengukuhkan eksistensinya sampai sekarang, Tuhan perlu menurunkan Malaikat2 nya dan berbicara langsung kepada manusia2 jaman sekarang”
Yang anda minta ini sebenarnya sudah pernah diminta oleh kaum kafir mekkah dulu. Dan sebagai respon atas permintaan tsb allah menurunkan surah al-an’am ayat 8. Dalam ayat itu dijelaskan bahwa seandainya allah benar2 menurunkan malaikat lalu manusia masih ada yang tidak percaya maka seketika itu pula azab akan turun dan jadilah ia penghuni abadi neraka.
Saudaraku…sebenarnya apa yang anda minta itu lebih buruk daripada apa yang anda sudah dapat saat ini. Pernahkah anda membaca bahwa ada seorang nabi setelah disakiti oleh masyarakatnya karena mengajak mereka untuk menyembah allah pernah berdoa:”Ya allah ampunilah mereka, karena mereka sesungguhnya tidak tahu” (baca HR. Bukhori 3477). Nah seandainya malaikat sudah turun dan surga – neraka terlihat jelas, apalagi alasan yang bisa dipakai untuk meminta ampun pada tuhan ketika kita berdosa?
Ambillah pelajaran dari iblis. Jika kita merenungkan sejenak, iblis sebenarnya adalah makhluk yang paling beriman di antara kita semua (disamping malaikat). Bagaimana tidak, dia sudah pernah bercakap-cakap dengan tuhan dan sudah melihat malaikat2-Nya. Tapi tuhan tetap menyebut dia sebagai kafir hanya karena dia tidak mau sujud pada adam. Maka bayangkanlah bagaimana nasib kita jika seandainya kita sudah mengetahui apa yang diketahui iblis tapi malah tetap tidak mau sujud pada-Nya?
@ffr
Bro ffr, kenapa saya pribadi ragu2 akan ajaran agama2 samawi ini, terutama ajaran agama saya sendiri dari lahir yaitu islam. Karena banyak sekali hal2 yg saya pribadi ngerasa tidak cocok atau tidak sejalan dengan perkembangan jaman sekarang ini. Anda sangat meyakini sesuatu mengimani sesuatu tapi anda sendiri tidak tau apakah ini benar2 bisa dibuktikan apakah ini fakta atau hanya sebuah cerita . masuk akal apa tidak, kalo sudah iman ya iman.
Bro, sya dulu seperti anda, sangat yakin dan saking yakinnya dulu saya tutup logika saya, pokoknya Al-Quran itu bener, ada yg mengkritik pasti saya membela karena saya bener2 yakin.
Kenapa di dalam semua agama di dunia , inti pokok ajarannya yaitu iman(percaya), ya iya kalo sudah percaya atau yakin hal2 yg ga masuk akal kita terima dengan terbuka, intinya iman 🙂
Agama itu muncul sekian ribu tahun yg lalu, anda masih meyakini hal tsbt tanpa bukti yg nyata? kita ini hidup dijaman sekarang, coba buka fikiran anda, imajinasi oh imajinasi, imajinasi manusia memang tidak ada batasnya, tapi logika kitalah yg menentukan sesuatu itu bener apa ga nya.
Sekali lagi, agar tidak salah paham, saya bukan salah satu anggota di blog ini.
Thanks
“Agama itu muncul sekian ribu tahun yg lalu, anda masih meyakini hal tsbt tanpa bukti yg nyata? kita ini hidup dijaman sekarang, coba buka fikiran anda”
Justru karena saya hidup di jaman inilah saya jadi yakin bahwa islam itu benar. Pernahkah anda membaca hadis tentang tanda-tanda kecil kiamat. Sebagian besar sudah terjadi sekarang. Menurut anda bagaimana seseorang yang hidup sekian ribu tahun dapat memprediksi lebih dari 10 hal yang bakal terjadi di masa depan? Tidakkah ini jadi bukti nyata bagi anda?
“tapi logika kitalah yg menentukan sesuatu itu bener apa ga nya.”
Justru karena logikalah saya jadi percaya tuhan itu ada. Jika saya tidak berpikir mendalam pastilah saya berpikir bahwa tuhan itu tidak ada dan dengan begitu saya akan berpikir bahwa alam itu dapat muncul dengan sendirinya, padahal itu mustahil. Selain itu, saya juga pasti akan berpikir bahwa mahkluk hidup dapat muncul dari benda mati, padahal hal itu mustahil juga.
Makasih
Salam hangat
sobat ffr
<>
-Mempredeiksi 10 hal yang bakal terjadi di masa depan?
boleh saya tahu, apa saja yg telah diprediksi? (masih dalam konteks bahasan Islam kan)
<>
-Sobat, dari awal kan kita bicara bahwa saya meragukan Tuhan dalam agama saya atau kepercayaan yg eksis di dunia sekarang ini. Ajaran2nya tidak semua relevan dengan jaman sekarang. Kalaupun Tuhan memang terbukti ada, menurut saya itu bukan Tuhan yg diyakini oleh agama2 yg eksis sekarang ini.
Kalau dari logika sobat ffr mustahil alam muncul dengan sendirinya, pasti ada yg membuatnya/menciptakannya, bagaimana seandainya Tuhan itu ada dan mustahil juga muncul dengan sendirinya, pasti juga Tuhan ada yg menciptakan kan?. Karena menurut logika anda sesuatu itu mustahil ada dengan sendirinya. Sebaliknya kalau anda mengatakan Tuhan itu ada dengan sendirinya dan memang tidak diciptakan oleh siapapun, itu logika yang mustahil.
“boleh saya tahu, apa saja yg telah diprediksi?”
hitung sendiri ya di http://ms.wikipedia.org/wiki/Tanda-tanda_Kiamat. Kl ada yg anda tidak setuju silahkan komen lagi.
“Kalaupun Tuhan memang terbukti ada, menurut saya itu bukan Tuhan yg diyakini oleh agama2 yg eksis sekarang ini”
Hmmm….kl seandainya tuhan terbukti ada, trus anda tetap menyakini Dia bukan tuhannya agama2 yang ada skrg. Lalu bagaimana cara anda berinteraksi dengan-Nya? apakah anda akan buat cara2 anda sendiri (kl ini jalan yg anda pilih itu sama saja anda membuat agama sendiri)? atau anda akan memutuskan tidak akan berinteraksi dengan-Nya?
“Sebaliknya kalau anda mengatakan Tuhan itu ada dengan sendirinya dan memang tidak diciptakan oleh siapapun, itu logika yang mustahil”
Sebenarnya saya sudah sering mengomentari pernyataan seperti ini. Jika anda membaca komen-komen saya di artikel2 lain (masih di website ini) anda akan menemukan bahwa logika kita akan “dipaksa” untuk menyimpulkan bahwa pencipta segala sesuatu itu haruslah tidak diciptakan oleh apapun. Jika ingin melanjutkan diskusi tentang hal ini, mungkin anda bisa membaca dulu komen saya tentang hal ini di https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/02/bukankah-alam-semesta-punya-sebab-yaitu-tuhan-argumen-prima-causa/comment-page-1/#comment-1068 nanti silahkan anda komen saja disitu. Karena seperti yang anda bilang sendiri, diskusi kita memang sudah melenceng dari artikel di atas.
Kalian ribut tentang tuhan yang sulit di buktikan dengan akal(karena merasa pintar)……pertanyaan saya simpel 1. siapa yang mengajarkan tentang kebaikan hasil pemikiran atau ciptaan sendiri
2.Peradaban muncul karena percaya ada yang menciptakan atau karena tidak percaya ada yang menciptakan
3.dan buktikan bahwa sebelum ada manusia yang percaya ada kekuatan lain manusia hidup rukun damai sejahtera. Silakan tunjukan bukti ilmiah nya
Terima kasih
1. siapa yang mengajarkan tentang kebaikan hasil pemikiran atau ciptaan sendiri?
-Dua2 nya hasil pemikiran dan ciptaan manusia itu sendiri.
2.Peradaban muncul karena percaya ada yang menciptakan atau karena tidak percaya ada yang menciptakan
-Peradaban muncul memang ada yang menciptakan, yaitu diciptakan oleh manusia dari jaman dulu turun temurun buah hasil dari pemikiran manusia itu sendiri. Pengalaman manusia ribuan tahun tentang berbagai hal/masalah sejak manusia purba sampai jaman sekarang maka terbentuklah peradaban itu.
3.dan buktikan bahwa sebelum ada manusia yang percaya ada kekuatan lain manusia hidup rukun damai sejahtera. Silakan tunjukan bukti ilmiah nya
-Kekuatan lain? Maksud anda kekuatan Tuhan?
Ga perlu jauh2 mengambil contoh jaman sebelum ada manusia percaya ada kekuatan lain, contohnya ada di artikel diatas. Jaman sekarang dimana dinegara yg paling tidak religius justru paling rukun damai.
@kei
“-Dua2 nya hasil pemikiran dan ciptaan manusia itu sendiri.”
Nah ini menarik juga….jika kebaikan/moralitas berasal dari hasil pemikiran manusia sendiri, bagaimana orang2 jaman dulu bisa memutuskan bahwa incest itu salah/tabu. Apa dasar keputusan mereka? Apakah mereka sadar bahwa incest bisa menghasilkan cacat genetik? Jika ya, kira-kira bagaimana mereka bisa tahu hal tsb?
@ffr
[[….jika kebaikan/moralitas berasal dari hasil pemikiran manusia sendiri, bagaimana orang2 jaman dulu bisa memutuskan bahwa incest itu salah/tabu. Apa dasar keputusan mereka?]]
Sedulu apa orang yang memutuskan Incest itu tabu?
Apakah 50000 tahun lalu ketika Manusia masih hidup dalam suku berkelompok, Incest sudah tabu?
Tidak ada yang tahu kapan pertama kali Incest menjadi Tabu.
—
Tapi setidaknya ada bukti sekitar 3000 tahun lalu, kalau Incest tidaklah setabu sekarang.
1. Dewa Zeus mengawini Adik (atau Kakak) nya sendiri yaitu Hera
2. Dewa-Dewi Mesir Osiris dan Isis juga Incest
Bahkan kitab “suci” Abrahamik sendiri mengandung Incest
1. Istri Kain dan Habel, berhubung semua orang merupakan keturunan Adam dan Hawa, maka wajar kalau istri kain dan Habel juga anaknya Adam dan Hawa.
2. Lot yang berhubungan dengan kedua anak nya
——————
Alasan yang bisa membuat orang jaman dulu menabukan Incest.
Seperti yang kita tahu, Anak hasil Incest lebih rentan terhadap cacat genetik.
Bukan tidak mungkin jaman dulu ada orang yang Incest, dan melahirkan anak Cacat.
Dan kalau sudah cukup banyak kasus, maka orang mulai mengkaitkan Incest dengan cacat, yang akhirnya membuat mereka menabukan Incest.
@ffr
“jika kebaikan/moralitas berasal dari hasil pemikiran manusia sendiri, bagaimana orang2 jaman dulu bisa memutuskan bahwa incest itu salah/tabu. Apa dasar keputusan mereka? Apakah mereka sadar bahwa incest bisa menghasilkan cacat genetik? Jika ya, kira-kira bagaimana mereka bisa tahu hal tsb?”
-Manusia bisa seperti sekarang ini karena pengetahuannya dan pola pikirya terus berkembang belajar dari pengalaman turun temurun dari jaman ke jaman bagaimana cara mereka dihadapkan dengan segala problematika segala aspek kehidupan .
Pada jaman awal2 kehidupan Manusia.
Manusia purba pada jaman berburu tentunya beda pola pikirnya dengan jaman setelahnya, mereka hidup berkelompok”kelompok kecil” tinggal di gua2, pengembara dan nomaden/belum tinggal menetap, hidup tujuannya untuk berburu dan memperoleh makanan agar mereka bisa bertahan hidup, belum mengenal pernikahan, aturan2 dll, bisa jadi dijaman mereka ini incest merupakan hal yg biasa untuk berkembangbiak dan mempertahankan kelompok mereka.
Pada jaman setelahnya (jaman bercocok tanam) manusia sudah bisa hidup menetap disuatu area tertentu dan merupakan kelompok besar karena hidup menetap memungkinkan untuk berkembang biak, tentu beda dengan jaman nomaden dimana mereka berpindah pindah dan kelompok mereka berkurang karena serangan hewan buas atau serangan dari kelompok lain.
Pada jaman bercocok tanam dan berternak ini merupakan titik awal perkembangan pola pikir manusia untuk mencapai kemajuan.
Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi, mulai menetapkan aturan2, pembagian tugas antar kelompok. Jumlah anggota kelompok pada jaman ini semakin besar sehingga mereka membuat perkampungan2 dan juga mulai bisa/mau berbaur dengan kelompok manusia lain dari wilayah lain.
Pada jaman ini bisa saja insect sudah dinilai kurang baik bukan karena mereka tahu bisa cacat genetik tapi tentu karena alasan2 tertentu pada jaman tsb atau moralitas yg dibentuk pada jaman tsbt bisa saja karena hidup dalam kelompok besar sehingga mulai mudah mencari pasangan dari yg bukan anggota keluarga sendiri dan perubahan pola pikir manusia untuk terus berkembangbiak tidak hanya melakukan perkawinan dari kelompok sendiri tetapi juga kelompok lain. Budaya, kebiasaan atau cara hidup yg menurut manusia itu paling baik yg terus dijaga turun temurun sampai sekarang.
Inget bahwa pola pikir manusia terus berkembang mencari cara yg lebih baik lagi dalam memecahkan masalah dari beragam aspek sendi2 kehidupan berdasarkan pengalaman hidup baik pada jaman itu sendiri maupun pengalaman jaman2 sebelum mereka, dari sinilah terbentuk peradaban dan juga moralitas. Kebiasaan/budaya, peradaban serta Moral inilah yg terus mengalami perkembangan dr jaman ke jaman, generasi ke generasi turun temurun, tentu saja cara yg lebih baik diteruskan dan yg dianggap kurang baik akan ditinggalkan (semua aspek kehidupan tdk hanya perkawinan sedarah) , dan sampai penelitian jaman modern ternyata menerangkan selain tabu incest juga bisa menyebabkan cacat gen dll.
@ladylucifer
“Tidak ada yang tahu kapan pertama kali Incest menjadi Tabu”
Memang….dan saya tidak menanyakan hal tsb. Saya tidak bertanya “kapan?” tapi bertanya “kenapa?/bagaimana?”. Yang jelas aturan incest itu tabu sudah ada lebih dulu daripada pengetahuan tentang genetika.
“Tapi setidaknya ada bukti sekitar 3000 tahun lalu, kalau Incest tidaklah setabu sekarang.”
Nah itu dia inti pertanyaan saya. Apa yang membuat nenek moyang kita berubah pikiran?
“Bukan tidak mungkin jaman dulu ada orang yang Incest, dan melahirkan anak Cacat.
Dan kalau sudah cukup banyak kasus, maka orang mulai mengkaitkan Incest dengan cacat, yang akhirnya membuat mereka menabukan Incest.”
Hmmm…punya bukti ga kl orang jaman dulu bisa melakukan observasi semacam ini? Tahukah anda berapa persentasi kemungkinan cacat genetika akibat incest? cuma +/-15%. Sementara perkawinan biasa itu +/- 4%. Artinya orang yang tidak melakukan incest di jaman dulu mungkin punya anak yang cacat juga. Dan saya yakin orang yang tidak melakukan incest di jaman dulu lebih banyak daripada yang melakukan incest. Sehingga jumlah kasus lahirnya anak cacat dari perkawinan non-incest harusnya (secara probabilitas) kurang lebih sama jumlahnya (kl tidak mau dibilang lebih besar) dengan kasus lahirnya anak cacat dari perkawinan incest. Nah kl keadaannya begini bukankah suatu “mukjizat” kl orang jaman dulu bisa mengaitkan cacat genetik dengan incest?
@Kei
Bro….jawaban anda terlalu umum. Jika saya bertanya “bagaimana manusia jaman dulu bisa menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk?” mungkin jawaban anda bisa saya terima. Tapi yang saya tanya kan cukup spesifik.
“Pada jaman ini bisa saja insect sudah dinilai kurang baik bukan karena mereka tahu bisa cacat genetik tapi tentu karena alasan2 tertentu pada jaman tsb atau moralitas yg dibentuk pada jaman tsbt ….”
Nah itu dia yang saya tanya, apa alasan2nya? Gini aja deh bro, mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di pikiran nenek moyang kita waktu itu. Jadi saya minta anda bayangkan saja diri anda tidak tahu apa2 tentang genetika. Nah bisakah anda memberikan alasan yang logis pada saya mengapa incest itu salah? Yah biar paling tidak kita punya perkiraan lah apa yang mendasari pemikiran nenek moyang kita dulu.
“…. bisa saja karena hidup dalam kelompok besar sehingga mulai mudah mencari pasangan dari yg bukan anggota keluarga sendiri dan perubahan pola pikir manusia untuk terus berkembangbiak tidak hanya melakukan perkawinan dari kelompok sendiri tetapi juga kelompok lain. Budaya, kebiasaan atau cara hidup yg menurut manusia itu paling baik yg terus dijaga turun temurun sampai sekarang”
Bro…saya ga nanya bagaimana orang jaman dulu “berpindah” dari incest ke non-incest. Tapi kenapa mereka mengatakan itu hal yang salah? Kenapa mereka beranggapan non-incest lebih baik daripada incest?
@untuk sobat ffr :
kita udah keluar dari konteks Artikel diatas alias OOT, hehe mudah2an admin disini masih baik.
-Ya begitulah agama, inti-nya iman, sedikit cerita bro, sy dulu waktu SD kelas 5 samapi 6 suka banget baca buku tentang surga, semua yg ada disurga sangat2 menggiurkan, dari sungainya, alamnya, penghuninya yg ga bakalan tua, sampai bidadari2 yg super cantik yg siap melayani :P. Dan waktu itu megimani surga ini memang sangat berpengaruh pada kehidupan sehari hari saya, saya jadi pribadi yg baik, taat, pokokya bisa dibilang alim :). Memang saya akui bahwa mengimani surga dan neraka berdampak luar biasa pada level keagamaan seseorang (muslim). Ya iyalah, siapa siy yg ga pengen masuk surga. Sekarang seandainya surga ga ada (ga da imbalannya ya :)), masihkah anda berbuat baik kepada sesama manusia?
-Iya saya paham maksudnya, saya udah baca koq ayat tsb:) sekarang mana buktinya kalo adam terbuat dr tanah liat? atau mana bukti nyata adam adalah manusia pertama? mana data2 nya?kalo cuma dari cerita atau bacaan siy yah bukankah sama aja seperti cerita2 lainnya? belum terbukti nyata kan.
-ya memang saya ga percaya Tuhannya ajaran agama2 yg ada sekarang ini, masih bingung? atau mau diperjelas lagi?
-Saya ga mau membahas ayat2 Al-quran disini kenapa? karena kalau dibahas disini gabakalan selesai2 karena begitu banyaknya. Ntr Admin disini marah kan ga enak :). mungkin bisa ditempat atau forum lainnya.
-Dari tulisan anda :” Katakanlah saya berkehendak A, itu berarti Tuhan berkehendak A juga. Lalu saya ubah kehendak saya jadi B, itu berarti kehendak tuhan juga berubah jadi B. Lalu saya ubah lagi kehendak saya jadi C, itu berarti kehendak tuhan juga berubah jadi C donk. Nah kl begini siapa yang tuhan sebenarnya? tuhan atau saya? kok dia ikut berubah2 kehendaknya sesuai kehendak saya.”
Nah itu dia, dari tulisan anda diatas menggambarkan bahwa Tuhan memang tidak berkuasa atas kehendak manusia. Kita dan apa yg kita perbuat adalah dari kehendak kita sendiri.
-Anda sering menyebutkan kalau anda bisa mempercayai adanya tuhan karena logika anda, tapi anehnya anda masih percaya mukzijat, Adam terbuat dari tanah dll. hehehe, yasudah
Terima kasih udah mau sharing.
“Sekarang seandainya surga ga ada (ga da imbalannya ya :)), masihkah anda berbuat baik kepada sesama manusia?”
Sebelum saya menjawab ini, saya ingin bertanya dulu pada anda. Seandainya saya sedang sendirian di padang pasir sedang kehausan lalu ada orang lain di dekat saya yang juga kehausan sementara persediaan air yang ada (airnya punya saya) cuma tinggal satu teguk. Menurut anda logis ga jika saya memberikan persediaan air saya ke org tsb? Jika menurut anda logis tolong jelaskan kenapa logis?
“sekarang mana buktinya kalo adam terbuat dr tanah liat? atau mana bukti nyata adam adalah manusia pertama? mana data2 nya?”
Jika anda bertanya mana bukti bahwa adam berasal dari tanah ya memang saya ga punya. Seandainya pun anda dapat meminta bukti tentang hal tsb dari nabi adam sendiri, saya yakin dia ga akan bisa melakukannya lagi di hadapan anda. Tapi kl anda bertanya mana bukti nyata adam adalah manusia pertama silahkan anda baca penemuan terbaru tentang nenek moyang manusia di http://news.nationalgeographic.com/news/2005/06/0624_050624_spencerwells.html. Disitu dijelaskan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu orang, memang tidak dijelaskan bahwa namanya adam tapi well…bukan hal yang mustahil juga kl ternyata namanya dia dulu memang adam.
“Nah itu dia, dari tulisan anda diatas menggambarkan bahwa Tuhan memang tidak berkuasa atas kehendak manusia”
Nah disini anda salah paham lagi. Dalam tulisan tsb saya mengatakan bahwa saya berkuasa atas kehendak saya sendiri tapi saya tidak pernah mengatakan bahwa tuhan tidak bisa berkuasa atas kehendak saya. Tuhan bisa saja mengendalikan kehendak saya seperti saya mengendalikan robot. Tapi alih-alih melakukan hal tsb, Tuhan memutuskan agar saya memiliki kekuasaan atas kehendak saya sendiri sehingga saya bisa bebas memilih. Dan dengan demikian, adillah Dia jika memasukkan orang jahat ke neraka dan orang baik ke surga karena mereka sendirilah yang memilih tempat tersebut.
“Anda sering menyebutkan kalau anda bisa mempercayai adanya tuhan karena logika anda, tapi anehnya anda masih percaya mukzijat, Adam terbuat dari tanah dll. hehehe, yasudah ”
Setinggi-tingginya kita memuliakan logika, logika tetap harus tunduk pada realita (atau bukti dalam bahasa anda). Memang benar saya tidak bisa memberikan bukti bahwa ada manusia yang terbuat dari tanah. Tapi bukan berarti mukjizat itu tidak ada. Jika anda renungkan tentang diri anda sendiri, sebenarnya keberadaan anda saat ini adalah sebuah mukjizat. Mengapa? karena makhluk hidup itu tidak mungkin muncul dari benda mati. Mau anda berusaha sekuat apapun untuk menghidupkan benda mati jadi hidup itu adalah sebuah kemustahilan. Nah kl begitu bagaimana anda bisa ada dan hidup? Tidakkah ini mukjizat menurut anda?
@Bro ffr
“Sebelum saya menjawab ini, saya ingin bertanya dulu pada anda. Seandainya saya sedang sendirian di padang pasir sedang kehausan lalu ada orang lain di dekat saya yang juga kehausan sementara persediaan air yang ada (airnya punya saya) cuma tinggal satu teguk. Menurut anda logis ga jika saya memberikan persediaan air saya ke org tsb? Jika menurut anda logis tolong jelaskan kenapa logis?”
-Dalam kondisi diatas tidak menutup setiap kemungkinan, anda memberikan kepada orang lain atau tidak itu hal yg masuk akal/logis. Tentunya setiap orang berbeda secara psikologis artinya setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yg berbeda, ada yg sensitif, ada yg mementingkan diri sendiri, ada yg perhitungan, ada yg rela berkorban demi orang lain, ada juga yg mudah iba atau jiwa sosialnya tinggi yg membantu orang lain dengan tulus tidak mengharapkan balasan apalagi mengharapkan surga di akhirat kelak dsb karena setiap orang memiliki latar belakang pengalaman hidup yg berbeda beda.
“Jika anda bertanya mana bukti bahwa adam berasal dari tanah ya memang saya ga punya. Seandainya pun anda dapat meminta bukti tentang hal tsb dari nabi adam sendiri, saya yakin dia ga akan bisa melakukannya lagi di hadapan anda………….”
-Yup, saya tau dan sudah baca,
yg pasti tdk logis Adam/manusia terbuat dari tanah, iman andalah yg sudah memaksakan melogiskan segala sesuatu yg mustahil.
“Nah disini anda salah paham lagi. Dalam tulisan tsb saya mengatakan bahwa saya berkuasa atas kehendak saya sendiri tapi saya tidak pernah mengatakan bahwa tuhan tidak bisa berkuasa atas kehendak saya. Tuhan bisa saja mengendalikan kehendak saya seperti saya mengendalikan robot. Tapi alih-alih melakukan hal tsb, Tuhan memutuskan agar saya memiliki kekuasaan atas kehendak saya sendiri sehingga saya bisa bebas memilih. Dan dengan demikian, adillah Dia jika memasukkan orang jahat ke neraka dan orang baik ke surga karena mereka sendirilah yang memilih tempat tersebut”.
-Aneh, pada ayat yg saya sudah sebutkan di postingan jauh diatas, jelas2 disitu tuhan menetapkan takdir manusia, dialah yg telah menetapkan manusia kelak akan masuk surga atau neraka. Kemudian anda bilang Tuhan memutuskan agar manusia memiliki kekuasaan atas kehendak manusia sendiri sehingga bisa bebas memilih???, Lah ngapain Tuhan menetapkan takdir manusia kalo begitu. Kalau saya jadi Tuhan ya ga perlu menetapkan takdir, toh saya memberikan manusia kekuasaan atas kehendak mereka dan bebas memilih.
Coba pahami, disini Tuhan tidak mengurus manusia, andalah Tuhan bagi pribadi anda sendiri karena Tuhan itu diciptakan oleh pikiran anda sendiri.
“Setinggi-tingginya kita memuliakan logika, logika tetap harus tunduk pada realita (atau bukti dalam bahasa anda). Memang benar saya tidak bisa memberikan bukti bahwa ada manusia yang terbuat dari tanah. Tapi bukan berarti mukjizat itu tidak ada. Jika anda renungkan tentang diri anda sendiri, sebenarnya keberadaan anda saat ini adalah sebuah mukjizat. Mengapa? karena makhluk hidup itu tidak mungkin muncul dari benda mati. Mau anda berusaha sekuat apapun untuk menghidupkan benda mati jadi hidup itu adalah sebuah kemustahilan. Nah kl begitu bagaimana anda bisa ada dan hidup? Tidakkah ini mukjizat menurut anda?”
-Apabila anda menghapus tuhan dari pikiran anda maka anda akan selalu berpola pikir logis, tapi kalau anda masih menciptakan Tuhan di fikiran anda, hal2 yang mustahil anda paksakan menjadi logis.
Maaf siapa yg bilang benda mati jadi benda hidup? bagaimana saya bisa ada dan hidup? lah bukannya udah banyak penjelasan ilmiahnya ya (silahkan anda cari sendiri ). Di blog ini ada juga koq penjelasan ilmiahnya.
Thanks ya udah mau meluangkan waktunya.
“Dalam kondisi diatas tidak menutup setiap kemungkinan, anda memberikan kepada orang lain atau tidak itu hal yg masuk akal/logis”
Nah itulah akibatnya kl kita tidak percaya tuhan itu ada. Kita akan membedakan baik dan buruk hanya dengan akal. Tapi akal manusia kan ada batas-batasnya. Dan terbukti dalam kondisi di atas anda sebut memberi atau tidak sama saja. Padahal jelas memberi lebih baik, tapi akal kita akan berkata sama saja. Seandainya anda percaya tuhan dan pahala. Pasti akal anda akan mengatakan memberi air itu sebagai tindakan yang logis.
“Tentunya setiap orang berbeda secara psikologis artinya setiap orang memiliki sifat dan kepribadian yg berbeda, ada yg sensitif, ada yg mementingkan diri sendiri, ada yg perhitungan, ada yg rela berkorban demi orang lain, ada juga yg mudah iba atau jiwa sosialnya tinggi yg membantu orang lain dengan tulus tidak mengharapkan balasan apalagi mengharapkan surga di akhirat kelak dsb karena setiap orang memiliki latar belakang pengalaman hidup yg berbeda beda”
Mungkin anda akan berargumen bahwa kita harus mengandalkan perasaan dan kepribadian dalam menentukan baik dan buruk. Kl begitu saya ingin tanya pada anda, pantaskah perasaan dan kepribadian dipakai dalam menentukan baik dan buruk?
“Yup, saya tau dan sudah baca,”
Kl sudah tahu kenapa anda bertanya?
“yg pasti tdk logis Adam/manusia terbuat dari tanah, iman andalah yg sudah memaksakan melogiskan segala sesuatu yg mustahil.”
Nah disini anda salah paham lagi. Iman saya itu tidak memaksa saya melogiskan sesuatu yang mustahil. Manusia terbuat dari tanah itu memang tidak logis. Kita sepakat dalam hal ini. Saya ga berusaha untuk melogiskan hal tsb. Perbedaan saya dan anda adalah saya percaya itu terjadi walaupun hal itu tidak logis sedangkan anda tidak. Nah sampai disini mungkin anda bertanya, “Kl anda sudah tahu itu tidak logis kenapa anda masih bisa percaya itu terjadi?” Jawabannya sederhana. Karena saya juga melihat sesuatu yang tidak logis tapi toh hal tsb tetap terjadi. Contoh:
– Logis ga kl ada orang jaman dulu yg tahu bahwa manusia cuma berasal dari satu orang? Ga logis. But it happen anyway…
– Logis ga kl ada orang yg hidup 1400 thn lalu bisa tahu kejadian di masa depan (tanda-tanda kiamat)? Ga logis. But it happen anyway…
– Logis ga kl ada sesuatu yang hidup muncul dari benda mati? Ga logis. But it happen anyway…
– Logis ga kl ada orang jaman dulu yang melarang incest, lalu ternyata sekarang diketahui bahwa incest bisa menimbulkan cacat genetik? Ga logis. But it happen anyway…
– Logis ga kl ada orang yg hidup 1400 thn lalu bisa tahu kl langit dan bumi dulunya itu satu lalu dipisahkan? Ga logis. But it happen anyway…
“Aneh, pada ayat yg saya sudah sebutkan di postingan jauh diatas, jelas2 disitu tuhan menetapkan takdir manusia, dialah yg telah menetapkan manusia kelak akan masuk surga atau neraka.”
Anehnya juga anda tidak membantah komen saya terhadap “ayat” yg anda sebut di atas. Coba dibantah dulu komen saya sebelum anda menggunakan kembali klaim anda tsb. Nah sekalian juga jawab komen saya di https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2014/01/25/apakah-manusia-bisa-damai-tanpa-agama/comment-page-1/#comment-1615 yang menjawab pertanyaan “Bukankah Dia yang menetapkan takdir kepada setiap Manusia?” dari anda.
“Kemudian anda bilang Tuhan memutuskan agar manusia memiliki kekuasaan atas kehendak manusia sendiri sehingga bisa bebas memilih???, Lah ngapain Tuhan menetapkan takdir manusia kalo begitu”
Kayaknya anda menganggap takdir itu artinya tuhan sudah benar-benar menetapkan semua perkara, artinya ga akan berubah lagi. Padahal tidak demikian. Ada takdir yang tidak bisa diubah-ubah contoh hukum alam ini. Tapi ada juga yang bisa berubah contoh nasib anda (baca QS. 13:11). Dan ada juga yang dibebaskan contoh perbuatan/kehendak anda (baca QS. Fushilat : 46). Takdir itu adalah perkara mubah bagi Tuhan artinya bisa saja Tuhan melakukannya atau tidak atau bisa juga Ia ubah-ubah dan hal itu tidak “merendahkan” status Dia sebagai Tuhan (baca QS 13:39). Jadi kl anda tanya “Lah ngapain Tuhan menetapkan takdir manusia kalo begitu?” Ya itu suka-suka Dia, bisa jadi Dia telah menetapkannya, bisa jadi Dia tidak/belum menetapkannya, bisa jadi yang ditetapkan cuma sebagian perkara aja, dst. Kita ga tau dan ga perlu tau sebenernya. Yang perlu kita tahu adalah Tuhan sudah janji pada kita bahwa jika kita melakukan A, B, C dan tidak melakukan D, E,F dst kita akan masuk surga. Jadi lakukanlah itu nanti silahkan anda tagih janji Dia di akhirat.
“Coba pahami, disini Tuhan tidak mengurus manusia, andalah Tuhan bagi pribadi anda sendiri karena Tuhan itu diciptakan oleh pikiran anda sendiri”
Coba bayangkan diri anda sebagai seorang petani. Ketika anda menanam benih padi, apakah anda yang menciptakan benih padi tsb? bukan. Ketika benih padinya tumbuh, apakah anda yang menyinarinya dengan sinar matahari? bukan. Ketika padinya siap panen, apakah anda yang menciptakan mesin panennya? bukan. Ketika anda angkut padinya ke rumah, apakah anda yang menciptakan jalan pulang? bukan. Ketika anda jual padinya, apakah dia yang menciptakan pasar? bukan. Apakah anda yang menciptakan pembeli padinya? bukan juga. Nah dari sini kelihatan kan betapa alam inilah yang melakukan sebagian besar usaha agar anda dapat makan. Peran anda sebenarnya kecil bahkan untuk urusan perut anda sendiri walaupun anda merasa berat dalam menjalankannya. Jadi bagaimana bisa kita berpikir kalau kita adalah tuhan bagi diri kita, alam semesta ini lebih pantas anda sebut tuhan dibandingkan diri anda sendiri.
“”Maaf siapa yg bilang benda mati jadi benda hidup?”
Hmmm….menurut anda bagaimana kehidupan bisa ada di dunia?
“bagaimana saya bisa ada dan hidup? lah bukannya udah banyak penjelasan ilmiahnya ya (silahkan anda cari sendiri )”
Bro…dari awal kita diskusi kan saya ga pernah nyuruh anda nyari sendiri referensi tentang kepercayaan saya. Jadi jika anda percaya pada sesuatu. Maka saya ingin andalah yang memberikan referensi tentang hal tsb.
“Di blog ini ada juga koq penjelasan ilmiahnya.”
Hmm…saya ga tau artikel mana di blog ini yang anda maksud. Tapi saya sudah baca salah satu artikel yang “berusaha” menjelaskan asal mula kehidupan. Dan sudah saya komen di https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/27/kisah-awal-kehidupan-bumi-menurut-sains/comment-page-1/#comment-1737 silahkan anda jawab pertanyaan saya di komen tsb. Soalnya yang nulis artikel tersebut belum ngejawab. Buat saya percaya bahwa kehidupan bisa muncul dari benda mati.
Bung ffr, terima kasi sudah menyadarkan saya… Menyadarkan apa ? Bahwa tuhan benar2 tidak eksis! Dan betapa bigotnya anda adalah penilaian terbesar! Thx bro because you I’m an atheist 🙂
@kei
Sori lupa menambahkan;
“Ya begitulah agama, inti-nya iman”
Ya apa bedanya dengan kepercayaan anda? anda sendiri hanya percaya saja kan bahwa tuhan tidak ada? Apakah anda punya bukti nyata bahwa tuhan tidak ada?
@bro ffr
Maaf, saya itu meragukan Tuhan menurut ajaran2 agama yg eksis sekarang ini, dan tidak menutup kemungkinan mempercayai apabila Tuhan memang Terbukti ada.
Bukti nyata bahwa Tuhan tidak ada? Lah memang Tuhan tidak nyata kan? bagaimana bisa membuktikan hal yg tidak nyata itu tidak ada?. bingung mode on. coba berfikir lagi.
untuk membantu anda coba baca artikel ini saya ambil dari blog ini juga :
https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa-bukti-bahwa-tuhan-tidak-ada/
“Bukti nyata bahwa Tuhan tidak ada? Lah memang Tuhan tidak nyata kan? bagaimana bisa membuktikan hal yg tidak nyata itu tidak ada?. bingung mode on. coba berfikir lagi.”
Ya bisalah…kl ada anak yang mengklaim bahwa mainan yang dia punya dibuat ama kurcacinya santaklaus. Bagaimana anda membuktikan bahwa kurcaci itu tidak ada pada anak tsb? Gampang kan, anda tinggal bawa anak tersebut ke pabrik mainannya trus kasih lihat siapa sebenarnya yang membuat mainan tsb. Selesai. Hanya saja jika pabrik mainannya sudah ga ada dan pekerja pabriknya uda pada mati semua (pokoknya ga ada bekas deh). Anda dan anak tsb akhirnya cuma sama-sama percaya saja. Dan tidak ada cara untuk membuktikan kepercayaan masing2.
Sama seperti itu, saya kan mengklaim bahwa tidak ada yang bisa menghasilkan benda hidup dari benda mati selain tuhan. Nah kl anda ingin membuktikan tuhan tidak ada, silahkan anda buktikan bahwa alam atau apapun selain tuhan ada yang dapat melakukan hal ini. Saya juga mengklaim bahwa tidak ada yang dapat menghasilkan sesuatu dari ketiadaan selain tuhan. Nah, silahkan anda buktikan bahwa ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan.
@kei
Sori kelupaan lagi
“untuk membantu anda coba baca artikel ini saya ambil dari blog ini juga :
https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa-bukti-bahwa-tuhan-tidak-ada/”
Udah saya baca. Silahkan anda baca komen saya tentang artikel tsb di https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa-bukti-bahwa-tuhan-tidak-ada/comment-page-1/#comment-881 dan di https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa-bukti-bahwa-tuhan-tidak-ada/comment-page-2/#comment-1595 . Silahkan komen di situ jika anda tidak setuju.
bro ffr
“Ya bisalah…kl ada anak yang mengklaim bahwa mainan yang dia punya dibuat ama kurcacinya santaklaus. Bagaimana anda membuktikan bahwa kurcaci itu tidak ada pada anak tsb? Gampang kan, anda tinggal bawa anak tersebut ke pabrik mainannya trus kasih lihat siapa sebenarnya yang membuat mainan tsb. Selesai. Hanya saja jika pabrik mainannya sudah ga ada dan pekerja pabriknya uda pada mati semua (pokoknya ga ada bekas deh). Anda dan anak tsb akhirnya cuma sama-sama percaya saja. Dan tidak ada cara untuk membuktikan kepercayaan masing2.
Sama seperti itu, saya kan mengklaim bahwa tidak ada yang bisa menghasilkan benda hidup dari benda mati selain tuhan. Nah kl anda ingin membuktikan tuhan tidak ada, silahkan anda buktikan bahwa alam atau apapun selain tuhan ada yang dapat melakukan hal ini. Saya juga mengklaim bahwa tidak ada yang dapat menghasilkan sesuatu dari ketiadaan selain tuhan. Nah, silahkan anda buktikan bahwa ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan.”
-Bro, saya bener2 bingung, hehe, yg kita bahas ini Tuhan loch, bukan perumpamaan seperti diatas, bukan bukti Nyata adanya Tuhan bro, Fokus dong hehe
Saya, anda, dan semua manusia di bumi belum mengetahui apa yg ada dibalik ketiadaan.
Bedanya anda ini mengklaim bahwa Tuhanlah yg ada dibalik ketiadaan itu tanpa bukti yg Nyata.
Kalau saya tidak mengklaim sesuatu kalau memang belum terbukti 🙂
Ya intinya Tuhan belum bisa dibuktikan ada :), anda percaya sesuatu yg belum bisa dibuktikan ada.
@xman
“Bro, saya bener2 bingung, hehe, yg kita bahas ini Tuhan loch, bukan perumpamaan seperti diatas….”
Bro, coba dibaca dulu pertanyaan saudara kei yang saya kutip, disitu saudara kei bertanya ‘bagaimana cara membuktikan hal yang tidak nyata itu tidak ada?’, nah dalam perumpamaan tersebut saya kasih contoh kan bahwa hal yang tidak nyata (kurcacinya santaklaus) bisa saya buktikan tidak ada. Jawaban saya sudah nyambung dengan soalnya.
“Saya, anda, dan semua manusia di bumi belum mengetahui apa yg ada dibalik ketiadaan.”
Bro, pernyataan anda di atas ini justru menegaskan bahwa anda dan saya cuma sama-sama percaya. Anda ga tau, saya pun ga tau. Saya percaya itu tuhan, anda percaya itu bukan tuhan. Sama-sama percaya doang kan. Walaupun anda ngakunya ga mengklaim apapun, sebenarnya secara ga langsung anda sudah mengakui bahwa anda PERCAYA kl yang ada dibalik ketiadaan itu bukan tuhan. Iya kan? Atau anda ini sebenarnya agnostik yang berpikir bahwa hal itu mungkin tuhan atau mungkin juga bukan tuhan?
bro ffr,
maaf,
sharing2 n diskusi kita kayaknya ampe disini aja ya bro
coba kita diskusi pakai pikiran terbuka, dihati anda masih ada iman tanpa bukti nyata, itu yg menghambat logika. Jadi selogika logikanya anda berfikir masih digagalkan oleh iman anda yg tanpa bukti.
Maunya saya, mari bro kita diskusi pure logika ga da yg mempengaruhi (anggap aja kita bayi yg baru lahir yg belum ada yg mempengaruhi,), sy dulu seperti halnya anda pake iman karena background saya memang muslim yg taat. Tapi akhirnya saya mencoba mengkritisi Tuhan saya sendiri dan ajaran2 agama saya waktu itu yg janggal dll. Akhirnya pola pikir saya mulai terbuka, kalau saya masih memberatkan iman, maka logika saya akan dipengaruhi iman, dan akan susah sekali mengedepankan pola pikir logis. 🙂
makasih ya bro selama ini udah mau sharing2..
@Kei
Oke deh. Tks udah mau sharing. Saya dari awal menulis disini memang berniat untuk mencegah para teis (khususnya muslim) untuk menjadi ateis. Kalo diskusi dan argumen2 saya tidak bisa mempengaruhi anda tentang kebenaran suatu agama atau paling tidak membuat anda mengakui bahwa tuhan itu ada ya…saya berharap para teis yang membaca argumen saya bisa tambah mantap lagi dalam keteisannya. Karena ada beberapa hal dalam agama yang memang tidak bisa masuk diakal hanya dapat diimani seperti adanya surga, neraka, malaikat, dll. Tapi ada juga yang dapat masuk diakal seperti keberadaan tuhan, aturan-aturan kemanusiaan, ajaran-ajaran kebaikan, dll. Ya mungkin saran saya kepada anda dan kepada ateis secara umum. Jika kalian berat menerima doktrin suatu agama, mungkin karena terlalu ‘ajaib’ dalam logika anda, paling tidak pikirkanlah terlebih dahulu tuhan itu ada atau tidak? haruskah tuhan itu ada atau tidak? asumsikan saja dulu semua agama itu salah. Kl dari hasil pemikiran tsb anda bisa menyimpulkan bahwa tuhan itu harus ada (btw, kl anda udah sampai disini berarti anda sudah bukan ateis lagi) nanti silahkan anda baca semua kitab suci agama lalu bandingkanlah mana yang lebih masuk akal. Tapi jangan berhenti sampai di kesimpulan “tuhan itu ada”, soalnya nanti jadi aneh, anda percaya tuhan itu ada tapi ga mau punya/percaya agama. Mungkin nama pahamnya jadi “areligi” kali ya. haha….
Anyway..tks uda mau diskusi dengan saya.
Sori ada yang kelupaan lagi….hehe
“Karena ada beberapa hal dalam agama yang memang tidak bisa masuk diakal hanya dapat diimani seperti adanya surga, neraka, malaikat, dll”
Walaupun sebenarnya hal di atas ( surga, neraka, dll) akan jadi masuk akal ketika anda percaya tuhan itu ada.
@kei
Sori pengen nambahin…
“Maunya saya, mari bro kita diskusi pure logika ga da yg mempengaruhi (anggap aja kita bayi yg baru lahir yg belum ada yg mempengaruhi,)”
Saya juga maunya begitu, tapi subyek yang kita diskusikan kan banyak. Ada yang memang belum bisa saya jelaskan dengan pure logika, seperti takdir, penciptaan manusia, dsb, tapi ada juga yang sudah saya jelaskan dengan pure logika seperti keberadaan tuhan, aturan sosial, baik dan buruk, dsb. Yang saya sayangkan adalah justru di subyek yang saya jelaskan dengan pure logika ini anda tidak mau membalas. Yang anda serang justru adalah subyek yang lain.
“sy dulu seperti halnya anda pake iman karena background saya memang muslim yg taat. Tapi akhirnya saya mencoba mengkritisi Tuhan saya sendiri dan ajaran2 agama saya waktu itu yg janggal dll. Akhirnya pola pikir saya mulai terbuka, kalau saya masih memberatkan iman, maka logika saya akan dipengaruhi iman, dan akan susah sekali mengedepankan pola pikir logis. :)”
Bro…selama kita berdiskusi ini saya menangkap kesan bahwa sebenarnya anda dulu (walaupun anda ngakunya muslim yg taat) tidak begitu dalam memahami agama islam. Dan itu terlihat dari cara anda yang mengutip terjemahan alquran dan pemahaman anda tentang takdir (dalam islam). Bahkan anda tidak pernah mengutip pendapat ilmuwan/ulama islam yang mendukung pemahaman anda. Kayaknya walaupun anda dulu emang bener taat ya…i’m sorry to say….ketaatan anda lahir dari taklid yg buta. Jadi wajar kl iman yg anda punya mudah digoyang.
atheist dan tidak beragama. itu berbeda
atheist adalah orang yang tidak percaya dengan Tuhan
Tidak beragama itu adalah orang yang tidak memiliki agama tapi belum tentu tidak percaya dengan Tuhan. Karena pada kenyataannya 90% orang yang tidak beragama itu percaya dengan Tuhan.
status-nya biasa No relegion, Just believe in God
Jadi Katherine diatas bukanlah seorang atheist tapi hanya orang yg tidak beragama tapi orang yang percaya Tuhan ( just believe in God.)
Buat FFR Wah rajin banget anda berkomentaria kenapa gak buat buku saja sayangkan hasil jerih payah buah pikiran anda dibuang buang hanya untuk komentaria buang buang waktu.
bukan kah Ilmu pengetahuan selalu berkembang tiada batas bukankah otak manusia diciptakan tampa batas ( mengetahui semampu apa yang bisa dia ketahui) tapi kenapa saat semua masih dalam suatu penelitian ada sekelompok orang yang meng klaim hasil dari penelitian tersebut tampa bisa membuktikan terbalik. contoh gampang aja dalam teknologi yg umum kita pakai (alat komunikasi) masih terus di upgrade tiap Jaman. adakah di antara kita ini yang tau rancangan alat ini 200 atau 300 ratus tahun lagi? bukankah sangat bisa dipastikan kita gila kalau kita meng klaim kalau teknologi alat komunikasi yang kita miliki sekarang ini adalah bentuk pencapaiaan teknologi terakhir tampa bisa di upgrade lagi HAHAHAHA jadi bukan tuhan itu yang tidak ada tapi pikiran ilmiah anda yang belum sampai kesana terus berfikir jangan buntukan otak anda. dengan jawaban putus asa, teruslah temukan Tuhan itu, saat penelitian anda belum fokus ke zat inti yang anda bahas, jangan simpulkan sesuatu tentang Zat tersebut hanya dengan penelitian sampingan, menurut saya itu semua hanya sebuah asumsi yang masih perlu dibuktikan lagi. proses penelitian tentang keberadaan Tuhan juga masih berjalan proyek ini belum terhenti jadi bisa disimpulkan belum ada hasil. percaya atau tidak percaya itu hak masing masing tapi kalau kalim bahwa tuhan itu tidak ada itu penghinaan terhadap ilmu pengetahuaan, sama dengan merayakan kemenangan sebelum KPU mengumumkan hasil Pilpres HAHAHAHAHAH
Ketika saya berada didalam kesulitan, dimana saya benar2 membutuhkan bantuan..anda tahu siapa yg menolong saya? Mereka semua orang yang beragama/theist…sedangkan teman2 saya yg atheist sama sekali tidak membantu saya. Bahkan Whats app dan BBM saja hanya dibaca..tapi tidak dibalas…sangat disayangkan… padahal mereka selalu menyindir orang2 theist bahwa mereka kurang bermoral di media2 sosial seakan2 merea lebih baik dari theist . Jujur lni pengalaman nyata saya, Tidak saya karang2..
Just because he / she an atheist, doesn’t mean make he/ she more morale..
@oscar
Ateis tidak selalu lebih baik dari teis. begitu pula teis tidak selalu lebih baik dari ateis. itu semua tergantung pada manusianya.
Tulisan mbak alika di atas sebenarnya hanya menyampaikan pandangan bahwa tanpa beragama/ateis pun manusia bisa baik dan hidup damai. Dan dengan beragama/teis manusia juga dapat bertindak buruk dan tercela. Tulisan tersebut tidak mengklaim bahwa ateis baik dan agama buruk. Mohon dipahami dengan pikiran terbuka.
agama itu kepercayaan ngapain di debatin, sampe kpn jg ga bakal selesai2 perdebatan kalian, kcuali nyawa kalian dicabut, krna disini kalian mempertahankan argumen kalian masing-masing jadi ya ingin menang sendiri dan merasa akulah yang benar, beragama ataupun ateis sumbernya itu kan dari kecocokan pemikiran kalian terhadap suatu ajaran, yaitu ajaran percaya tuhan atau tidak, hanya itu saja intinya, susah juga memberi pengertian kpd org yg tdk cocok pemikirannya pada suatu ajaran, yg beragama tdk cocok dg ateis, yg ateis tdk cocok dg beragama ya sudah sulit, krna itu pilihan masing2. Kebenarannya ya nanti stlh kalian semua meninggalkan alam dunia. Kalau saya ya islam karena saya cocok dengan ajaran ini. Sekian.
@oscar
Ateis tidak selalu lebih baik dari teis. begitu pula teis tidak selalu lebih baik dari ateis. itu semua tergantung pada manusianya.
Tulisan mbak alika di atas sebenarnya hanya menyampaikan pandangan bahwa tanpa beragama/ateis pun manusia bisa baik dan hidup damai. Dan dengan beragama/teis manusia juga dapat bertindak buruk dan tercela. Tulisan tersebut tidak mengklaim bahwa ateis baik dan agama buruk. Mohon dipahami dengan pikiran terbuka.
Ya, mungkin mnusia bsa hdup damai tnpa agma.
Tpi tdk sedikit preman pasar, pemabuk, & prampok yg mnjadi baik (tobat) stelah ada nasihat2 dgn pndekatan agma.
Jdi tdk bs dnafikan jga bhwa agma brperan utk mmbntuk pribadi mnusia yg cinta damai.
tanda2 kiamat sudah dekat
Tulisan yang sangat bagus dan menginspirasi ~
Saya percaya TUHAN tapi saya tidak percaya agama.
Dari teori keberadaan alam semesta yang anda jelaskan di tulisan anda sebelumnya, anda berkata permulaannya adalah ledakan big bang. tapi bagaimana anda bisa menjelaskan bahwa ledakan tersebut bisa meledak begitu saja? Bukankah TUHAN punya berbagai cara untuk menciptakan sesuatu, Dia bisa saja menciptakan alam semesta ini semua dengan cara yang demikian agar kita bisa mempelajari dan memahami semua reaksi-reaksi kimia, nuklir, dan sebagainya. Di alam semesta ini masih sangat sedikit sekali yg kita ketahui dan masih banyak lagi yang belum diketahui. Apakah tak mungkin jika Tuhan menyediakan itu semua untuk memenuhi rasa haus akan keingintahuan manusia .
Saya pikir banyak sobat yang Atheis sibuk MEMBUKTIKAN keberadaan Tuhan, dengan cara memperlakukan-Nya sebagai benda mati..! yang harus ditelilit dengan metode ilmiah. Padahal Tuhan Maha Hidup dan Maha BERKEHENDAK?
Kalau Dia mau, ya Dia akan ‘menampakkan’ Diri, dan kita menyebutnya ‘terbukti’. Tapi kalau Dia tidak mau, dan lantas ‘tidak menampakkan’ Diri, orang ateis menyebutnya sebagai ‘tidak terbukti’. Secara logika tidak mungkin Tuhan menampakkan diri dan menyebutnya ‘terbukti’. Karena Tuhan memiliki dzat, sifat dan perbuatan yang mutlak (absolute) tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Menampakkan diri atau secara materi terbukti adalah sifat relative yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Secara logika yang relative terhubung dengan yang absolute maka yang relative akan melebur kedalam absolute.
Apabila Tuhan yang absolute dimaknai dengan metode berpikir relative maka yang sering terjadi adalah memaknai Tuhan secara antropomorfis, maka di muncul kanlah simbol-simbol semacam gambar atau patung.
Diskusi panjang dalam artikel blog ini sudah membuktikan bahwa manusia dengan memiliki konsep kebenaran yang berbeda-beda (relative). Perbedaan pendapat ini bisa menjurus kepada pertentangan bahkan peperangan. Seperti terbukti dalam sejarah. Manusia relative dalam memahami kebenaran juga bersifat relative. Karena itu membutuhkan pedoman (manual book) dengan kebenaran mutlak langsung dari Sang Pencipta, yang bisa berpikir secara holistik. Logikanya Profesor yang menciptakan robot, maka yang paling mengetahui seluk beluk robot dan kehidupannya adalah Profesor tersebut, bukan robot itu sendiri.
Tuhan absolute dan manusia relative. Malaikat diciptakan sebagai bentuk mekanisme menghubungkan antara yg absolute dan relative. Nabi, Rasul diangkat untuk menyampaikan kebenaran sesuai bahasa kaumnya. Kebenaran-kebenaran tersebut terkodifikasi dalam sebuah kitab suci dan jejak sejarah yang valid.
Kita bisa menyebut Tuhan dengan berbagai nama, seperti The Universe, Causa Prima, Hyang Widi, Dewa. Namun logikanya nama yang benar harus diberikan oleh Tuhan sendiri. Tuhan menyebut bahwa nama yang benar untuk Tuhan adalah Allah. Secara linguistic semua nama selain Allah bisa dimainkan. Misalnya kata bahasa Inggris God jika ditambahkan “s” menjadi God’s (Tuhan-Tuhan). Namun tidak ada bentuk jamak dari Allah. Dialah Tuhan yang Maha Esa. Jika kita menambahkan “dess” pada kata God menjadi Goddess (Tuhan Perempuan). Namun Tuhan dengan nama Allah bukan laki-laki atau perempuan. Tuhan tidak punya jenis kelamin. Jika kita menambahkan “father “ pada kata God menjadi God Father. Namun Tuhan dengan nama Allah bukan Tuhan Bapak atau Tuhan Anak. Dia adalah Tuhan yang Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Kata Allah ini ada dalam semua agama besar dunia, Islam, Nasrani, Yahudi, Hindu. Eli dalam bahasa Ibrani bila diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi Allah. Dalam kamus bahasa Ibrani, Eli dibaca Allah. Dalam kitab hindu, Wedha ada Upanishad dengan nama Alloh Upanishad.
Kalaupun pada kenyataannya banyak negara yang banyak menganut agama justru tingkat kejahatannya meningkat dan negara yang banyak atheis justru tingkat kejahatannya rendah sama sekali tidak merepresentasikan bahwa suatu agama itu salah. Agama esensinya adalah menyempurnakan attitude (akhlak). Denmark dengan tingkat kejahatan yang rendah bisa jadi lebih agamis daripada Afghanistan. Karena pada kenyataannya banyak orang beragama yang memahami agama secara salah bahkan sesat. Jadi yang perlu dipahami agama adalah sebuah esensi kebenaran, sama sekali bukan sebuah institusi atau symbol yang seringkali dipolitisir dengan kepentingan hawa nafsu manusia.
Maaf sebelumnya.Saya ingin bertanya.Jika ateis tidak percaya akan adanya Tuhan.Lalu kepada siapa ateis berdoa?
Ateis tidak berdoa.
Apakah benar bahwa agama adalah penyebab krisis yang terjadi sekarang ini? Apakah tanpa agama maka Timur Tengah menjadi lebih damai? Apakah hubungan antara Timur dan Barat akan tetap ada dan berjalan baik tanpa pengaruh agama?Bagaimana bila Islam tidak ada dan Kristen menjadi agama terkuat, apakah hubungan antara Timur Tengah dan Barat akan menjadi lebih baik?
PERANG adalah sebagian dari sifat manusia dan bagian dari sunnatullah (hukum Allah)… dari zaman batu sampai sekarang dan sampai akhir kehidupan ini.
Flash back: Perang Indian melawan Spanyol, WW1&2, Perang Nazi, Amerika membom atom Jepang…
(QS Al Baqarah 30) Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (pengganti) di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Keep Learning!
Love, peace, humanity.
WHAT THE FUCK YOURE DOING HERE ZUL?
Itulah Rukun Iman yang ke Enam. Percaya pada takdir Baik dan Takdir buruk. Agar dipercaya bahwa Baik dan Buruk itu adalah ciptaanNya. Mau cari yang Menciptakan? Carilah AKU….temukanlah AKU…….sama spt kita ada yg theis dan atheis. Klo dua2nya ada akan adakah ke DAMAIAN ? Perang, perang dan perang dan…..sampai KIAMAT. MANUSIA (Jasmani+Rohani). Kecakapan Jasmani dgn menuntut Ilmu di SEKOLAH, dan Sekolahnya ROHANI adalah AGAMA. Tujuan bersekolah adalah PINTAR…tujuan beragama adalah IMAN. Orang tua mana yg gak bahagia punya anak PINTAR dan BERIMAN. Dalam kitab suci Al-Quran yang diseru bukan orang yg beragama tapi orang yg berIMAN..HAi orang2 yang berIMAN……bukan orang ISLAMnya atau orang MUSLIMnya. Maka dari itu hanya dengan KEIMANAN lah hati akan menjadi tenang, karena telah menerima apa semua yg terjadi adalah KehendakNYA, siapa yg Kuasa merubah KetetapanNYA? Dengan DILAHIRKANYA kita kedunia ini bisakah kita MEMILIH??? Selama kita masih berkehendak, menetapkan dan menguasai…penderitaanlah yg terjadi, perdebatanlah, dan peperanganlah yng terjadi…..ada kuasa kita menghentikan??? Berdo’a???penderitaan dan kekecewaanlah jika tidak terkabul. Dia Maha Mengetahui yang akan terjadi. Kita berdo’a kebanyakan isinya impian dan khayalan kita saja. Isinya hanya yang baik menurut kita, tanpa sadar kita ngajarin Tuhan? O oh…..Bagaimana dgn atheis? Dengan kepintarannya dia mau ambil alih peran TUHAN, menghendaki, mengatur, mengadili dan menentukan wah wah wah……..hadir lagi FIR’AUN.
Maka dari itu berhati-hatilah dalam bercoment. Yakinlah bahwa mereka ada untuk menguji Keimanan kita……tetaplah berjalan dijalanmu ( yang beragama ) dengan KEIMANAN masing2. Berdoalah…. dgn tulus dan ikhlas dan Pasrah….. Salam…
Saya sih deisme saya masih percaya tuhan ada tapi ragu dengan doktrin semua agama agama membuat manusia berbuat baik tanpa rasa tulus dengan iming2 surga yang mereka ciptakan. . .jika surga tak pernah ada bisa kamu bayangkan kan kekecewaan umat bergama . . .sedangakan deisme gak peduli surga ada atau tidak berbuat baik tidak akan dianggap sebagai tuntutan yang mengharapkan imbalan
Perdebatan sana sini berdasarkan imajinasi opini yang dianggap menjadi fakta oleh masing2 individu dari manusia yang lain. Hoam. Lanjutkan perdebatan sambil menunggu tak bernyawa. Salam sesama manusia.
BerTuhan itu pasti bagi setiap makhluk, sadar atau tidak, mengakui atau tidak. Tetapi agama???Terlalu banyak bukti justru agama telah gagal untuk membuat penganutnya berTuhan
Dunia tanpa Agama—Lebih Baik?
ORANG-ORANG ateis-baru membayangkan dunia tanpa agama—tanpa bom bunuh diri, peperangan agama, dan penginjil televisi yang menguras dompet kawanan mereka. Apakah gambaran itu menarik bagi Anda?
Sebelum menjawabnya, pikirkan pertanyaan ini, ’Apakah ada bukti bahwa ateisme universal akan menghasilkan dunia yang lebih baik?’ Perhatikan fakta ini: Sebanyak 1,5 juta orang Kamboja tewas dalam upaya Khmer Merah mendirikan negara Marxis yang tidak bertuhan. Dan, di Uni Soviet yang resmi ateis, pemerintahan Joseph Stalin mengakibatkan kematian puluhan juta orang. Memang, ateisme tidak bisa langsung dipersalahkan atas kejahatan-kejahatan tersebut. Namun, semua itu menunjukkan bahwa pemerintahan yang ateis tidak menjamin kedamaian dan keharmonisan.
Banyak orang setuju bahwa agama telah mengakibatkan banyak penderitaan. Namun, apakah Allah yang salah? Tidak! Ia tidak bisa dipersalahkan sebagaimana pabrik mobil tidak bisa dipersalahkan atas kecelakaan yang diakibatkan oleh orang yang mengemudi sambil berponsel. Ada banyak penyebab penderitaan manusia, salah satunya lebih mendasar daripada kepercayaan. Alkitab menghubungkannya dengan ketidaksempurnaan bawaan. ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) Karena kecenderungan berdosa ini, orang mudah mengembangkan sifat mementingkan diri, keangkuhan, keinginan untuk kebebasan moral, dan kekerasan. (Kejadian 8:21) Hal itu juga mengakibatkan orang berdalih dan condong kepada kepercayaan yang memperbolehkan perbuatan salah. (Roma 1:24-27) Yesus Kristus dengan tepat mengatakan, ”Dari hati keluar pikiran yang fasik, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu, hujah.”—Matius 15:19.
Perbedaan yang Sangat Penting
Sekarang, perlu dibedakan antara ibadat sejati—yakni, ibadat yang diperkenan Allah—dengan ibadat palsu. Ibadat sejati akan membantu orang memerangi kecenderungan bawaan. Ibadat ini akan menganjurkan kasih yang rela berkorban, damai, kebaikan hati, kebaikan, kelemahlembutan, pengendalian diri, keloyalan dan kesetiaan dalam perkawinan, dan respek bagi orang lain. (Galatia 5:22, 23) Sebaliknya, agama palsu akan cenderung mengikuti tren yang populer—’yang menggelitik telinga orang’, sebagaimana dikatakan Alkitab—dengan menyetujui beberapa di antara hal-hal buruk yang Yesus kutuk.—2 Timotius 4:3.
Mungkinkah ateisme juga turut menyebabkan ketidakjelasan atau kebingungan dalam hal moral? ’Tidak ada Allah’ berarti tidak ada pertanggungjawaban yang harus diberikan kepada suatu wewenang ilahi, ataupun ”norma-norma objektif yang wajib kita respek”, kata profesor hukum Phillip Johnson. Dengan demikian, moralitas bersifat relatif, setiap orang menentukan standarnya sendiri—itu pun kalau ia mau memiliki standar. Tentulah, pemikiran demikian menjadikan ateisme sebuah falsafah yang menarik bagi sejumlah orang.—Mazmur 14:1.
Namun, faktanya adalah bahwa Allah tidak akan untuk selamanya menoleransi kepalsuan—ateistis atau religius—dan orang-orang yang mendukungnya.* Ia berjanji, ”Orang yang lurus hatilah [secara moral dan rohani] yang akan berdiam di bumi, dan orang yang tidak bercelalah yang akan disisakan di situ. Sedangkan orang fasik, mereka akan dimusnahkan dari bumi; dan mengenai pengkhianat, mereka akan direnggut dari situ.” (Amsal 2:21, 22) Hasilnya adalah sesuatu yang tidak pernah bisa diwujudkan oleh manusia, falsafah, dan lembaga manusia mana pun—kedamaian dan kebahagiaan universal.—Yesaya 11:9.
sumber : http://jw.org/id
Apa cuma aq yg agnostik tapi sering mampir ke blog atheis?
Hidup deisme..!! 😀