Saya lahir dari keluarga muslim yang taat. Ayah saya berprofesi sebagai guru agama dan aktif di lembaga Muhammadiyah. Ibu saya relawan di Taman Pendidikan Al quran masjid setempat. Sejak kecil saya dibacakan kisah kisah nabi sebelum tidur beserta mukjizat dari para nabi, dan tak lupa mengaji setiap selesai sholat magrib berjamaah, dan ikut taman pendidikan al quran hingga kelas 3 smp, khatam al quran, menjuarai beberapa perlombaan berbasis pengetahuan agama. Sejak Sekolah Dasar hingga SMA saya dimasukkan di sekolah yayasan Muhammadiyah.
Perkenalan pertama saya dengan ateisme tidak secara baik baik. Pertama kali saya mengenal kata atheis adalah ketika menonton film pemberontakan G30S PKI, yang diputar orde baru setiap hari kesaktian pancasila. Yang mendoktrin bahwa komunisme itu keji, tanpa menjelaskan apa itu komunisme. Semua dalam paradigma hitam-putih, benar-salah. Saya dijelaskan bahwa orang orang yang membunuh jendral-jendral secara keji dalam film itu adalah ateis komunis. Orang orang jahat yang tidak bertuhan. (Tentu dewasa ini kemudian saya tau bagaimana kejadian G30S PKI yang sebenarnya, apa itu komunisme, perbedaannya dengan ateisme, dan alasan kenapa PKI kala itu mampu meraih dukungan rakyat Indonesia sehingga mampu menjadi partai terbesar kedua di Indonesia).
Perkenalan buruk kedua adalah di sebuah Thread di forum terbesar di indonesia saat saya beranjak dewasa dan mulai mengenal internet. Di sub forum bernama “fight club”, secara menyakitkan tau bahwa ada banyak fakta fakta dalam agama (agama-agama besar di indonesia) yang diragukan, dan bahkan dibantah dengan sempurna. Penyampaian yang buruk, penuh makian dan kata kata kotor, membuat saya tutup mata dan tutup telinga terdahap semua hal hal yang menggoyah iman tersebut. Saya tidak pernah lagi mengunjungi forum tersebut. Sebagaimanapun apa yang dikatakan para atheis itu mungkin benar, saya tidak sudi mendengarnya. Mereka terlihat seperti orang orang tidak beretika, tidak bermoral, dan persis seperti apa yang dulu saya bayangkan saat kecil, saat menonton film wajib G30S PKI.
Sehubungan dengan penyakit yang diderita ibunda saya, pada akhir 2010 saya melakukan penelitian kepustakaan mengenai pengobatan alternatif. Mulai dari akupuntur, reiki, therapeutic touch, hingga batu ponari. Dari situ saya tau bahwa banyak sekali model pengobatan alternatif ternyata tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dari situ saya mengenal istilah “placebo effect” dimana persepsi orang dalam banyak kasus mampu mempengaruhi kondisi tubuhnya, menjadi natural painkiller meskipun kadang tidak menghilangkan esensi dari penyakitnya. Saya mengetahui betapa efek sugesti bisa menipu banyak orang menuju ribuan kesimpulan salah yang berbeda beda. Saya terpana begitu banyaknya uang yang terlibat dalam hal ini. Baik pelakunya melakukan secara sengaja (penipuan) atau tidak. Hal ini membuat saya semakin bersemangat untuk melakukan uji pustaka pada fenomena fenomena lain yang selama ini saya anggap merupakan fenomena supranatural, mulai dari kesurupan, santet, segitiga bermuda, hipnotis hingga atraksi atraksi sulap serta tenaga dalam. Website seperti skepdic, skeptoid, website sulap, atau forum james randi membuka mata saya betapa banyak sekali hal hal yang selama ini selalu dikaitkan dengan fenomena supranatural dan dianggap mukjizat ternyata memiliki penjelasan yang sangat masuk akal tanpa perlu melibatkan unsur ghoib, roh, jin, didalamnya.
Kecanduan membaca hal hal tersebut benar benar membuka wawasan baru yang membuat saya bertekat untuka memperluas wawasan seperti ini agar kelak tidak mudah dibohongi oleh jenis penipuan serupa yang sangat banyak bertebaran disekeliling kita. Hinggga suatu saat saya kaget mengetahui bahwa banyak tokoh skeptis yang saya kagumi ternyata tidak mempercayai Tuhan. Michael Shermer, James Randi, Pen and teller hingga Derren Brown, nama nama yang selama ini saya kagumi karena mampu menjelaskabanyak misteri secara gamblang dan masuk akal, ternyata secara terbuka mengakui tidak mempercayai Tuhan. Saya pikir ini keterlaluan. Saya pikir mereka terlalu angkuh dengan kepintarannya sehingga terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada. Saya berpikir: bagaimana dengan mukjizat mukjizat yang nyata selama ini? Bagaimana alam semesta ini ada? Bagaimana manusia ada? Dan ribuan pertanyaan baru bermunculan.
Saya mencoba mencari bantahan atas klaim mukjizat mukjizat tersebut. Satu persatu, kepala saya dipenuhi kontradiksi. Apapun yang terjadi, apapun ujung pencarian nanti, saya ingin mencari mana yang paling layak dipercaya. Saya belajar sejarah agama, saya bandingkan berbagai sumber. Satu persatu hal yang selama ini saya anggap sebagai fakta semakin diragukan kebenarannya. Saya memberanikan diri untuk membaca materi materi tentang ateisme. Bahwa ada orang di luar sana yang bisa hidup tanpa Tuhan. Saya belajar bahwa figur figur hebat dan luar biasa dermawan ternyata tidak beragama. Mereka berbuat baik demi lingkungan hidup yang lebih baik, bukan mengejar pahala dan surga. Saya melihat betapa agama menjadi hal yang justru sering disalahgunakan untuk politik, kekuasaan, nafsu, dan perlindungan diri ketika hal-hal tersebut dikritik.
Saya masih sering risih dengan istilah “ateis”. Ada rasa merinding mengucapkannya seolah kata itu adalah najis, jahat, dan amoral. Tapi saya tidak lagi menyembah Tuhan. Saya berbuat baik demi kebaikan. Dan kalau pun Tuhan ternyata ada, maka saya pikir tidak adil dia menghukum saya hanya karena ketidakpercayaan saya dan mengabaikan perbuatan baik yang saya jalani. Apa agama saya sangat tergantung dikeluarga dan di negara mana saya lahir. Kepercayaan terhadap segala sesuatu selayaknya didapat oleh pembuktian dan akal sehat. Bukan sekedar ancaman neraka atau iming iming surga.
Albi (bukan nama sebenarnya) 29 tahun, Jakarta.
Reblogged this on Dunia Bond Chan.
Saya berbuat baik demi kebaikan. Dan kalaupun Tuhan ternyata ada, maka saya pikir tdk adil ia menghukum saya hanya kerena ketidakpercayaan saya dan mengabaikan perbuatan baik yang saya jalani. Kepercayaan segala sesuatu selayaknya oleh pembuktian dan akal sehat.. Bukan sekedar ancaman neraka atau iming iming surga. Kalimat yg baik sekali dari anda.
“Saya berbuat baik demi kebaikan. Dan kalaupun Tuhan ternyata ada, maka saya pikir tdk adil ia menghukum saya hanya kerena ketidakpercayaan saya dan mengabaikan perbuatan baik yang saya jalani. Kepercayaan segala sesuatu selayaknya oleh pembuktian dan akal sehat.. Bukan sekedar ancaman neraka atau iming iming surga”
mohon izin share kutipan diatas ya buat di blog saya 🙂
terimakasih atas tulisannya, pemikiran yg ada dikepala saya selama ini hanya tidak bisa diungkapkan melalui tulisan
mas frans dan mbak trisia salam kenal penuh hangat dari saya,
artikel anda cukup menarik, sudikah kita sedikit berdiskusi tentang pemikiran-pemikiran anda?
sahabat baru -Herry-
Sebenarnya anda percaya ‘Tuhan’ sbg sebuah keberadaan yg Maha namun yg tdk dapat dideskripsikan krn melampau akal manusia.
kalau anda tidak mempercayai tuhan, lalu apakah setelah anda mati anda tak percaya ada kehidupan abadi??????
Yaa ayyuhal ladzina ammanuu…..hai orang2 yang beriman…..yah itulah firman Allah didalam Al-Quran yang saya yakini dalam agama yang saya anut. Sudah jelas Allah hanya berkata kepada orang2 yang beriman. Sudah jelas agama itu untuk orang2 yang beriman. Lantas bagaimana kalau mereka yang tidak beriman? Yah seperti itulah…perkataan dan pola pikirnya seperti itu. Tidak semua orang yang beragama itu juga beriman, ada istilah (KTP nya aja yang bicara). Karena negara kita melarang kita tidak beragama. Harus…Pancasila adalah landasan negara Indonesia. Kenyataannya? Banyak orang yang beragama tapi tidak secara istiqomah menjalankannya. Contohnya..yang mengaku Islam banyak yang tidak menjalankan Shalat sebagaimana rukun2nya sebagai orang Islam dan rukun2 Iman yang harus diyakininya (di IMAN inya) dalam menjalankan perintah2 agama. Orang yang sudah shalatpun masih diancam dengan neraka !!!. Tanpa keimanan kita akan merasa bahwa yang kita miliki adalah milik kita. Perbuatan sebaik apapun akan melahirkan keAKUan2 yang mana ini adalah sangat bertentangan dengan orang2 yang berIMAN. Semua usaha2 atau pemikiran2 kita adalah AKU AKU DAN AKU. Sekecil apapun !! ( dan yang bisa baca ‘AKU2’an ini hanya diri kita sendiri). Coba periksa dan baca hati kita masing2. Agama untuk menghilangkan rasa2 keAKUan itu semua. Agama bukan sekedar menjalankan kebaikan2, dalam Islam membunuhpun ada perintahNya. Agama adalah pekerjaan hati dalam Rohani yang ada dalam setiap diri manusia. Yah….itulah kalau kita nggak kenal diri kita sendiri maka kitapun nggak akan kenal Tuhan. Semua hasil pemikiran2 kita, AKU lah penciptanya…..begitu????? Setiap Perbuatan2 baik AKUlah pelakunya begitu????? Masih mencoba menghilangkan ke AKU an ini??? Tanpa terasa masih ada AKU disana!!!!!
Surga bukan tujuan orang berIman dan Neraka bukan yang ditakuti orang yang beriman. Pasrah (Islam) dan Muslim (berserah diri) adalah jalan orang2 yang berIMAN. Neraka atau Surga bukanlah tujuan hidup orang2 ber Iman, Tuhan akan menempatkan kita sesuai KehendakNya. Hidup bukan pilihan dan hidup bukanlah karena ada sesuatu yang diraih atau kita impikan. Dalam memeluk Islampun saya tidak pernah menginginkannya. Lahir keduniapun saya tidak pernah memimpikanya. Tapi pengalaman2 hidup itulah yang saya dapat dengan beragama. Menghilangkan rasa ke AKU2 an yang harus dikejar dengan Ikhlas, pasrah (Islam) dan Muslim (berserah diri). Bagaimana klo kita nggak beragama??? Lalu siapa yang menciptakan ini semua??? Siapa yang kita takuti??? Siapa yang…siapa yang…siapa yang…
Semua hanya akan melahirkan “AKU,AKU DAN AKU”. Dan sayapun percaya klo kalian yang atheispun di ciptakan bukan tanpa sebab yang sia2. Karena Tuhan menciptakan segala sesuatu tanpa sia2. Tak ada yang harus kita BANGGA2kan apalagi meMuji2 diri sendiri.
Surga atau Neraka semua HAK Allah semata…..
“Saya berbuat baik demi kebaikan. Dan kalaupun Tuhan ternyata ada, maka saya pikir tdk adil ia menghukum saya hanya kerena ketidakpercayaan saya dan mengabaikan perbuatan baik yang saya jalani. Kepercayaan segala sesuatu selayaknya oleh pembuktian dan akal sehat.. Bukan sekedar ancaman neraka atau iming iming surga”
kalimat di atas yg kakak tulis, buat gua terkagum sama jalan pikiran lu. walaupun gua bukan atheis, tapi gua setuju sama prinsip ini. thanks kak atas postingannya.