Apa yang dimaksud Einstein dengan “God didn’t play dice”?

Pertanyaan terkait:
– bukankah Einstein percaya Tuhan?
– apa agama einstein?

Jawaban:

Harus dilihat konteksnya.
1. Einstein adalah seorang Panteis, berarti god yang dimaksud dia mengacu kepada God seorang Panteis yaitu Alam Semesta.
jadi artinya “Alam Semesta tidak bermain dadu”

2. Quantum
bermain dadu disini, merujuk kepada Heisenberg’s “Uncertainty Principle” dimana salah satunya mengatakan bahwa keberadaan sebuah partikel itu tidak bisa ditentukan secara pasti.
yang bisa dikatakan adalah probabilitas keberadaan partikel tersebut.
jadi 2 partikel dalam keadaan yang sama persis, belum tentu menempati posisi yang sama persis.
yang bisa ditentukan adalah seberapa besar kemungkinannya partikel tersebut berada di posisi tertentu. permainan peluang ini yang dimaksud “bermain dadu” oleh Einstein.

Klik untuk mengakses p655-661.pdf

–LadyLusifer–

Apa yang dimaksud istilah ‘god of the gaps’?

Jawaban:

maksudnya tuhan berada di celah-celah ilmu pengetahuan.

4000 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab apa itu petir. maka celah itu diisi dengan tuhan.
setelah sains bisa mengisi celah petir, maka tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut dibuang.

300 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab, mengapa benda jatuh. maka jawabannya tuhan.
setelah sains bisa menjelaskan fenomena Gravitasi, maka tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut dibuang.

200 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab, darimana asal Manusia. maka diisi dengan tuhan.
setelah sains bisa menjelaskan fenomena Evolusi, maka tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut dibuang.

100 tahun lalu, sains tidak bisa menjawab, darimana asal alam semesta. maka diisi dengan genesis.
setelah sains bisa menjelaskan fenomena big_bang, maka tuhan yang tadinya mengisi celah tersebut dibuang.

itulah yang dimaksud dengan “God of the Gaps”
tuhan yang hanya berfungsi menambal lubang di ilmu pengetahuan.
seiring dengan meningkatnya sains dalam menjawab lubang tersebut, maka tuhan yang tadinya menambal lubang tersebut dibuang, dan diingat sebagai mitos.

–LadyLusifer–

SuratRakyat: Mitos dan Pertanyaan Mengenai Ateisme

Sumber: http://www.suratrakyat.com/article/LppUUbEIga7p____mitos-dan-pertanyaan-mengenai-ateisme

Ateisme adalah bentuk ketidakpercayaan terhadap Tuhan dan dewa-dewi.  Dalam kata lain, seorang ateis tidak memercayai adanya bentuk kesadaran yang biasa disebut Tuhan, dalam penciptaan alam semesta.  Di negara-negara maju yang sekuler, keberadaan ateis bukanlah hal yang aneh. Bahkan, populasi ateis berkembang pesat karena adanya kebebasan berpikir, kemajuan teknologi,  dan pengetahuan yang mudah didapat. Lalu bagaimana dengan ateis di Indonesia? Apakah ada manusia yang tidak percaya kepada Tuhan di negara yang memiliki populasi penduduk muslim terbesar di dunia? Apakah menjadi ateis di Indonesia melanggar hukum dan tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila yang menjadi falsafah dasar kenegaraan?

Banyak sekali mitos yang salah mengenai seorang ateis. Cukup banyak masyarakat di Indonesia menanggap bahwa orang yang tidak memercayai keberadaan Tuhan adalah orang yang bebas tak terbatas, tidak mempunyai batasan-batasan moral, sehingga akan merugikan orang lain. Ada pula yang menganggap ateisme sama dengan komunisme atau seorang ateis pastilah komunis. Anggapan awam terhadap ateis ini ternyata banyak yang keliru. Hal ini disebabkan karena adanya stigma buruk mengenai ateisme sehingga penjelasan yang benar mengenai ateisme sulit didapat.

Tidak sedikit juga masyarakat yang bertanya-tanya mengenai ateisme. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai ateisme yang sering ditanyakan oleh masyarakat, yang saya coba jawab berdasarkan penjelasan dari narasumber dan observasi.

Baca lebih lanjut

Dapatkah ateis kembali beragama?

Tentu, pada umumnya para atheis bukanlah fundamentalis yang sangat yakin bahwa tuhan tidak ada. Mereka siap jika suatu sat nanti muncul bukti tak terbantahkan mengenai keberadaan Tuhan atau ketika Tuhan membiarkan dirinya dapat terdeteksi oleh manusia dengan caraNya

Seperti layaknya kita yang sulit mempercayai hal hal yang diluar nalar, pkita selalu meminta bukti yang cukup sebelum kita mempercayai seuatu cerita yang luar biasa. Demikian pula dengan atheis. Atheis menganggap bahwa keberadan Tuhan masih sebatas dongeng rumit yang tidak pernah memiliki bukti yang kuat mengenai keberadannya.