Bila Menikah adalah Anjuran Agama, Mengapa Ateis Menikah?

Bertahun-tahun menjadi ateis, ada satu pertanyaan yang tidak pernah bosan ditanyakan oleh para teis, yaitu pernikahan. Modus yang saya tangkap adalah sebetulnya mereka hanya ingin mengatakan kalau menikah itu adalah anjuran agama. Dan karena pernikahan adalah hal agamis, bila ateis menikah maka ateis tersebut sebetulnya juga menjalankan sebuah ajaran agama. Tapi apakah benar demikian?

Begitu banyak teis fanatik yang terobsesi dengan pertanyaan tentang pernikahan. Dan dari banyak diskusi, saya menyimpulkan bahwa para fanatik ini berpikir bahwa pernikahan adalah satu hal yang membuat manusia lebih mulia daripada makhluk lain. Sekilas mungkin ini benar, tapi bila kita lihat lebih jauh, kita sama-sama tahu bahwa pernikahan itu tidak terbatas pada ritualnya.

Banyak manusia yang mementingkan ritual pernikahan akhirnya malah menjalani skenario-skenario berikut: pernikahan tidak sehat, nikah tidak terencana matang, kekerasan dalam rumah tangga, menikah untuk motif seksual, nikah-cerai dengan gampangnya, sistem talak, nikah cuma untuk membuat banyak anak, poligini, bahkan pernikahan anak. Menurut saya, ini adalah hal-hal yang sangat rapuh, tidak sesuai dengan moralitas universal saat ini, dan tidak bisa ditambal dengan ritual semulia apapun.

Lalu mengapa ateis menikah?

Ateis menikah karena banyak hal. Mengingat bahwa Tuhan tidak ada, maka alasan dan tujuan pernikahan pun kembali kepada pasangan yang melakukannya. Ada yang menikah untuk legalitas hukum, ada yang menikah sebagai jaminan hari tua, ada yang menikah karena tradisi, ada yang menikah karena cinta, ada yang menikah untuk status anak, ada yang menikah karena ingin membina sebuah keluarga, dan mungkin ada yang menikah karena alasan lain yang tidak saya ketahui. Apa pun itu, ateis tidak menikah karena berpikir bahwa pernikahan itu dianjurkan oleh sebuah mitos yang kami tidak percayai. Dan karena pernikahan ala agama tidak semuanya sesuai dengan nilai moral saat ini, maka tidak seharusnya agama mewadahi sebuah pernikahan. Negaralah yang seharusnya mewadahi sebuah lembaga pernikahan karena dialah yang memberi jaminan hukum kepada warganya yang menikah, bukan agama.

Bagaimana dengan ateis yang memiliki pasangan namun tidak mau menikah?

Gervais & FallonSebagai seorang ateis, saya tidak percaya bahwa kebahagiaan dan tujuan hidup ditentukan oleh sosok imajiner, orang tua di masa lalu, ataupun kode dalam sebuah buku yang berusia ribuan tahun. Pernikahan bukanlah sebuah tujuan hidup yang mutlak, manusia bahkan bebas untuk melakukan pernikahan maupun tidak. Dan dalam pemenuhan kebahagiaan, manusia bebas untuk mencintai dan dicintai oleh siapapun, selama tidak merugikan orang lain. Inilah kenapa ateis tidak menentang gay marriage, tapi menentang pernikahan di bawah umur. Inilah kenapa ateis tidak menentang hubungan seksual di luar nikah, tapi menentang poligini dan kekerasan rumah tangga.

Seorang aktor-komedian asal Inggris yang juga seorang ateis aktif, Ricky Gervais, memilih untuk tidak menikah. Saat ditanya, Rick menjawab,

Buat apa melakukan sebuah ritual di mata tuhan kalau tuhannya saja tidak ada? Kami juga memutuskan untuk tidak punya anak, karena dunia ini udah terlalu banyak isinya.

Dan ya, “hubungan” Ricky Gervais dan pacarnya Jane Fallon ini sudah berjalan lebih dari 30 tahun, lebih langgeng dari kebanyakan pernikahan lainnya. Luar biasa bukan?

Ada banyak alasan dan tujuan yang membuat seseorang memutuskan untuk menikah ataupun tidak menikah. Saya tidak mengatakan bahwa ateis dijamin punya relationship yang lebih baik daripada teis, namun tidak adanya kewajiban dan suruhan dalam pernikahan membuat seorang ateis lebih leluasa untuk menimbang alasan yang dia miliki dengan lebih matang. Dan sebagai ateis yang hopelessly romantic, menikah atau pun tidak, saya merasa bahwa cinta adalah satu alasan yang lebih indah daripada ritual apa pun.

50 komentar di “Bila Menikah adalah Anjuran Agama, Mengapa Ateis Menikah?

  1. As an agnostic gw meng-anggap bahwa menikah itu bukan anjuran agama. Tidak pernah terbesit alasan “daripada jadi dosa, zinah, dll” seperti org2 beragama sering bilang. Tapi bagi gw menikah itu adalah komitmen, ketika kita mempunyai tujuan yg sama dengan pasangan dalam hidup ini. Partner dimana kita berbagi pahit manisnya kehidupan.

    Pada akhirnya akan kembali lagi kepada individu, “tujuan lu hidup apa sih? hal2 yg bikin lu bahagia apa sih?”, gw percaya bbrp org akan menjawab “pernikahan (baca: hidup berkomitmen dengan pasangan)” itu membuat mereka bahagia..

  2. Bagi saya, menikah, terlepas dari agama, adalah salah satu cara untuk menjaga martabat sebagai manusia, baik laki-laki maupun perempuan, ketika jalinan antar manusia itu diikat oleh jalinan pernikahan, maka menjaga martabat pasangannya dan diri sendiri adalah hal yang wajib menurut moral dan kepatutan sebagai manusia, bila tidak maka dia tak ubahnya seperti sampah sosial yang merusak suatu generasi dan hendaknya dituntut secara hukum bila menodai pernikahan tersebut, dengan menjaga martabat pasangan dan dirinya, maka keluarga tersebut bisa terhindar dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit kelamin, sementara hasrat seksualnya masih bisa tersampaikan dan lain-lain.

    Selain itu pernikahan juga untuk kejelasan asal-usul, meskipun terkesan sepele, asal-usul merupakan bagian sejarah diri sendiri, sehingga dengan mengetahui asal-usul kita, minimal mampu bercermin dan bertindak berdasarkan pelajaran dari sejarah orang tua-orang tua kita.

    Jadi menurut saya generasi yang sehat adalah generasi yang dilahirkan dari pernikahan yang bermartabat dan di dalamnya penuh cinta dan kasih sayang.

    Kesimpulannya, menikahlah dan cintai keluarga anda…

  3. penganut ateis jg manusia, sifat manusia itu yg menjadikan perkawinan, bukan agama yg membuat mereka kawin (ngentot). agama hanya mengatur proses pernikahan supaya tertip dalam kehidupan bersama.
    apa anda jg akan menanyakan kenapa Hewan juga kawin padahal mereka tidak beragama..?????

  4. ateis tidak menetang pernikahan sejenis berarti ateis mendukung genosida,pernikahan sesama jenis mengancam keberlangsungan hidup manusia.
    “hubungan” Ricky Gervais dan pacarnya Jane Fallon ini sudah berjalan lebih dari 30 tahun, lebih langgeng dari kebanyakan pernikahan lainnya. Luar biasa bukan?
    betul luar biasa kacaunya jalan pikiran anda,saya tanyak balik sama anda, apakah anda mau dilahirkan oleh orang tua yg hubungannya tidak sah?coba jawab oleh hati nurani anda dan bukan oleh pikiran ada.
    banyak jug orang yg menikah secara resmi langgeng dan harmonis sampai maut memisahkannya contohnya saja ainun habibie, gak usah repot2 cari contoh pasangan orang luar yg kumpul kebo.

    • Tidak ada hubungannya antara pernikahan sesama jenis dengan genosida. Anda tahu kan apa arti genosida? Bila pernikahan sesama jenis dilarang, harusnya pernikahan orang mandulpun dilarang.

      Kedua, gay itu persentasenya sangat kecil di bumi ini. Dan saya rasa hubungan sejenis ataupun hubungan apapun yang meminimalisir jumlah anak JAUH LEBIH BAIK daripada pernikahan yang menghasilkan anak banyak. Coba luangkan waktu sejenak untuk mencopot kacamata kuda anda dan lihat kenyataan, bumi ini sudah overpopulated.

      [[ betul luar biasa kacaunya jalan pikiran anda,saya tanyak balik sama anda, apakah anda mau dilahirkan oleh orang tua yg hubungannya tidak sah? ]]

      Tidak masalah. Yang bermasalah adalah pihak yang MELABELI hal itu. Dalam hal ini terus terang saya menyorot agama yang terang-terangan membuat cap ANAK HARAM kepada sang anak. Di negara maju, banyak anak yang lahir dari orang tua yang belum atau tidak sah. Misalnya Brooklyn, anak dari David dan Victoria Beckham 🙂

      • [[Dan saya rasa hubungan sejenis ataupun hubungan apapun yang meminimalisir jumlah anak JAUH LEBIH BAIK daripada pernikahan yang menghasilkan anak banyak]]

        Wah, pemahaman anda salah. Punya banyak anak belum tentu lebih buruk dan punya sedikit anak atau tidak punya sama sekali belum tentu juga jauh lebih baik. Benar bahwa bumi ini sudah overpopulated tapi sebenarnya hal itu bukan masalah jika manusia mau saling berbagi satu dengan yang lainnya. Bayangkan banyak penduduk di negara maju yang mengalami obesitas sementara penduduk di negara tertinggal ada yang mati kelaparan. Jadi kalau anda berpikir bahwa memiliki sedikit anak itu adalah salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan ya saya pikir itu kurang tepat. Itu sama saja anda berpendapat bahwa untuk mengatasi global warming maka kurangi jumlah pabrik dan jumlah gedung di bumi. Ya tidak begitu juga, solusi yang tepat adalah mari ciptakan teknologi yang ramah lingkungan ganti bbm dengan yang lebih ramah lingkungan,dsb.
        Tapi toh jika anda tetap memutuskan untuk memiliki sedikit atau tidak memiliki anak sama sekali, hal tsb sah-sah saja di mata agama (setidaknya dalam islam). Hanya saja hal tersebut tidak bisa anda jadikan alasan untuk menolak melakukan ritual pernikahan. Ada banyak kok hal baik dalam ritual pernikahan. Agama mengharuskan seseorang untuk melakukan ritual itu sebenarnya untuk menghormati dan menjaga kaum wanita. Lihatlah negara2 yang menganut paham ‘freesex’, Berapa pasangan seks mereka seumur hidup? rata2 8 org beberapa bahkan sampai 25 org. Lalu apa tanggung jawab dia terhadap pasangan seks mereka? TIDAK ADA. Jika melihat fakta ini, agama yang membolehkan seseorang memiliki 4 org istri itu terdengar lebih menghormati kaum wanita karena si suaminya diwajibkan untuk bertanggungjawab dan berlaku adil terhadap seluruh istrinya. Nah sekarang saya tanya seandainya anda punya putri, manakah yang lebih anda senangi:
        1. putri anda digauli 8 org lelaki lalu ditinggal begitu saja, atau
        2. putri anda jadi istri keempat orang yang bertanggungjawab

        [[Dalam hal ini terus terang saya menyorot agama yang terang-terangan membuat cap ANAK HARAM kepada sang anak]]

        Nah, disini pemahaman anda salah lagi. Memang benar ada agama (salah satunya islam) yang menyebut anak yang lahir di luar pernikahan yang sah sebagai anak zina (bukan anak haram loh). Tapi itu hanya sebutan saja, hak dan kewajiban dia di mata agama masih sama seperti anak2 yg lain. Agama tidak mengatakan bahwa anak zina itu adalah warga kelas dua atau buruk. Manusialah yang berpikiran seperti itu. Dan mungkin sama seperti anda, sayapun menyorot orang2 yang memandang hina anak zina. Tapi saya tidak menyorot agama yang membahas tentang anak zina. Sama halnya seperti saya menyorot orang2 yg melakukan aborsi tapi saya tidak menyorot ilmu yang membahas tentang aborsi.

      • @ffr

        ” Lihatlah negara2 yang menganut paham ‘freesex’, Berapa pasangan seks mereka seumur hidup? rata2 8 org beberapa bahkan sampai 25 org. Lalu apa tanggung jawab dia terhadap pasangan seks mereka? TIDAK ADA. Jika melihat fakta ini, agama yang membolehkan seseorang memiliki 4 org istri itu terdengar lebih menghormati kaum wanita karena si suaminya diwajibkan untuk bertanggungjawab dan berlaku adil terhadap seluruh istrinya.”

        perlu anda ingat juga bahwa pasangan di negara maju adalah mayoritas individual yang independen, yang memiliki pekerjaan dan bisa menyokong diri sendiri (melihat dari rentang umur 20 keatas). sehingga permasalahan apabila mereka ditinggal tanpa “pertanggung jawaban” dari segi finansial bukanlah sebuah masalah, selain itu juga terdapat instansi-instansi sosial yang dapat mendukung apabila mereka memiliki anak diluar nikah yang dimana presentasenya terhitung relatif kecil.

        di lain pihak, saya memandang poligami sebagai sesuatu yang secara moral salah. seorang suami dengan 4 istri seadil apapun pada akhirnya tidak dapat memberikan hal yang seimbang dengan memiliki 1 istri. dan saya yakin tidak ada perempuan yang mau hal tersebut terjadi kepada mereka (diluar dari keadaan terpaksa), kecuali mereka telah terdoktrin dari kecil bahwa mereka secara dibawah alam sadarnya inferior daripada kaum laki-laki (dan didalam kasus ini terdapat doktrin seperti ini di agama islam).

        salam

      • @Dbeliever
        “perlu anda ingat juga bahwa pasangan di negara maju adalah mayoritas individual yang independen, yang memiliki pekerjaan dan bisa menyokong diri sendiri (melihat dari rentang umur 20 keatas). sehingga permasalahan apabila mereka ditinggal tanpa “pertanggung jawaban” dari segi finansial bukanlah sebuah masalah, selain itu juga terdapat instansi-instansi sosial yang dapat mendukung apabila mereka memiliki anak diluar nikah yang dimana presentasenya terhitung relatif kecil”

        Kalo begitu bagaimana dengan wanita yang minoritas dan wanita yang tidak berada di negara maju? Haramkah bagi mereka freesex itu? Karena hanya akan membuat nasib mereka semakin tidak pasti.
        Kenapa anda lebih memilih sistem sosial yang memungkinkan sebagian wanita untuk terlantar? Sementara ada sistem sosial yang bisa memastikan setiap wanita dapat nasib yang lebih baik. Bukankah dengan melarang zina, seorang lelaki “dipaksa” untuk menikahi dan bertanggungjawab atas pasangan seksnya? Dan dengan begitu laki-laki tidak bisa “secara gratis” menyalurkan hasrat seksualnya. Katakanlah rasio laki-laki: wanita dewasa dalam suatu komunitas adalah 100:100, inikan berarti jika tiap laki-laki yang ada di komunitas tersebut ingin menyalurkan hasrat seksnya ia minimal harus bertanggungjawab atas minimal 1 orang wanita. Dan jika semua laki-laki dalam komunitas itu ingin menyalurkan hasrat seksual maka ke-100 wanita yang ada di komunitas itu masing-masing akan dapat suami. Nah kurang pasti gimana lagi? Coba bayangkan jika anda menerapkan “freesex” dalam komunitas itu. Sebagian lelaki mungkin akan “lepas tangan” setelah tidur dengan salah satu wanita. Dan jika wanita ini kebetulan keadaannya “kurang beruntung” ya…nasibnya akan tetap begitu selamanya. Lalu kenapa anda lebih memilih sistem sosial “gaya bebas” yang kacau ini dibandingkan dengan sistem sosial yang ditawarkan agama?

        “di lain pihak, saya memandang poligami sebagai sesuatu yang secara moral salah”
        Tidak ada paksaan dalam islam kepada wanita untuk mau dipoligami. Jika seorang wanita tidak mau dipoligami, maka seorang wanita bisa saja meminta perjanjian kepada pria untuk tidak berpoligami selama beristri dengannya sebagai mahar dan perjanjian ini pun diakui dalam islam. Tapi walaupun demikian, saya akan berusaha menjelaskan mengapa poligami memang sebaiknya boleh (boleh loh, bukan harus). Fakta yang ada mengatakan lelaki memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibanding wanita. Perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh 2 hal:
        1- kondisi biologis laki-laki, wanita memiliki sistem kekebalan yang lebih baik dari pria, ini juga dikarenakan hormon estrogen yang mereka miliki
        2- jenis pekerjaan yang digeluti laki-laki, pekerjaan yang menuntut fisik kuat dan beresiko kematian tinggi mayoritas digeluti oleh pria
        Nah 2 hal diatas akan menyebabkan peluang wanita menjadi janda akan lebih besar daripada peluang pria menjadi duda dan perbedaan tersebut akan menjadi lebih besar jika suatu komunitas menghadapi masa-masa peperangan terutama kalo perangnya berlangsung lama. Jika anda bertahan dengan paham “one wife policy”. Maka secara tidak langsung anda memperkecil kesempatan para janda ini untuk bersuami kembali. Nah kembali lagi, anda secara tidak langsung membuat sebagian wanita “terlantar”.

      • @Dbeliever
        “kecuali mereka telah terdoktrin dari kecil bahwa mereka secara dibawah alam sadarnya inferior daripada kaum laki-laki (dan didalam kasus ini terdapat doktrin seperti ini di agama islam).”

        Pada dasarnya dalam islam wanita sama derajatnya dengan pria dan ini didasarkan pada hadis dari ‘Aisyah R.A: Rosulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki” (H.R. Ibnu Majah, Imam Ahmad, Abu Dawud). Akan tetapi, jika anda membaca QS 2:228 yang artinya :”Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya” sekilas akan terkesan bahwa islam memandang pria lebih mulia dari wanita. Tapi, sebenarnya tidak demikian. Jika anda merenungkan ayat itu sejenak, alquran tidak mengatakan pria lebih mulia dari wanita SECARA UMUM. Tapi hanya khusus pada suami atas istrinya sendiri. Jadi islam tidak memuliakan seseorang semata-mata karena jenis kelamin yang ia miliki tapi lebih kepada peran, perbuatan, dan tanggungjawab yang ia emban. Hal ini juga terlihat pada hadis yang juga diriwayatkan oleh Aisyah R. A: “ aku pernah bertanya kepada Baginda, “siapakah orang yang paling berhak atas seorang wanita?” baginda menjawab: “orang yang paling berhak kepada wanita ialah suaminya.” kemudian aku bertanya lagi, “dan siapakah orang yang paling berhak atas seorang pria?” baginda menjawab: “orang yang paling berhak atas seorang pria ialah ibu kandungnya.” (Hadis riwayat Bazar dan al-Hakim)
        Nah, dari hadis tsb terlihat jelas bahwa derajat wanita bisa diatas atau dibawah pria (secara khusus) tergantung dari peran yang ia jalani waktu itu bukan karena jenis kelaminnya. Dan ini adil dan memang harus demikian. Bukankah tidak sopan namanya jika anda menuntut derajat anda sama mulianya dengan ibu anda?

  5. Kata teists, agama itu pilar moralitas karena ada tuntunan dari kitab dari masing-masing agama sebagai jangkar. Bagaimana pandangan ateis soal moralitas ini yang akan mengambang dan terus berubah menurut para teis? tks

  6. @agus:
    anda kurang memahami isi tulisan di atas. kan ditulis: ada yang menikah untuk status anak, […] Apa pun itu, ateis tidak menikah karena berpikir bahwa pernikahan itu dianjurkan oleh sebuah mitos yang kami tidak percayai.

    Masalah lahir dari orang tua yang hubungannya sah atau tidak sah, itu kan tergantung dari “di mana kita lahir dan tinggal”. Anda mungkin lupa kehidupan manusia di pedalaman hutan di afrika, atau lainnya. Mana ada buku nikah, catatan nikah, departemen agama, bahkan penghulu.
    Ini bung, contoh ‘fitrah’ manusia yang sesungguhnya. Kondisi peradaban manusia sekarang adalah perkembangan sosial, budaya, imajinasi, dan ilusi manusia. Semuanya ya berawal dari manusia. Makanya, teis biasa bilang, gak perlu jauh-jauh cari tuhan. Tuhan ada dalam hati kita sendiri. Iyalah, orang manusia sendiri kok yang menciptakan tuhan. Jadinya balik lagi ke diri dia sendiri.

    • Saya paham jika anda bingung. Tapi cinta itu tidak ada. Tidak ada benda dan partikel yang bernama cinta. Cinta adalah kata kerja dasar yang sering dipersonifikasikan. Sama seperti marah, sedih, semua adalah ekspresi atas suatu kondisi. Dan jike ditelusuri, berkaitan erat dengan kondisi kimiawi di otak.

  7. @lightning farron Tuhan ada dalam hati kita sendiri. Iyalah, orang manusia sendiri kok yang menciptakan tuhan. Jadinya balik lagi ke diri dia sendiri.
    saya tidak setuju dengan pernyataan anda. kenapa ? coba anda lihat ilustrasi ini anda menciptakan sebuah robot dan mungkinkah robot itu yang menciptakan anda…. sedang anda sang pencipta robot. anda pasti lahir dari rahim seorang ibu dan terlebih dahulu ada dibandingkan robot anda.

    • @anak jambi

      saya cuman ingin mengatakan bahwa ilustrasi anda disini sama sekali tidak logis menurut saya.

      – ” anda lihat ilustrasi ini. anda menciptakan sebuah robot dan mungkinkah robot itu yang menciptakan anda…. sedangkan anda sang pencipta robot. ”

      kesalahan dari argumen anda adalah mengilustrasikan antara dua hal yang bersifat nyata, sedangkan dimana hubungan Tuhan dan Manusia adalah bersifat supernatural. kalau dilihat secara logis, menciptakan sesuatu yang bersifat supernatural/imajiner/tidak nyata/tidak dapat dirasakan dengan panca indera itu jauh lebih mudah, hanya sebatas dengan memiliki pikiran kita dapat membayangkan ataupun menganggap hal yang tidak nyata menjadi nyata.

      • lhoh.. apakah bagi robot kita yg mciptakannya tdk dianggap imajiner?
        bagi kita si emang Tuhan tdk dapat drasakan dg panca indera, tp tdk bagi Tuhan kan?
        bagi kita robot adalah benda yg bisa drasakan dg panca indera kita, tp apa robot bisa merasakan kita dg panca indera mreka?
        contohnya kita bikin robot dg sensor garis hitam, ya dia cma bsa liat garis hitam itu aja, selain itu dia nggak bakal ngerespon, mw kita sentuh jg dia gak bakal ngerasa apa2, krn kita tdk merancang dia utk merespon sentuhan, dia jg gak bs liat kita, tp tdk akan mngubah knyataan klo kita yg mciptakan. Apa robot gak bisa dbikin bs ngerasain sentuhan? bisa ngeliat kita? Bisa! jika kita berkehendak, dan ilmu kita mumpuni. Tuhan pun akan mnunjukkan dirinya d depan ciptaanNya, jika Dia berkehendak, jika sudah saatnya, itu janji Tuhan.
        keberadaan Tuhan bukannya tidak masuk akal, akal kita aja yg nggak masuk hehe

  8. Jalan pikiran yg aneh..
    Kenapa pasangan yg telah melakukan hubungan layaknya suami-istri tp tidak mau mengikat diri dlm pernikahan? Ya, mgkn mereka gak mau ribet dgn urusan perceraian saat mereka bosan dgn pasangan atau sex partner-nya. Masalah kesetiaan!
    Kemudian, seandainya kaum ateis yg mempraktekkan premarital sex atau free sex bisa setia dgn satu pasangan. Lalu, kenapa mereka tidak menikah? Aneh!
    Ricky Gervais dan jane fallon hanya satu dr sekian byk pasangan free-sex yg langgeng. Sementara ada jutaan pasangan menikah yg langgeng sampai mati.

    • Tuhan memang sudah menutup mata hati orang yang ingar kepadanya, jadi sampai kapanpun para atheis akan tetap seperti itu.

  9. walopun sudah anda jelaskan saya masih ingin mempertegas bahwa suatu pernikahan gk menjadi jaminan untuk kelanggengan suatu hubungan, balik ke masing2 personalnya. kalo mau di itung lebih byk lg yg menikah tapi kehidupannya lbh harmonis dan lbh langgeng

    kalo menurut saya suatu pernikahan itu lebih kepada “IKATAN”
    kita nunjukin ke org hello ni istri/suami gw, jgn godain ya 😛
    kalo tanpa ikatan apa yg akan terjadi? kita seolah tanpa beban, kita bisa kencan dengan siapa aja dong 🙂
    dan ritual dalam keagamaan tu hanya sebagai budaya, suatu kebudayaan nenek moyang, kalo nikah harus begini begitu dll dll.

    dan buat quote ini :
    Buat apa melakukan sebuah ritual di mata tuhan kalau tuhannya saja tidak ada? Kami juga memutuskan untuk tidak punya anak, karena dunia ini udah terlalu banyak isinya.

    kalo sudah gk percaya Tuhan ya gk bisa dibantah, susah dijelasin hehhee
    tp mslh anak, anak itu bukan mslh menuh2in dunia tp kalo mau logika, anak bisa buat mempererat suatu hubungan (wlpun juga bisa sebaliknya hahhaa), buat kita lbh bahagia, dapat mengurus kita kelak wktu tua. tapi ya idup itu pilihan kan.silahkan saja memilih asal kita bahagia 🙂

    • Di abad 17, ateisme diakui ada tapi merupakan bukti kekurangan atau kecacatan seseorang. Kemunculan pola pikir modern yang mengandalkan rasio dan bukti ilmiah menarik gagasan tentang keberadaan Tuhan ke dalam penelaahannya. Tapi, menggunakan rasio untuk menolak tuhan dianggap sebagai ketidakmampuan berpikir secara maksimal. Pascal dalam Pensee menulis bahwa “ateisme, tanda kekuatan dari pikiran, tapi hanya sampai batas tertentu” dan Lebniz menyatakan “Francis Bacon dengan tepat mengungkapkan bahwa berfilsafat dengan dangkal dan sepintas lalu menjauhkan dari Tuhan, tapi menyelami filsafat lebih dalam akan membawa kembali pada Tuhan. Ini dibenarkan oleh zaman kita”(Neusch, 1983:12)

  10. atheis menikah?? ngapain?? ga usahlah , mau pakai hukum & norma apa dia menikah?? terus upacaranya ky gimana? bukannya disetiap negara itu punya agama untuk menentukan dia sah sudah menikah atau belum?? kan atheis ga percaya agama,, ya ga akan pernah sah lah pernikahannya.. ngapain jg nikah//

    logika nya gitu kan?? kl gitu free sex aja,, sm adikmu, ibu-mu, nenek-mu, tante-mu
    atheis bilang ” ya enggaklah,, itu kan ga bernorma”
    norma itu asalnya darimana boss.. norma itu dari hukum,, hukum siapa yg buat boss?? manusia?? kl di agama lain sih iya.. tp kl hukum Islam Allah(Tuhan) yg buat ,

  11. Kalau menurut saya menikah pada dasarnya adalah ikatan atau komitmen dua orang, bahwa mereka akan setia dan tidak akan mencurangi yang lain, atau berkhianat terhadap pasangannya. Tidak lebih.

  12. // logika nya gitu kan?? kl gitu free sex aja,, sm adikmu, ibu-mu, nenek-mu, tante-mu//
    ^
    Jika tidak beragama membuatmu ingin memperkosa adik, ibu, nenek, dan tantemu, maka tetaplah beragama. 🙂

    • ada hukum selain agama yang melarang perkawinan inbreeding (pernikahan sekandung)..coba di teliti dari sisi kedokteran dan di teliti dari sisi attitudenya.
      Saya yakin kesempitan pikiran anda dari kitab tertulis… tuntunan hidup bukan hanya dari kitab ..nanti anda seperti komputer yg hanya bekerja berdasarkan perintah akhirnya tak punya hati (attitude).

  13. Gini aja lah, klu org2 Atheis senang pake logika.. apa mngkin kita(manusia) ini tiba2 muncul k dunia ini tanpa ada yg menciptakan..? seisi alam semesta ini muncul bgtu saja..? klu sy sih gak msk akal,klu gak ada yg mnciptakan.. ms iya alam yg kt tempati ini bisa teratur sndiri tanpa ada yg menciptakan n mengarahkan.. ibaratnya seperti jaman modern yg kt nikmati saat ini, kan smua alat2 dan lain2 yg memudahkan kita ada yg menciptakannya dan mengarahkannya..? masalah anda gak yakin tuhan itu ada,ya silahkan.. toh mslh anda jg.. cm klu berbicara logika,betul gak kata2 ane.. :p

    Dan klu soal menikah, sifat dasar manusia itu pd dasarnya hnya suka yg senang2 sj.. sm seperti aq dan km jg.. klu tdk di ikat hukum dan norma2 agama,pd kacau smua nanti dunia ini.. krn mrsa tdk berdosa.. cb klu km liat ibumu nge sex slalu gonta-ganti org,apa enak..?klu gw sih pake logika,pst gak enak banget itu.. yg kasihan perempuannya,sdh d enjotin, sdh agak keriput, hamil pula d tinggalin bgtu aja.. jd komitmen antara keduanya perlu d tambah norma yg d ajarkan agama masing2 agar hbngan semakin kuat, terutama lg dlm keadaan susah.. klu tdk bgtu pd pst pd ninggalin krn sdh d hisap senangnya sj.. betul broo.. krn prinsip free sex itu kan hnya senang,bila sdh gak senang tnggalin aja cr yg lain yg lbh enak.. trs bgtu sj hdp..? muter2 nyari yg enalk trs..

    dan jg klu seluruh dunia sdh melegalkan perkawinan sejenis, kacau dunia.. krn angka kelahiran akan turun drastis ato gak ada lg malah.. krn manusia nyemprotin spermanya ke pedang jg.. hehehe.. masa mw pake tabung ntar keturunan kita..

    • tentu saja, tercipta dari proses big bang :p yang sering diperdebatkan apakah yang menciptakan itu adalah seorang karakter yang disebut sebagai “tuhan”.

      presentase homoseksual adalah kurang dari 10% seluruh populasi manusia. anda terlalu lebay dalam menganggap hal tersebut 😛

      • “dan jg klu seluruh dunia sdh melegalkan perkawinan sejenis, kacau dunia.. krn angka kelahiran akan turun drastis ato gak ada lg malah.. krn manusia nyemprotin spermanya ke pedang jg.. hehehe.. masa mw pake tabung ntar keturunan kita..”

        ya gak lah… kan ada kaum2 teis(terutama islam) yang ‘mengimbangi’ penambahan penduduk di dunia ini.. byk teis yang gak mau ikut KB / pake kontrasepsi / limit anak mereka kok.. byk teis juga yang menjadikan pernikahan sebagai ‘ibadah’ (alesan doank pengen ngewe hehehehe)
        alhasil dari 1 pernikahan bisa hasilkan 3-5 anak(atau lebih), sementara itu liat aja byk orang menjadikan ‘kebahagiaan'(pernikahan) sebagai tujuan hidup.. mis. sering liat temen2 kita pake status ‘menunggu saat terindah’ (mksdnya nunggu merid/dilamar/ketemu jodoh)padahal kehidupan ini gak stop pada saat lu uda merid doank.. *mungkin kebanyakan nonton sinetron / drama korea kali, endingnya kan pas uda merid.

        masih banyak kok yang mau nikah secara heteroseksual.. gak usa takut lah angka kelahiran / manusia turun drastis atau gak nambah2 manusia di muka bumi ini…

        P.S: setelah baca2 semua komentar para teis di post ini, suka OOT kemana2… gak nyambung, cocology doank mengkaitkan hal A ke hal B

    • @wani iwan : anda salah, fakta kedokteran sekarang bukan lah kebenaran yg langgeng.. itu bisa berubah…, bnyk perubahan dalam penemuan2 terbaru yg mengubah teori lama, nah… jikalau besok2 ternyata ada ilmuwan yg bereksperimen beribu ribu kali melakukan pembuahan buatan dari sel sperma dan se telur dari org2 sedarah anak ibu ayah saodara sekandung ,dan ternyata Hasilnya “POSITIF TDK TERJADI EFEK SAMPING APA2”, dan mereka menyimpulkan “BAHAYA INcEST ITU CUMA KARANGAN MITOS AGAMA SAJA” mari kita akui riset ini sbg KEBENARAN …,Nah JIJIK bukan?, anda boleh googling org2 yg insest di dunia yg keturunannya “FINE2” aja, bahkan di Australia negara paling sekulerpun akhirnya memisahkan anak perempuan dan ayahnya sendiri secara Hukum dan ternyata buah keturunan mereka FINE2 aja ,dakda satu cacat apapun.#Apa yg diyakini oleh Ateispun berubah lagi ttg hal ini#ateisPun merasa Jijik

  14. ateis tidak percaya adanya tuhan, tapi dapat merasakan adanya cinta di hati. nah, cinta itu datang dari mana? oke, menurut sains memang ada reaksi kimia tertentu yang terjadi di otak dan blah blah blah… tapi darimanakah rasa bahagia itu muncul, saat melihat orang yang kita cintai, bagaimana reaksi di otak itu bisa terjadi..

    • perasaan sedih , marah, dan bahagia adalah perasaan yang terbentuk karena pengaruh faktor psikologi, keadaan sekitar, orang disekitar, dll. tidak bisa dikatakan bahwa perasaan-perasaan tersebut adalah tuhan atau agama yang menciptakan, kalau itu yang anda (semoga tetap iman) maksud tentu akan menjadi salah besar. perasaan bahagia sangat beragam. bahagia tidak harus karena sesuatu hal yang positif, seorang psikopat pasti bahagia melihat korbannya menderita, apa itu berarti tuhan menciptakan perasaan bahagia untuk menyiksa? seorang mesokis akan sangat bahagia ketika disikasa, apa itu berarti tuhan menciptakan perasaan bahagia untuk disakiti? kalau iya saya tentu tidak memilih untuk menganut tuhan yang seperti itu. perasaan anda, bahagia anda, sedih anda adalah anda sendiri yang tentukan. dan kalau kita bicara tentang hati sebenarnya hati adalah bentukan dari majas personifikasi untuk sesuatu yang bersifat romansa dan imajinatif, fungsi hati sebenarnya adalah untuk memfilter racun yang masuk kedalam tubuh. tidak pernah ada aktivitas berpikir menggunakan hati atau aktifitas hati merasa bahagia.

  15. Kalau memang benar agama memiliki andil dalam pernikahan dan anda mempercayai tuhan dan kitab-kitabnya, bisa dijelaskan bagaimana adam dan hawa akhirnya memutuskan untuk menikah dan memiliki anak? mengingat pada masa penciptaan pasti belum ada sesuatu yang disebut sebagai agama. Bisakah dijelaskan dengan kitab anda ketika adam dan hawa menikahkan anak mereka? Apa bisa saudara sekandung satu bapak dan satu ibu dinikahkan? Tentu pada masa sekarang sangat tidak relevan karena itu tergolong incest dan berbahaya karena terjadi tabrakan gen yang mengakibatkan cacat pada sang anak dari hasil incest.
    Menurut saya agama tidak berhak mengambil peran dan andil dalam hal pernikahan. Agama yang mengkotak-kotakkan tuhan dengan aturannya malah menjadikan sempit untuk menjalin hubungan. Bagi anda yang menganut agama mayoritas tentu senang karena probabilitas anda untuk memiliki pasangan pasti lebih besar dibandingkan mereka yang menganut agama minoritas. Belum lagi kalau agama anda memberlakukan poligami. Bagaimana dengan agama minoritas yang perbandingan laki-laki dan perempuannya berat sebelah, tentu mereka memiliki probabilitas yang lebih kecil untuk menjalin hubungan dengan pasangan yang seiman. Padahal setiap agama mengharuskan umatnya menjalin hubungan dengan mereka yang seiman, hal ini sudah sangat tidak relevan dimasa kini maupun tahun-tahun berikutnya. Justru dengan adanya agama tersebut menjadikan hubungan antar umat beragama menjadi sempit hal ini walaupun masih relative kecil tetap menjadi penyebab dari munculnya gay marriage yakni kekurangan korelasi terhadap jumlah perbandingan laki-laki dan perempuan. Apakah saya harus beragama terlebih dahulu baru bisa mencintai? Saya rasa tanpa agama pun kita masih bisa tetap mencintai. Buat apa beragama tapi untuk mencintai harus pilih-pilih yang seiman, itu bukan cinta tapi doktrin agama.

    • kita sebagai manusia juga memiliki penjara kebutuhan. Penjara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai. Setelah semua kebutuhan itu terpenuhi maka penjara kebutuhan akan terbuka dan kita akan merasakan bahagia untuk melakukan apapun yang kita inginkan. Menurut Maslow, tentu saja manusia belum akan bahagia apabila masih kelaparan, keselamatannya terancam, dibenci oleh banyak orang, dan diabaikan oleh manusia lain. Sehingga untuk mencapai kebahagiaan maka kita perlu menjadikan perut kenyang, tinggal di lokasi yang aman, mencari teman yang mencintai anda, dan juga mereka mau menghargai anda. see? bahagia tidak serumit itu kok. tidak perlu ada reaksi kimia dihati otak dan blablabla asal kebutuhan kita terpenuhi keinginan terwujud kita bisa bahagia.

    • Kisah adam dan hawa tdk ada dlm literatur atheis. Kisahnya hanya ada dlm text book agama.
      Klw anda atheis tdk bragama/tdk brtuhan lalu knpa anda prcya dgn kisah bullshit adam & hawa.

  16. tambahan min, untuk di Indonesia, setidaknya menikah diperlukan untuk catatan sipil. hal itu setidaknya dapat memberikan perlindungan hukum untuk kaum perempuan bila sewaktu-waktu pihak laki-laki tidak menafkahinya atau melakukan KDRT, dan bila cerai nantinya, ada kompensasi hukum yang sepadan bila menikah (menikah di sini dalam arti sah menurut hukum negara, bukan nikah sirri).

  17. Kepada siapa atheis mengadu saat tak ada satu pun manusia yang bisa menentramkan hatinya?? o.O ..Lalu..Bukankah pernikahan dalam keluarga itu sudah ada dalam al-quran JAUH sebelum kedokteran mengetahui itu??

    Peace..

  18. oalah…kakek saya nikah berdasarkan agama udah lebih 50 tahun mas. anaknya banyak cucunya banyak pada akur semua. taukan arti statemen saya?. ketika anda menyebutkan ada satu pasangan artis ateis memiliki hubungan tanpa status ( gak nikah resmi ) dimana bisa ada kemungkinan masing2 pasangan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis lainya bisa bertahan selama 30 tahun. maka, kakek dan nenek saya bisa bertahan 50 tahun lebih dalam ikatan / norma / batasan aturan Agama.

    jadi…kembali ke masing2 pribadi nya saja mas. bukan ajaran agama nya yang salah, bukan tuhan nya yang salah.

    buat saya…mereka yang beragama memiliki tuhan dan kitab nya masing2. dan atheis juga sama saja. tuhanya atheis ya otak dan kemauanya sendiri sementara kitab2 atheis ya prinsip2 yang dianut nya sendiri…prinsip iptek, prinsip ini dan itu. dimana semua prinsip2 itu ngambil nya sebagian dari para pemikiran filsuf seperti plato dll…

  19. Pernikahan itu istilah bagi para teis, klo atheis ditanya menikah apa tidak? Ya jawab tidak.
    Cari istilah lain, kincol, kimpoi, mreketek,jelebau, apapun istilahnya asalkan artinya mengikat sepasang manusia..

    Haha

    • Pernikahan itu perjanjian (biasanya legal) sepasang Manusia.

      Perjanjian ini biasanya didasari ritual Adat.
      Sebelum akhirnya diplagiat sama agama.

      Yep, pernikahan sudah ada sejak jaman sebelum adanya agama.

      So, Menikah adalah bentuk ritual adat sosial.
      Bukan bentuk ritual agama.

  20. Ini tempatnya kita berdiskusi tentang suatu topik, anggaplah kita sahabat sedang bertemu dirumah kopi sedang ngbrol asyik. Teis dianggap lebih terhormat kerena merasa ada berkat Tuhannya didalam dirinya, Seharusnya demikian lebih sopan dalam tutur kata saling menghargai dan rendah hati serta tak menang sendiri. Bukankah kalian para teis adalah perpanjangan tangan Tuhan kalian untuk mewartakan suka cita dan kedamaian dimuka bumi ini. Untuk itu janganlah sampai ateis akan meremehkannya dengan menganggap bahwa orang beragama tidak etis dan tidak bermartabat berhadapan dengan orang lain yang tidak sepaham.
    Yang jelas kita akan berdiskusi tentang apa saja dalam forum ini dan bila tidak ketemu simpulnya maka kita juga jangan tersinggung dan harus sepakat untuk tidak sepakat. OK

  21. Para atheis itu orang2 muda, biasanya cerdas. Cobalah untuk tetap menjadi atheis & tidak menikah sampa tua. Anda akan menyesal sedalam-dalamnya. Sekarang anda kaum atheis bisa menyangkal saya dengan 1000 jawaban logika. Tapi satu hal yg pasti, anda akan menjadi tua & mati. Siapa yg menemani masa tua anda? Siapa yg mendoakan kubur anda? Ohh maap, anda gak punya kubur, jazad anda dibikin abu atau biasanya dibuang ke laut.

  22. Mungkin anda seorang ateis yg baik hati. Tpi d luar sana banyak orang jahat yg terkadang mmrlukan pndekatan agma untuk mmbwnya kdlm jalan damai dan cinta kasih

  23. Pernikahan adalah upacara/peresmian yang mengikat antara laki-laki dan perempuan dengan restu orang tua kedua belah pihak. Tapi bapak (wali) dari pihak perempuanlah yang lebih menentukan sah atau tidaknya pernikahn tsb. Pihak/perwakilan agama hanya mencatat dan menyaksikan bahwa telah terjadi pernikahan. Jadi bapak dr pihak wanitalah yg lebih menentukan sah tidaknya pernikahan…bukan agama. Agama malahan melindungi perempuan. Bayangkan jika anak anda perempuan….. hamil….terus yg mana bapaknya? siapa yg akan bertanggung jawab kelangsungan hidup anak ini? Dan perlu dicatat untuk atheis bahwa AGAMA adalah bukan kepercayaan (IMAN) tapi AGAMA adalah jalan menuju PERCAYA (IMAN) adanya TUHAN. IMAN gak bisa digambarkan…..sama seperti cinta, bahagia,sedih dll. IMAN akan meleburkan peng”AKUAN2 dan pengINGKARAN2. Dalam Islam dianjurkan untuk ber ZAKAT dan berSEDEKAH, sudah jelas disitu pasti ada yang “KAYA (banyak harta)” dan ada yang “MISKIN (sedikit harta)”, Ada yang “PANDAI (banyak ILMU)” ada yang “BODOH (sedikit ILMU)”. Sementara ada manusia yang ingin memberantas kemiskinan dan kebodohan. SALAH ??? Bukan itu tujuan berAGAMA, tapi bagaimana harus “TAAT” pada perintah yang tidak “NAMPAK”. Beraaaaat perjalanan kami yg berAGAMA. Mata kalian hanya tertuju pada Negara KAYA dan PANDAI, sementara kepada yg Miskin dan Bodoh hanya mengejek dan mencemooh. Ada banyak negara Miskin dengan ke bodohannya. Mereka perlu amal nyata, bukan KeSombongan dan PengIngkaran, bahwa yg semua terjadi adalah atas “KEHENDAKNYA”. Perlu dibuktikan? Diskusi? Tanya Jawab? IMAN..!! Salam….

  24. saya seorang muslim, dan calon suami saya seorang atheis (tidak memiliki kepercayaan/agama). kami berdua akan menikah dalam 2 tahun ini , keluarga pun sudah mengetahui dan sangat ingin saya dan calon suami cepat menikah. dari awal keluarga saya tau kalau dia tidak memiliki agama, dan seperti dikeluarga lainnya , semua pasti menuntut agar calon saya bisa masuk ke agama saya yaitu islam. dari awal saya bertemu dengan calon suami saya ini, kami sudah membicarakan soal agama, saya muslim dan dia tidak percaya dengan tuhan. dia memberikan saya hak saya sebagai muslim, dia tak pernah mengatakan kalau saya harus menjadi atheis seperti dia, dia menjelaskan bahwa dia tidak percaya adanya tuhan, dan dari awal dia telah memberitahukan saya bahwa dia tidak bisa ikut menganut agama saya karna dia tidak percaya adanya tuhan , bagaimana dia bisa mempercayai tuhanku ?. beberapa lama waktunya saya berfikir berfikir dan mencari tahu tentang atheis dan memikirkan bagaimana bisa saya menikah nanti kalau dia tidak bisa menganut agama saya ?. lama waktu berjalan saya pacaran dengannya , seiring waktu berjalan saya akhirnya memutuskan tetap menikahi dia. semua orang punya pilihannya , saya tidak mau memaksakan orang dengan yang dia tidak percayai, banyak yang beda agama dan akhirnya salah satunya menganut agama pasangannya dan hal itu percuma dan sebagian menjadi masalah dalam rumah tangga. seperti yang saya alami (orang tua saya) dan keluarga juuga ada. calon suami saya sangat terbuka meskipun saya tetap menganut agama saya , saya percaya kalau menikah dengan perbedaan itu bukanlah kesalahan .saya percaya kenapa di dunia ini begitu banyak perbedaan ? disinilah kita harus saling menerima dan mengargai , bukannya saling menyalahkan ataupun saling memaksakan. perbedaan ini lah yang harus menjadikan kita saling menerima , menjadi satu . kita menikah untuk bahagia , calon suami saya tidak memiliki agama tetapi dia sangat mencintai saya, mencintai anak saya, dan keluarga saya. dia sangat menghargai perbedaan kami. perbedaan agama bukanlah masalah dalam hidup, yang jadi masalah dalah orang saling tidak mengargai karena perbedaan. jadi kesimpulannya apapun yang terjadi kedepannya , saat keluarga saya menentang , saya akan maju dan bertahan karena calon suami saya dan tuhan saya menguatkan hati saya dn memberikan saya kepercayaan bahwa tidak ada yang salah dalam hal ini . selama dia tidak pernah mempersalahkannya bagaimana bisa saya mempersalahkan itu ? tentu saya akan terbuka juga, lihatlh cinta dn kasih sayang tulus yang dia berikan ? itu cukup buat saya , saya tidak akan mau memaksakan hatinya , karna hati yang tidak ikhlas tidak akan berbuah baik.

  25. anda bnyk blundernya, banyak kontradiksi , menikah krn legalitas hukum? ateis hanya mengakui “hukum negara” sebagai patokannya ttp di sini indo hrs melalui hukum agama jika menikah,nah lo…, trus menikah krn Tradisi? bknnya Agama bagian dari Tradisi menurut sejarahwan, tradisi bs jg diartikan adat istiadat kebiasaan, nah kebiasaan di indo sini ada unsur agama nya. “selama tdk menggangu org lain ?” tp menentang poligini. gmn kalo poligininya tdk menggangu org ?yg para pasangan nikah2nya jg sama2 happy?

  26. Secara etimologi, “nikah” itu bermakna bersetubuh, berhubungan kelamin. Lalu pemaknaan berkembang seiring semakin kuatnya peran adat suku/komunitas menciptakan ritual sebagai pengesahan hubungan antarpasangan di depan komunitas. Semacam pengumumanlah, bahwa si A telah “resmi” menjadi pasangan tetap si B. Status kedua insan perlu diumumkan, agar dicoret dari bursa jodoh dan tidak diganggu secara seksual.

    Selanjutnya proses evolusi budaya suku melahirkan tokoh pemikir yang memunculkan gagasan tentang “tuhan” sebagai pengawas perilaku, pemberi hukuman dan hadiah yang bekerja secara gaib. Lalu sang “tuhan” pun dilibatkan restunya dalam urusan ritual “pengesahan” pasangan senggama tadi. Bahkan kemudian dianggap sebagai penentu perjodohan (hidup, mati, jodoh di tangan Tuhan)

    Begitulah seterusnya seiring makin dominannya peran tetua adat/suku/dukun mengorganisasikan ritual2 penyembahan kepada “tuhan” yang dianggap sebagai suatu kekuatan misterius yang belum mampu dipahami oleh nalar mereka, sampai kemudian berevolusi makin canggih menjadi agama terorganisasi dengan hukum2nya yang kompleks.

    Jadi, apakah sebelum agama2 eksis, nenek moyang umat manusia di bumi ini – yang tentunya masih a-theis – tidak menikah/bersenggama? Menunggu anjuran agama yang belum ada?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s